Menyejarahlah! Selagi Hayat Dikandung Badan

Ilustrasi. (Foto: bernaaltay.com)

dakwatuna.com – “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali ‘Imran: 133-134)

Bersegeralah dalam segala peluang kebaikan. Selagi kita masih di sini. Di dunia ini.  Ketika nafas masih mengisi rongga dada. Katika jantung masih berdetak setia menemani setiap detik waktu. Ketika otak masih bisa memilah baik dan buruk. Ketika semua panca indra masih berfungsi baik untuk menegakkan amal kebaikan.

Bersegeralah. Selagi kita masih di sini. Di bumi ini. Yang tanahnya masih bersahabat untuk dipijak. Yang kebun-kebunnya masih menumbuhkan tanaman. Yang sungainya masih mengalirkan air dan memberikan kesegaran. Yang lautnya masih ramah dilayari dan ikannya masih bisa kita nikmati. Yang malam dan siangnya masih berputar normal untuk memelihara siklus hidup dan aktivitas kita. Ketika segalanya masih berjalan normal, masih ada kesempatan untuk berbuat. Untuk menambah kebaikan. Untuk memohon ampun dan menghapus kesalahan yang pernah kita lakukan.

Perbaikilah. Selagi kita masih di sini. Di kehidupan dunia yang masih membuka kesempatan memperbaiki segala kerusakan. Dari amal-amal kita. Dari corak laku kehidupan kita. Dari kebiasaan buruk kita. Lalu bertobat, memohon ampun pada-Nya. Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa bertobat sebelum matahari terbit dari barat, niscaya Allah menerima tobatnya.” (HR. Imam Muslim). Sekaranglah saatnya. Di sinilah tempatnya. Di kehidupan dunia ini. Mumpung segala upaya perbaikan masih bisa kita lakukan. Sebelum ruh kita diangkat karena telah habis waktunya. Sebelum kita berpindah ke kehidupan berikutnya. Yang tak menyisakan lagi kesempatan untuk memperbaiki diri. “Sesungguhnya Allah ‘Azza wa jalla akan menerima tobat seseorang sebelum nyawa sampai di tenggorokan.” (HR. Imam Tirmidzi).

Perbaikilah. Selagi kita masih di sini. Di kehidupan yang masih bisa membatalkan rencana dan memperbarui keputusan. Tidak ada kata terlanjur. Mungkin kita pernah punya angan, keinginan, bahkan rencana untuk melakukan kemaksiatan. Bahkan mungkin sudah sempat terjerumus pada sesatnya kemaksiatan. Segeralah beranjak. Buatlah keputusan untuk menghentikan kedurhakaan. Karena bila tidak sekarang, jangan-jangan ajal lebih dulu datang. Tanpa menunggu kesiapan kita. Putuskan sekarang. Jangan menunggu setan kembali datang untuk mengubah pikiran. Mumpung kita masih berada di sini, di kehidupan yang masih memberi kesempatan untuk mengganti keputusan dan mengubah arah hidup.

Perbuatlah sesuatu yang berarti. Sekarang. Selagi kita masih di sini. Di kehidupan yang masih memungkinkan kita mengambil langkah mundur ketika tahu jalan yang kita tempuh penuh bahaya dan membinasakan. Jangan larut dalam kesia-siaan. Jangan tenggelam dalam kubangan kesalahan. Jangan terlena dalam kehampaan. Terlalu sayang, kesempatan ini kita sia-siakan. Berbuatlah. Beramallah.

Bergegaslah dalam kerja-kerja keshalihan. Mumpung kita masih di sini. Mumpung badan masih sehat. Mumpung tenaga masih kuat. Mumpung waktu masih tersedia. Jangan buat diri menyesal saat kesempatan tak lagi datang. Saat jasmani sudah tak sehat lagi. Saat badan sudah tak kuat lagi. “Dua nikmat yang kebanyakan manusia tertipu di dalamnya, ialah kesehatan dan waktu luang.”

(HR. Imam Bukhari).

Bersegeralah. Sekarang. Kalau ingin membangun kebaikan dari harta yang kita punya. Selagi kita masih di sini. Sebelum berpindah tempat tinggal. Ke tanah merah pekuburan. Yang sempit dan mengerikan. Sebelum bergantinya kehidupan. Yang tidak lagi saling menerima pemberian. Karena kita masing-masing punya kesibukan. Dengan keadaan hari yang amat mengerikan. “Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa’at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zhalim.” (QS. Al-Baqarah: 254).

Bergegaslah sekarang. Berpindah dari amal buruk menuju amal baik. Mumpung masih di sini. Di kehidupan yang masih bisa melakukan tawar menawar. Masih bisa memilih-milih. Sebelum kita berpindah ke tempat lain yang tak ada lagi pilihan. Tinggal menerima apa yang Allah berikan. Baik atau buruk. Kesenangan atau kesusahan. Kebahagiaan atau pernderitaan. Tak ada lagi tawar-menawar. