
dakwatuna.com – Pemilihan presiden semakin dekat, tinggal hitungan hari pesta demokrasi akan digelar di negeri ini. Semua rakyat yang mempunyai hak suara diharapkan dapat berpartisipasi untuk menentukan masa depan negeri ini minimal lima tahun ke depan. Jangan sampai ada di antara kita yang golput karena ini merupakan tanggung jawab warga pada Negara tercinta. Apalagi kalau ada yang sampai mengampanyekan untuk menjadi golput sebagai protes dari sistem demokrasi yang tidak disukainya. Suatu hal yang tidak pantas terjadi ketika mereka (orang yang anti demokrasi) masih hidup di Negara yang demokrasi ini dan telah menikmati hasil demokrasi.
Pilpres kali ini sangat istimewa dan lebih seru , dikatakan istimewa karena dilaksanakan di bulan yang penuh berkah. Bulan Ramadhan yang akan memberi banyak makna untuk kepemimpinan bangsa ke depan. Dalam kondisi berpuasa rakyat memilih presiden yang aspiratif dengan tuntunan Illahi. Presiden yang akan membawa negeri ini pada kejayaan dan kemuliaan Indonesia di mata dunia dan dibanggakan rakyatnya seperti yang telah di persembahkan oleh presiden pertama Soekarno .
Disebut lebih seru karena dilaksanakan dalam suasana piala dunia. Pertandingan akbar dunia, menyita perhatian sebagian penduduk bumi ini yang juga memberi makna. Makna kejujuran dan sportivitas menjadikan pertandingan lebih hidup dan menarik. Demikian juga halnya dalam pilpres, pemilih juga harus jujur dengan mengikuti kata hati dan sportif dalam menyampaikan hak suaranya sehingga menghasilkan pilihan yang tepat dan berkualitas. Untuk itu rakyat harus cerdas dalam memilih pemimpin demi memperbaiki citra bangsa ini.
Rakyat jangan terpengaruh dengan kampanye hitam. Kampanye yang menjelekkan kedua pasangan yang tengah berjuang. Namun rakyat juga harus cerdas dengan mengetahui kepribadian dan kemampuan yang dimiliki kedua pasangan ini. Kelebihan dan kekurangan kedua pasangan hendaknya menjadi catatan penting dalam menentukan pilihan. Visi misi dan program kerja capres juga menjadi perhatian agar kita tidak salah pilih. Segala informasi yang berkembang tentang diri dan masa silam capres dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan pilihan. Di sinilah sikap kritis dan kecerdasan, menentukan kualitas pilihan seseorang.
Rakyat juga jangan sampai terlena dengan janji-janji yang ditawarkan ketika kampanye apalagi sampai membenarkan politik uang. Menerima bantuan dari tim kampanye dalam bentuk apapun menjelang pemilihan termasuk politik uang yang akan mempengaruhi pilihan seseorang. Untuk itu kita harus cerdas, jangan sampai terjebak dengan bantuan sedikit dengan mengorbankan harga diri kita.
Rakyat juga jangan sampai terpengaruh dengan politik pencitraan, yang menjadi strategi jitu bagi capres agar mendapat simpati rakyat dalam mendulang suara. Dengan menggunakan media massa secara masif, tim sukses satu pasangan berusaha memblow up sedemikian rupa “citra baik” capresnya seakan-akan calonnya itu adalah pemimpin yang dinanti untuk memperbaiki negeri .Di saat yang sama mereka berusaha menjatuhkan lawannya dengan kampanye hitam. Sedikit saja kesalahan atau kekurangan lawan dijadikan santapan empuk dalam menjatuhkan lawan politiknya.
Pemilih yang cerdas akan sangat berhati-hati dalam menentukan pilihannya. Memilih presiden berarti memilih seseorang yang akan memimpin kita dan menentukan masa depan bangsa. Apalagi dalam kondisi negeri yang sulit ini,berbagai persoalan melilit negeri ini seperti Kemiskinan rakyat, kesenjangan ekonomi, tidak meratanya pembangunan,rendahnya kualitas pendidikan, sedikitnya lapangan kerja sampai pada masalah merajalela kejahatan dan tindakan korupsi, merupakan deretan masalah yang harus segera diatasi. Untuk itu dibutuhkan pemimpin yang cerdas dalam menyelesaikan persoalan di atas dan berusaha maksimal dalam melanjutkan pembangunan untuk kesejahteraan rakyat. Setuju, maka hati-hatilah dalam memilih dan kita bermohon pada Allah Swt, agar lahir pemimpin sejati dalam rangka memperbaiki negeri di bawah naungan hidayah Illahi.
Redaktur: Ardne
Beri Nilai: