Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Menggapai Kebebasan Dalam Perspektif Ramadhan

Menggapai Kebebasan Dalam Perspektif Ramadhan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (photos8.com)
Ilustrasi. (photos8.com)

dakwatuna.com – Bulan Ramadhan adalah bulan yang ditinggikan derajatnya oleh Allah SWT dibandingkan dengan bulan bulan yang lainnya dalam kalender hijriah. Di dalam bulan Ramadhan kita diperintahkan oleh Allah SWT untuk menjalankan ibadah puasa. Di samping dikenal dengan bulan untuk menjalankan ibadah puasa, di bulan suci ini ada satu peristiwa yang sangat penting yaitu malam Lailatul qadar. Di malam tersebut Allah SWT menurunkan Al-Quran kepada umat manusia melalui Nabi Muhammad SAW. Allah SWT berfirman:

إِنَّآأَنزَلۡنَـٰهُفِىلَيۡلَةِٱلۡقَدۡرِ

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan (97: 1)

Menurut salah seorang ulama tafsir yaitu Said Abu Ala Maududi, pada malam tersebut Allah SWT menurunkan wahyu untuk pertama kalinya kepada Nabi Muhammad SAW ketika beliau berada di gua Hira. Dalam wahyu pertama tersebut Allah SWT berfirman:

ٱقۡرَأۡ بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِى خَلَقَ (١) خَلَقَ ٱلۡإِنسَـٰنَ مِنۡ عَلَقٍ (٢) ٱقۡرَأۡ وَرَبُّكَ ٱلۡأَكۡرَمُ (٣) ٱلَّذِى عَلَّمَ بِٱلۡقَلَمِ (٤) عَلَّمَ ٱلۡإِنسَـٰنَ مَا لَمۡ يَعۡلَمۡ

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, (1) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. (2) Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, (3) Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam (3). (4) Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (96: 1-5)

Jika kita merenungkan peristiwa turunnya wahyu dari Allah SWT untuk pertama kalinya 14 abad yang lalu, hal tersebut merupakan awal transformasi peradaban umat manusia. Sayyid Quthb di dalam tafsir fiizhilalil Al-Quran mengatakan bahwa peristiwa tersebut merupakan peristiwa terbesar dalam sejarah eksistensi umat manusia. Dengan turunnya Al-Quran manusia memiliki landasan dan petunjuk hidup yang harus ditempuh. Turunnya Al-Quran juga merupakan tanda kasih sayang Allah SWT kepada umat manusia. Allah SWT berfirman:

ٱلرَّحۡمَـٰنُ (١) عَلَّمَ ٱلۡقُرۡءَانَ

(Tuhan) Yang Maha Pemurah, (1) Yang telah mengajarkan Al Quran

Ketika Al-Quran turun manusia berada di dalam keadaan jahilliyah, di mana di dalam kebutaan hati mereka terjadi ketidakadilan, pertikaian dan juga perusakan nilai nilai kemanusiaan. Melalui peristiwa turunnya wahyu pertama tersebut Allah SWT membimbing umat manusia untuk mengubah kondisi mereka dari kegelapan menuju cahaya kebahagiaan, kemudian dari keadaan ketidakadilan menuju keadilan, dan dari keadaan pertikaian menuju perdamaian. Inilah salah satu esensi dari Ramadhan yaitu bulan di mana kita bisa membebaskan diri kita, baik itu pikiran, hati dan tindakan kita dari segala pengaruh buruk.  Di bulan Ramadhan inilah kita mempunyai kesempatan untuk mendapatkan kebebasan yang paripurna.

Kebebasan yang dimaksud di sini bukanlah kebebasan yang dipahami secara umum dalam tatanan masyarakat di mana, seseorang dapat berpikir, berbicara dan bertindak tanpa tanggung jawab. Kebebasan tanpa tanggung jawab akan menghasilkan ketidakbahagiaan dan mengakibatkan masalah, ketidakadilan dan juga perusakan nilai nilai kemanusiaan.

Melalui puasa maka kita akan mempunyai potensi untuk mendapatkan kebebasan yang paripurna yaitu kebebasan jiwa yang hakiki yang terlepas dari pengaruh pengaruh buruk yang akan merugikan kita dunia dan akhirat.

Ada beberapa perspektif kebebasan yang bisa kita raih di bulan Ramadhan ini:

1. Kebebasan dari musuh utama kita yaitu setan

Setan adalah musuh utama manusia yang kerap mengganggu manusia setiap saat dan dari segala penjuru haluan. Nabi Muhammad SAW mengatakan “Ketika bulan Ramadhan datang, Allah SWT membuka pintu surga, menutup pintu neraka dan merantai setan (Bukhari)”.

