Topic
Home / Narasi Islam / Resensi Buku / 35 Sirah Shahabiyah Jilid 2

35 Sirah Shahabiyah Jilid 2

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Cover buku "35 Sirah Shahabiyah Jilid 2".
Cover buku “35 Sirah Shahabiyah Jilid 2”.

Judul Asli: Shahabiyyaat Haul ar-Rasuul saw
Terjemahan: 35 Sirah Shahabiyah Jilid 2
Penulis: Mahmud al-Mishri
Penerjemah: Muhil Dhofir Lc, Asep Sobari Lc
Penerbit: Al-I’tishom Cahaya Umat – Jakarta
Tebal: 352 hal; 15,5 x 24 cm
ISBN: 979-3071-65-6
Cetakan: VIII; Juni 2013

dakwatuna.com – Selalu ada wanita hebat di belakang lelaki luar biasa. Itulah sebuah kalimat yang sedikit mengambarkan tentang sosok shahabiyah Rasulullah saw. Mereka adalah seorang anak dari para pejuang, istri mujahid ataupun ibu dari generasi-generasi terbaik yang kelak mengharumkan nama Islam di muka bumi.

Buku ini merupakan lanjutan dari jilid 1. Meskipun tidak ada korelasi, bisa dibaca acak, tapi mengetahui keseluruhan menjadi nilai lebih, sebab kita memiliki banyak teladan untuk menjadi pijakan dikehidupan mendatang.

Dalam jilid 2 ini, terdapat 22 sosok shahabiyah yang dijelaskan kisahnya. Bermula dari sosok Ummu Aiman yang merupakan Ibu Asuh dari Rasulullah. Beliau, merupakan Ibu kandung dari Usamah bin Zaid. Mengikuti Hijrah dengan berjalan kaki, sosok yang rajin puasa dan mudah menangis karena rasa takutnya kepada Allah. Sehingga, oleh Abu Nu’aim, beliau dikatakan sebagai orang yang mendapatkan minuman dari surga guna mengobati kepedihan perjuangan yang telah dijalani. Sosok ini pernah turut serta dalam Perang Uhud, Perang Khaibar dan Perang Hunain.

Jika banyak di antara kita yang mengenal sosok Ali bin Abi Thalib, mungki sebagiannya justru bingung saat ditanya tentang siapakah ibu yang telah mendidiknya. Sosok inilah yang dijelaskan selanjutnya dalam buku ini. Dialah Fatimah binti Asad. Sepeninggal suaminya, Abu Thalib, beliaulah yang mendidik Rasulullah dengan penuh kasih sayang. Dikatakan, “Fatimah bin Asad merawat dan menjaga Rasulullah dengan penuh kasih sayang. Bahkan, melebihi anak kandungnya sendiri.”

Fatimah binti Asad adalah sosok teladan yang merupakan salah satu peserta hijrah menuju Madinah. Beliau memiliki kedudukan yang istimewa. Bukan hanya dalam pandangan Rasulullah, tetapi juga dalam pandangan sahabat-sahabat beliau. Salah satu buktinya, saat beliau wafat di Madinah, Rasulullah ikut memakamkan dengan masuk ke liang lahatnya secara langsung.

Masih banyak kisah shahabiyah lainnya dalam buku ini. Kesemuanya itu, andai ditelusuri, tentu akan menimbulkan decak kagum sebab memang tidak ada tandingannya, hingga akhir zaman.

Selanjutnya adalah Ummu Sulaim. Beliau adalah sosok monumental yang akan terus harum dikenang keteladanannya. Meski menikah dengan Malik bin Nadhr yang tetap kafir selepas Islam datang, wanita berani ini dengan gagah menjadikan Islam yang dibawa oleh Rasulullah sebagai agamanya.

Bukan tanpa halangan. Sebab suaminya adalah salah satu halangan yang tak mudah. Dari pernikahan dua insan ini, lahirlah sang Anas. Ia adalah pembantu sekaligus anak angkat Rasulullah. Meski harus bersitegang dengan suaminya, Ummu Sulaim tak pernah goyah mendidik dan menjadikan Anas bin Malik sebagai muslim yang taat.

Disebutkan dalam riwayat, sebab doa Rasul, Anas bin Malik benar-benar dilimpahi keberkahan ilmu dan kehidupan. Saat beliau wafat, ada lebih dari 100 orang yang menjadi keturunan beliau.

Selepas kematian Malik bin Nadhr, Ummu Sulaim menjanda dalam beberapa saat. Hingga kemudian datanglah Abu Thalhah melamar beliau. Abu Thalhah sendiri merupakan sosok terhormat, rupawan dan juga hartawan. Terdapat banyak wanita yang mendamba sosoknya. Meski begitu, tidak demikian dengan Ummu Sulaim. Ia  “jual mahal” sebab mengerti tentang keniscayaan hidup dan bagaimana seharusnya berbangga dengan keislamannya.

Saat Abu Thalhah datang melamar, namun masih dalam keadaan kafir, Ummu Sulaim dengan tegas menolak. Hingga akhirnya, terucaplah kalimat dari Ummu Sulaim, bahwa lamaran Abu Thalhah akan diterima jika ia berhijrah menuju Islam yang mulia.

Alhasil, qadarullah, Abu Thalhah masuk Islam dan menikahlah mereka berdua dalam naungan keberkahan pernikahan dakwah. Dari pernikahan ini, lahirlah 9 anak yang kesemuanya penghafal al-Qur’an. Mahar syahadat inilah yang terus harum dikenang sejarah. Apalagi di zaman penuh fitnah ini. Saat keislaman menjadi sesuatu yang mahal dan amat asing.

Selain ketiga kisah wanita luar biasa tersebut, dalam jilid 2 ini terdapat kisah lain yang amat layak ditelaah. Mereka adalah Ummu Hisyam binti Haritsah, Ummu Umarah, Asma’ binti Abu Bakar, Ummu Haram binti Milhan, Kabsyah binti Rafi’, Summayah binti Khabath, Ummu Waraqah binti al-Harits, Shafiyyah binti Abdul Muththalib,’Atikah binti Zaid, Asma’ binti ‘Umais, Ummu Syuraik, Umamah binti Abul ‘Ash, Ar-Rubayyi’ binti Mu’awidz, Ummul Fadhl Lubabah binti al-Harits, Al-Khansa’, Ummu Ma’bad al-Khuza’iyah, Ummu Kultsum bintu’Uqbah, Ummul Mundzir binti Qais dan Hindun binti ‘Utbah.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (1 votes, average: 2.00 out of 5)
Loading...

Tentang

Penulis, Pedagang dan Pembelajar

Lihat Juga

Kemuliaan Wanita, Sang Pengukir Peradaban

Figure
Organization