Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Masuk Surga Karena Amal Shalih atau Karena Rahmat Allah Ta’ala?

Masuk Surga Karena Amal Shalih atau Karena Rahmat Allah Ta’ala?

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (inet)
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Sore itu cuaca sangat bagus. Matahari sudah condong ke barat, tak lagi bersinar terik. Pak Yamin duduk sendirian di teras belakang rumahnya menghadap taman kecil dengan kolam ikan yang dipenuhi ikan koi. Memandang ikan-ikan bersisik indah yang lincah bergerak kesana-kemari mampu mengusir kejenuhan dan kepenatan setelah seharian bekerja.

Rumahnya sedang sepi, anaknya belum pulang dari sekolah karena ada kegiatan tambahan. Sementara istrinya sedang mengikuti pengajian di masjid.

Di saat sedang sendiri seperti itu, pikiran Pak Yamin melayang ke hari-hari yang telah ia tapaki, ke masa-masa yang telah ia lalui, ke peristiwa-peristiwa yang sudah dijalani. Di usianya yang sudah mendekati kepala lima, ia merasa banyak menyia-nyiakan waktu, merasa kurang dalam beribadah, kadang juga merasa masih banyak melakukan dosa. Ia sadar ilmu agamanya pas-pasan, maklum ia lebih banyak bersekolah di sekolah umum. Pengetahuan agamanya didapat dari kajian dan halaqah-halaqah, ditambah dengan hobinya membaca. Untuk anak-anaknya ia berusaha keras mendidik dan menyekolahkan di sekolah Islam.

“Yaa Allah, dengan diriku yang seperti ini bisakah aku memasuki surga-Mu?” gumamnya dalam hati.

“Assalamu’alaikum…” suara istrinya mengagetkan.
“Wa’alaikumussalam…” jawabnya, “Bagaimana pengajiannya Bu?” tanyanya kemudian setelah istrinya duduk di sampingnya.
“Tadi ustadznya membahas tentang apa yang menyebabkan kita masuk surga. Katanya amal ibadah kitalah yang menyebabkan kita bisa masuk surga. Tapi Pak, seminggu yang lalu ada ustadz yang mengatakan bahwa bukan amalan kita yang menyebabkan kita masuk surga, tapi rahmat Allah yang menyebabkannya. Ibu kok jadi bingung ya?”
Belum sempat Pak Yamin menjawab, terdengar suara salam dari luar rumah. Rupanya Yasmin, anak pertamanya sudah pulang.

“Ayah, Ibu, ini Yasmin dapat penghargaan dan hadiah!” teriaknya riang.
“Benarkah? penghargaan apa Yasmin?” tanya ibunya.
“Yasmin kan ikut lomba tahfidz Bu, dapat juara deh. Disamping itu akhlak kita sehari-hari juga dinilai sama ustadz, yang nilainya bagus dapat penghargaan.” jawab Yasmin berbunga-bunga.
“Alhamdulillah, kami bangga padamu Nak,” sambung Bu Yasna, “Tapi ingatlah satu hal, semua yang kamu lakukan harus ikhlas, jangan karena mengharap hadiah dari ustadz, tapi berharaplah ridha Allah. Karena balasan dari Allah jauh lebih menyenangkan.”
“Beres Bu… oke Ayah…” sahut Yasmin ceria.
“Oh ya, bagaimana dengan teman sebangkumu si Yuni?” tanya ibunya lagi.
“Ya begitulah Bu…bagaimana mau menang dan dapat hadiah, kalau lombanya saja dia tidak ikut. Terus bagaimana mau dapat penghargaan, kalau dia sering telat sekolah, malas belajar, jarang mengerjakan tugas, suka melawan ustadz, malah kadang-kadang bolos sekolah. Ya gak mungkinlah!”
Tiba-tiba Ayah menyahut, “Subhanallah, jawaban Yasmin juga menjawab pertanyaan Ibu tadi.”
“Maksud Ayah gimana?” tanya ibu keheranan.
“Begini Bu, Allah berfirman dalam QS. An-Nahl ayat 30 sampai 32. Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: “Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?” Mereka menjawab: “(Allah telah menurunkan) kebaikan”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa, (yaitu) surga Adn yang mereka masuk ke dalamnya, mengalir di bawahnya sungai-sungai, di dalam surga itu mereka mendapat segala apa yang mereka kehendaki. Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): “Salaamun`alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan”.

Selain itu terdapat juga di dalam QS. Al-A’raaf ayat 42 dan 43: “Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang shalih, Kami tidak memikulkan kewajiban kepada diri seseorang melainkan sekadar kesanggupannya, mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya. Dan Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam dada mereka; mengalir di bawah mereka sungai-sungai dan mereka berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami, membawa kebenaran”. Dan diserukan kepada mereka: “Itulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan.”

