Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Narasi Perjuangan

Narasi Perjuangan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (flickr.com/array064)
Ilustrasi (flickr.com/array064)

dakwatuna.com – Jika ide merupakan titik tolak lahirnya sebuah perubahan besar, maka ide tersebut harus dijembatani oleh semangat jiwa dan tindakan yang bersifat kontinyu (istimror). Karena ide merupakan eksekusi awal, maka kita perlu eksekusi selanjutnya. Jangan sampai cita-cita kita berhenti hanya pada sebuah gagasan. Bagaikan proyek jalanan hasil korupsi. Dari luar terlihat kokoh, setelah digunakan cepat rapuh dan keropos.

Kampus lahir menjadi lokomotif mengasikkan bagi para cendekiawan. Orang satu golongan, bahkan yang bersebrangan dengan kita pun akan sering kita temui. Untuk kawan satu golongan, perlu sering-sering kita ajak komunikasi. Membuka kajian, diskusi ringan, ngobrol-ngobrol, atau mungkin kita ajak sekadar jalan-jalan. Dan untuk orang yang bersebrangan dengan kita, cukup jadikan mereka LAWAN bukan MUSUH. Jika lawan, maka orientasi kita hanya pada tataran kompetisi. Berbeda dengan musuh, sudah dari awal tabiat kita “meniadakan” mereka.

Karena lawan ya lawan, tetap berkomunikasi walaupun orientasi kita berkompetisi. Fastabiqul khairat. Seperti sabda Rasul mengatakan:
“Cintailah kekasihmu seperlunya, karena bisa jadi ia menjadi orang yang kamu benci suatu hari. Bencilah orang yang kamu benci seperlunya, karena bisa jadi ia menjadi kekasihmu suatu hari.” (HR.Tirmidzi).

Jika teman-teman amati, negeri idaman yang sering kita sebut dengan negeri madani pada zaman rasul itu hebat sekali. Di dalam suatu wilayah, terdapat keberagaman etnis dan Agama. Tidak ribut, semua berdampingan, semuanya nyaman dibawah kepemimpinan Islam. Hal itu tercipta tidak terlepas dari “pesona kepribadian” pemimpinnya. Itulah Rasulullah, entah kawan, lawan, bahkan musuh sekalipun. Semuanya nyaman berada di sisi beliau.

Mungkin ini yang harus menjadi narasi perjuangan para pembawa idealisme. Ideologi kita boleh berbeda, pemahaman fiqih kita boleh tidak sepaham, tetapi orang lain nyaman berada disisi kita. Karena dengan keteladanan yang elok seperti ini, maka cita-cita besar yang ingin kita ciptakan akan banyak yang mendengarkan. Dan itu mempermudah terciptanya keberhasilan.

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Mahasiswa Hubungan Internasional, FISIP UIN Jakarta.

Lihat Juga

Kau Pejuang atau Pecundang?

Figure
Organization