Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Benarkah Pejabat Lebih Takut Media Daripada Tuhan?

Benarkah Pejabat Lebih Takut Media Daripada Tuhan?

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – “Kami tidak mengangkat orang yang ambisinya berkedudukan” (HR.Muslim)

Menjadi seseorang yang dihargai, disengani, jaminan hidup yang layak, mendapat fasilitas secara gratis dan relasi dimana-mana adalah impian setiap orang. Manusia berlomba-lomba meraih posisi tersebut dengan berbagai cara. Mulai dengan cara berkompetitif secara ideal, dengan cara jilat atau sikat sana-sini, dengan cara menipu berbagai pencitraan, memanfaatkan relasi dan terkadang jalan harampun ditempuh juga. Betapa posisi pejabat itu begitu wooww dihati manusia. Padahal menjadi pejabat dibutuhkan kesabaran yang tinggi karena setiap kebijakan atau kegiatan dilakukan terkadang direspon negatif dan lebih mengerikan lagi akan memperoleh cemoohan oleh pihak tertentu.

Realitanya..Untuk menjadi pejabat tidaklah mudah, harus menempuh jalan yang terjal, harus menempuh panas dingin, harus menjalani jalan yang berliku-liku, harus menikmati ujian-ujian dengan berbagai level, harus ikhlas mengalami hinaan ataupun fitnah, harus memiliki kesabaran tiada batas, harus rela bergadang dan ternyata untuk menjadi pejabat yang proposional harus diawali dengan niat serta dukungan dengan skill, relasi ataupun dana yang memupuni. Sayangnya ketika menjadi pejabat membuat manusia lupa diri bagaimana sulit meraih posisi tersebut, sibuk pencitraan dan aturan Tuhan pun terkadang disingkirkan.

Namun menjadi pejabat dengan cara tidak benar, tidak jujur, dan tidak halal tentu lambat laun akan terlihat, terbongkar dan tidak bertahan lama. Tetapi kini, semakin hari masyarakat dihebohkan dengan permasalahan pejabat yang bermasalah, yang sering disaksikan melalui media elektronik maupun non elektronik. Akhirnya posisi yang baru diduduki mengantar pada hal tidak ingin (red: penjara). Begitulah jika cara yang ditempuh tidak benar lambat laun akan terlihat mana yang potensial, mana yang abal-abal dan mana imitasi. Dapat dikonklusikan bahwa menjadi pejabat mampu menumpuk dosa atau menumpuk pahala, semuanya pilihan. Bahayanya jika menjadi pejabat lebih banyak menumpukan dosa dibanding kebaikan akan menjebak pejabat pada kehancuran. “Jabatan (kedudukan) pada permulaannya penyeselan, pada pertengahannya kesengsaraan (kekesalan hati) dan pada akhirnya adzab pada hari kiamat” (HR.Ath-Thabrani).

Permasalah yang sering disandung oleh pejabat misalnya permasalahan korupsi yang sudah menjadi langganan bagi pejabat dan perselingkuhan yang silih berganti. Ketika terjadi problematika, tiba-tiba pejabat pura-pura lupa, pura tidak tahu maupun kenal, terjadi pribadi pendiam dan hilang tenggelam bumi entah kemana. Ketika terjadi permasalahan yang ditakuti adalah media massa. Jika kejelekan sudah diketahui media, hidup terasa berakhir dan berbagai cara ditempuh agar permasalahan tersebut tidak dipublikasikan atau diangkat sebagai headline news di media, baik cetak maupun online. Akhirnya pejabat mulai menyodorkan amplop pada media-media demi akuntabilitas dan pencitraan. Maklum era demokrasi liberal lebih mementingkan pencitraan dihadapan manusia dibandingkan di hadapan Tuhan.

Tidak heran, antara pejabat dan media saling membutuhkan. Media membutuhkan berita sedangkan pejabat membutuhkan media untuk mempublikasikan kegiatan yang dijalankan. Bahkan saat ini media juga sudah dikuasi oleh pejabat tertentu. Tidak bisa disalahkan juga media dikuasai oleh pejabat tertentu, yang terpenting media tersebut bisa memberi informasi yang seimbang, berfungsi mengawasi roda pemerintahan dan independent. Seakan-akan media saat ini jauh dari fungsi sesungguhnya. Ibaratnya sebagai humas partai, humas kelompok, humas bagi personalitas dan humas bagi pejabat tertentu.

Perlu kita pertanyakan, apakah benar pejabat lebih takut dengan media dibandingkan takut dengan Tuhan? Jikalah benar pejabat lebih takut media dari pada Tuhan, tentu sangat ironi. Padahal takut dengan Allah akan mengantarkan manusia sebagai pribadi yang takutmengambil hak orang lain, mengantarkan manusia menjadi pribadi bertanggung jawab, menjadi pribadi yang jujur, menjadi pribadi-pribadi shalih. Atau bisa jadi kenapa pejabat lebih takut media dari Tuhan karena beranggapan Tuhan tidak melihat apa yang dilakukan atau bisa jadi terkikisnya iman dalam hati. Apakah perilaku seperti itu karena hidup dizaman liberalisme, apakah hal tersebut dianggap lumrah maupun pembenaran karena semakin banyak pejabat melakukan hal yang sama.

Tentu tidak semua pejabat berperilaku seperti itu, masih ada sebagian juga pejabat yang berhati baik, masih ada sebagian pejabat yang jujur, masih ada sebagian pejabat yang benar-benar berpikir perubahan bagi masyarakat, masih ada pejabat yang memperoleh posisi prestisius atas keahlian dan masih ada juga pejabat yang takut dengan Tuhannya.

Bagi yang bercita-cita menjadi pejabat publik, sedangkan berprofesi sebagai pejabat, ada baiknya tanamkan rasa takut pada Tuhan. Senada dengan hadist yang diriwayatkan oleh Ath-Thobari bahwa “Iman paling afdhol ialah apabila kamu mengetahui bahwa Allah selalu menyertaimu dimanapun kamu berada”. Jika sudah menanamkan rasa takut pada Tuhan, ada alarm ketika akan melakukan kesalahan dan berpikir beribu kali untuk mencurangi. Bahayanya ketika iman tidak ada dalam hati, apalagi ketika menjadi penjabat tapi low iman, maka akan mempermudah mengambil hak orang lain atau merugikan orang lain. Sedangkan “tiada lurus iman seorang hamba sehingga lurus hatinya, dan tiada lurus hatinya sehingga lurus lidahnya.” (HR. Ahmad)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Alumni Unpad dan UGM. Berprofesi sebagai Dosen, Penulis Lepas dan Penyiar

Lihat Juga

Ingat Allah Hatimu Akan Tenang

Figure
Organization