Dengan terbelenggunya setan kita akan terbantu dalam melakukan amalan ibadah dan amalan shalih. Pada hakikatnya ibadah puasa yang kita lakukan adalah untuk meredamkan hawa nafsu kita. Di dalam kondisi hawa nafsu berada di dalam yang terkendali dan tidak bergejolak, maka setan tidak akan dapat menggunakan hawa nafsu kita sebagai kendaraan untuk masuk ke dalam jiwa kita untuk menggoda kita untuk melakukan hal hal yang tidak terpuji.

Tetapi pada realitasnya kita masih banyak melihat saudara saudara seiman yang berpuasa tetapi melakukan tindakan tidak terpuji. Masih banyak orang yang berpuasa tetapi tetap menggunjingkan orang lain, bahkan terlibat dalam suatu argumentasi dengan emosi dan amarah.

Artinya di sini kita belum sepenuhnya bebas dari pengaruh setan di bulan suci ini. Untuk mengatasi hal ini ada baiknya kita melakukan kegiatan ibadah tambahan di samping ibadah puasa. Gunakanlah waktu kita untuk shalat tarawih, membaca Al-Quran,  menghadiri majelis ilmu dan beramal shalih.

2. Kebebasan dari penyakit hati

Rasulullah bersabda “Ketahuilah, bahwa dalam tubuh terdapat mudghah (segumpal daging), jika ia baik, maka baik pula seluruh tubuhnya. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh tubuhnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati (HR. Bukhari dan Muslim)”.

Hati merupakan unsur terpenting dalam jiwa kita. Dengan hati yang sehat maka kita akan mampu beribadah dengan baik. Ibadah puasa adalah metode untuk membersihkan hati kita. Dengan terkendalinya hawa nafsu maka hati kita pun juga akan terjaga. Hal yang lebih utama lagi ialah dengan menjaga indera kita seperti mata, telinga, dan lidah kita agar tidak digunakan untuk hal hal yang tidak baik. Indera kita merupakan pintu masuk informasi ke dalam jiwa kita  yang akan mempengaruhi hati kita, baik itu yang kita lihat atau pun yang kita dengar.

Gunakanlah indera kita baik itu mata, telinga dan lidah untuk kebaikan seperti membaca Al-Quran, dzikir dan menghadiri majelis ilmu. Di bulan puasa ada baiknya dihindari percakapan percakapan yang tidak perlu yang bisa membawa kita kepada suatu argumentasi. Nabi Rasulullah SAW menasihatkan apabila ada yang mengajak berdebat atau berargumentasi katakan kepada dia saya sedang berpuasa.

Pada akhirnya ketika gerbang gerbang potensi terjadinya penyakit hati tertutup dengan ibadah puasa yang baik maka hati kita akan menjadi suci dan terlindungi.

3. Kebebasan dari hukuman api neraka

Abu Hurairah RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda “Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan keikhlasan dan harapan dari Allah SWT maka seluruh dosa dosa di masa lalu akan dihapuskan (Bukhari)”.

Puasa adalah tiket untuk masuk ke dalam surga karena akan menghapuskan seluruh dosa kita. Bahkan Allah SWT membuat pintu khusus di surga yang dinamakan pintu Ar-Rayyan yang akan menjadi pintu masuk ke surga orang orang yang berpuasa.

Alhasil ibadah puasa di bulan Ramadhan beserta aktivitas ibadah yang lainnya adalah jalan bagi kita semua untuk membebaskan jiwa kita dari pengaruh buruk, dan juga dari dosa dosa kita yang pada akhirnya akan menghantarkan menuju kebahagiaan yang paripurna dunia dan akhirat.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Bagus Adiyanto adalah seorang aktivis dakwah di Washington DC, Amerika Serikat. Ia secara rutin memberi khutbah Jum�at di Kedutaan Besar Republik Indonesia, dan komunitas Muslim Indonesia di Washington DC. Setelah menyelesaikan pendidikan S1 dalam bidang teknik industri dari STT Telkom Bandung (sekarang Universitas Telkom) pada tahun 1999, Ia kemudian menyelesaikan pendidikan S2 dalam bidang Ilmu Komputer di Southeastern University, Washington DC pada tahun 2002. Sekarang Ia bekerja sebagai IT Konsultan dalam bidang pengembangan applikasi berbasis web di National Institute of Health. Ia juga bekerja sebagai dosen jurusan Sistem Informasi di Strayer Unversity, Arlington, Virginia. Di dalam organisasi beliau pernah menjabat sebagai direktur Publikasi dan Komunikasi, dan juga sekretaris umum IMAAM (Indonesian Muslim Association in America) dari tahun 2010-2013.

Lihat Juga

Sambut Ramadhan dengan Belajar Quran Bersama BisaQuran

Figure
Organization