Perjalanan Mudik Paling Indah

cms.jakartapress.com

dakwatuna.com – Di antara hal yang tidak bisa dilepaskan dari bulan Ramadhan adalah tradisi mudik ke kampung halaman di Hari Raya. Ini adalah tradisi yang sangat baik, karena bisa membantu mewujudkan salah satu ajaran Islam, yaitu bersilaturrahim. Sebuah keluarga yang hidup berpencar-pencar di berbagai kota yang berjauhan bisa berkumpul sesaat dalam momen Hari Raya ini.

Selain silaturrahim, perjalanan mudik sebenarnya mempunyai pelajaran yang sangat bermanfaat bagi yang melakukannya. Di antaranya:

Mudik adalah perjalanan ke kampung halaman yang mungkin sudah lama ditinggalkan seorang pemudik. Ini mengingatkan bahwa kampung halaman manusia yang sebenarnya adalah surga. Manusia berada di dunia karena kakek mereka, yaitu Nabi Adam as. dikeluarkan dari surga. Di dunia, manusia berada dalam rantauan atau pengasingan. Dia akan meninggalkan kehidupan dunianya karena mempunyai tempat kembali yang akan ditujunya suatu saat.

Dalam perjalanan, pemudik kadang menemukan sebuah tempat yang sangat indah dan nyaman. Dia pun tertarik, dan berhenti sebentar sekadar untuk melepas lelah dan menikmati keindahan tempat tersebut. Lalu dia akan meninggalkannya untuk melanjutkan perjalanan. Dalam hidupnya, manusia sedang berjalan ke kampung Akhirat. Kadang kehidupan dunia sangat menggodanya; harta, jabatan, pasangan, anak-anak, dan sebagainya. Tapi harus diyakini, bahwa semua itu suatu saat akan ditinggalkannya. Dia akan mati dan melanjutkan perjalanan.

Banyak kesulitan yang dihadapi dalam perjalanan. Jalan macet, kendaraan mogok, kecelakaan, dan sebagainya. Seorang pemudik menghadapi semua itu dengan penuh kesabaran. Yang membuatnya sabar adalah keinginannya yang besar untuk bertemu dan berkumpul dengan anggota keluarganya yang lain. Dalam kehidupan, Allah swt. memberi seorang manusia berbagai macam ujian. Bila dia sabar dan ridha dengan ujian tersebut, maka Allah swt. akan memasukkannya ke dalam surga, menggantikan kesulitan dunia itu dengan kenikmatan di surga.

Tak jarang, seorang pemudik tersesat di jalan menuju kampung halamannya. Sehingga perjalanan pun bertambah jauh dan lama, atau bahkan dia tak sampai ke tempat tujuannya. Inilah yang dialami oleh kebanyakan manusia dalam kehidupannya. Selain yang diberi hidayah oleh Allah swt., adalah manusia-manusia yang tersesat. Sebagian ada yang harus hidup sengsara dulu di dalam neraka selama puluhan, ratusan, atau bahkan ribuan tahun. Baru kemudian dientaskan untuk dipindahkan ke surga. Sebagian lagi ada yang selamanya hidup sengsara di dalam neraka. Perjalanan kehidupannya sia-sia. Mereka tidak sampai ke kampung halaman surga. Tempat-tempat mereka pun diwarisi oleh orang lain yang masuk surga.

Alangkah bahagianya ketika seorang pemudik sampai ke kampung halaman. Dia bisa menemukan makanan kesukaannya semasa kecil, bertemu dengan orang-orang yang dicintainya, menghirup udara segar pedesaan dengan sungai-sungai yang masih jernih. Seluruh lelahnya selama perjalanan pun sirna dalam sesaat. Ini sama dengan kebahagiaan manusia ketika masuk ke dalam surga. Sirnalah segala jerih-payahnya sepanjang kehidupan dunia. Kalaupun seorang manusia menjalani seluruh hidupnya dalam kesengsaraan, hal itu seakan tidak pernah dirasakannya begitu dia masuk surga. Rupa-rupa kenikmatan apa saja bisa ditemukannya. Bahkan dia akan dikumpulkan dengan seluruh anggota keluarga besarnya yang masuk surga. Di mana? Di derajat tertinggi yang didapatkan salah satu dari mereka. Wallahu A’lam. (msa/dakwatuna)

S1 Universitas Al-Azhar, Kairo-Mesir. S2 Universitas Al-Neelain, Khartoum-Sudan. Dosen Ma'had An-Nuamy, Jakarta
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...