Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Shalatku Sebagai Komunikasiku dengan Tuhanku

Shalatku Sebagai Komunikasiku dengan Tuhanku

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (Anik Sofiyah)
Ilustrasi. (Anik Sofiyah)

dakwatuna.com – Shalat adalah komunikasi seorang hamba dengan Rabb-nya secara langsung. Ketika shalat tidak ada sekat yang membatasi seseorang untuk bertemu, berdialog, dan mengungkapkan segenap perasaannya kepada Zat Yang Mahasuci. Tidak perlu perantara maupun status yang tinggi untuk berdialog dengan-Nya. Walau kita seorang pendosa besar, rakyat jelata, atau orang yang miskin, Allah akan tetap menerima kehadiran sang hamba dalam shalat dengan “tangan terbuka”. Inilah yang dimaksud shalat sebagai bentuk komunikasi langsung antara seorang hamba dan Tuhannya.

Tapi sangat disayangkan bila shalat hanya dijadikan sebagai ibadah rutin yang dilakukan dengan terpaksa, yaitu oleh sebagian Umat Islam yang melaksanakan shalat sebatas untuk menunaikan kewajiban, bukan sebagai kebutuhan. Mungkin bila shalat tidak diperintahkan sebagai ibadah wajib, pasti mereka tinggalkan. Shalat yang tersiksa, seakan-akan saat adzan memanggil untuk shalat, kita seringkali berada dalam kondisi tertekan dan tersiksa. Shalat dirasakan sebagai sesuatu hal yang mengganggu aktivitas kehidupan kita. Shalat yang tergesa-gesa seakan tak adanya kekhusyukan dalam shalat, maka yang terlintas dalam diri kita bagaimana menyelesaikan shalat dengan cepat. Na’udzubillah

Bagaimana perasaanmu bila kamu diundang oleh Presiden/Raja? Bahagia bukan? Mungkin kamu akan sulit tidur, mungkin kamu akan menyiapkan pakaian yang pas untuk bertemu dengan Presiden/Raja dan bahkan kamu bakal menyiapkan kata-kata yang pas saat berdialog dengan pemimpin Negara. Iya bukan? Bagaimana bila kamu diundang oleh Allah SWT dengan kumandang adzan? Dia undang tanpa pilih kasih, Dia undang dengan “tangan terbuka” tanpa melihat dosa dan tingkah laku yang kita perbuat. Bagaimana kondisi kita saat berhadapan dengan Presidennya Para Presiden, Rajanya para raja, Dia yang menciptakan seluruh alam ini, beserta isi-isinya. Tabaarakalloh, Maha Mulia Dia, Dzat Yang Sebaik-baik Pencipta.

Firman Allah Azza Wajalla, “Sungguh bahagia orang-orang yang beriman. Yaitu orang-orang yang di dalam shalat mereka khusyuk.” (QS Al-Mu’minun [23]: 1-2).

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh amat berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu’ (yaitu) orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepadanya”. (QS. Al-Baqarah: [2]: 45-46).

Rasulullah SAW memberikan kiat-kiat agar shalat khusyuk. mengingat kematian ketika dalam shalat. Sabda Rasulullah SAW, “Ingatlah kalian terhadap mati ketika dalam shalat. Sesungguhnya seseorang yang ingat mati dalam shalat, ia akan memperbaiki shalatnya. Jika tidak mengingat kematian diri kalian, niscaya urusan duniawi akan mengganggu konsentrasi shalat kalian.” (HR Ad-Dailami)

Dalam beribadah, seyogianya kita mengingat akan mati di esok hari agar semua ibadah kita terasa khusyuk. Sebaliknya, jika dalam urusan dunia hendaklah kita seakan-akan hidup untuk seribu tahun, agar khusyuk dalam bekerja. Rasulullah SAW telah memerintahkan kepada kita agar khusyuk dalam shalat. Karena dialog interaktif antara kita dan Sang Khalik dapat menghasilkan pahala yang memuaskan. Beliau bersabda, “Apabila salah seorang dari kamu sekalian sedang melaksanakan shalat, sebenarnya ia sedang berdialog dengan Tuhannya. Maka, perhatikanlah bagaimana cara berdialog itu?” (HR Imam Hakim).

Hadirkanlah niat yang ikhlas sebelum menunaikan shalat dan perlu kita resapi arti dari doa-doa yang kita ucapkan, bayangkan jika kita mati, amalan apa yang kita punya? Sungguh sangat kurang amalan yang kita peroleh, jangan pernah merasa bahwa diri kita adalah manusia yang paling suci. Mohon ampun sebesar-besarnya kepada Allah. Sadari bahwa seluruh bagian dari jasad dan jiwa kita adalah milik Allah SWT. Dan suatu ketika nanti akan kembali kepada-Nya. Wallahu’alam bish-shawab.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Seorang Istri yang sedang menemani suami menyelesaikan PhDnya di Arab Saudi. Aktif sebagai Sekretaris Yayasan Rumah Iqro Insani yang bergerak dibidang Sosial dan Pendidikan.

Lihat Juga

Keimanan Adalah Keberpihakan

Figure
Organization