Sementara itu menurut Hadist Nabi SAW disebutkan bahwa: Dari Jabir, ia berkata: saya pernah mendengar Nabi SAW bersabda: “Amal shalih seseotang di antara kamu tidak dapat memasukkannya ke dalam surga dan tidak dapat menjauhkannya dari azab api neraka dan tidak pula aku, kecuali dengan rahmat Allah.” (Riwayat Muslim; kitab Shahih Muslim, Juz II, halaman 528)

Dalam riwayat lain: Dari Abi Hurairah, ia berkata: Rasulullah SAW telah bersabda: “Amal shalih seseorang diantara kamu sekali-kali tidak dapat memasukkannya ke dalam surga.” Mereka (para sahabat) bertanya, “Hai Rasulullah, tidak pula engkau?” Rasulullah menjawab, “Tidak pula aku kecuali bila Allah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya kepadaku.” (Riwayat Muslim; kitab Shahih Muslim, Juz II, halaman 528)

Sebenarnya dalil-dalil Al-Quran dan Hadist-hadist Nabi tersebut tidaklah bertentangan, tetapi hadist tersebut merupakan penjelasnya. Sebagaimana diterangkan oleh Imam Ahmad Ash-Shawi Al-Maliki, dalam kitab tafsirnya Ash-Shawi, beliau berkata: “Bahwasanya amal yang tersebut dalam ayat Al-Quran itu ialah amal yang disertai dengan fadhal (karunia Allah), sedangkan amal yang dimaksud dalam hadist Nabi itu ialah amal yang tidak disertai karunia Allah.”(Tafsir Shawi II:75)

Demikian pula dengan Imam Muhyiddin An-Nawawi dalam kitabnya Syarah Shahih Muslim, beliau mengatakan: “Ayat-ayat itu berarti bahwasanya masuknya seseorang ke dalam surga karena amal ibadahnya, kemudian mendapat taufik untuk melakukan amal ibadah itu dan mendapat hidayah untuk ikhlas dalam ibadah sehingga diterima di sisi Allah, adalah berkat rahmat Allah dan karunia-Nya”. (Kitab Syarah Shahih Muslim, juz XVII, halaman 160-161)

Dari keterangan tersebut dapatlah diambil hikmahnya bahwa mula-mula Allah menurunkan syariat-Nya dulu, kemudian memberikan karunia (fadhal) dan rahmat-Nya yang akan menyebabkan seseorang mampu melakukan amal shalih, setelah seseorang melakukan amal shalih maka Allah Ta’ala memberikan lagi karunia dan rahmat-Nya berupa surga. Dan surga itu hanya diberikan sebagai balasan atau hadiah bagi seseorang yang telah melakukan amal shalih.

Lalu mengapa sampai Rasulullah SAW bersabda bahwa beliau pun tidak akan dapat masuk surga kecuali jika Allah melimpahkan rahmat-Nya? Tak lain sebabnya adalah karena rahmat yang diberikan oleh Allah sangat besar, dan balasan yang diberikan atas amalan manusia jauh lebih besar bahkan berlipat ganda. Tidak sebanding dengan nilai amalan tersebut. Jika seseorang mengandalkan nilai dari amalannya saja, maka tidak akan mampu mencapai surga, dan jika hanya mengandalkan balasan yang setimpal, pastilah tidak akan sepadan dengan besarnya kenikmatan surga yang Allah SWT berikan.

Jika amal ibadah manusia paling mulia seantero jagad saja tidak akan bisa menyampaikannya ke surga tanpa rahmat Allah SWT, apalagi amalan manusia selain Beliau Rasulullaah SAW. Maka tak salah jika kita selalu memanjatkan doa seperti yang diajarkan Rasulullah SAW kepada Aisyah RA. Aisyah RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW mengajarkannya doa ini: “Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu seluruh kebaikan, baik yang cepat (di dunia) maupun yang lambat (di akhirat), baik yang aku ketahui maupun yang tidak aku ketahui. Dan, aku berlindung kepada-Mu dari seluruh kejelekan, baik yang cepat maupun yang lambat, baik yang aku ketahui maupun yang tidak aku ketahui. Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu kebaikan apa saja yang dimohonkan oleh hamba-Mu dan nabi-Mu (Muhammad SAW). Dan, aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan apa saja yang dimohonkan perlindungannya oleh hamba-Mu dan nabi-Mu (Muhammad SAW). Ya Allah, sesungguhnya aku mohon pada-Mu surga dan setiap perkataan atau perbuatan yang mendekatkan kepadanya, dan aku berlindung kepada-Mu dari neraka dan dari setiap perkataan atau perbuatan yang mendekatkan kepadanya. Dan, aku mohon kepada-Mu agar Engkau menjadikan setiap ketentuan yang Engkau tentukan untukku adalah kebaikan.” (HR Ibnu Majah, Ahmad dan Ibnu Hibban).

Jika tidak beramal shalih mana mungkin dapat rahmat Allah SWT, jika tidak mendapat rahmat Allah SWT mana mungkin dapat surga. Mari fastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan).

Allaahu’alam.

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Hamba Allah Ta'ala yang selalu berusaha untuk mendapat cinta-Nya. Lahir di Jawa Timur dengan nama Susanti Hari Pratiwi binti Harmoetadji. Pendidikan formal hanya sampai S1 Teknik Kimia ITS

Lihat Juga

Meraih Kesuksesan Dengan Kejujuran (Refleksi Nilai Kehidupan)

Figure
Organization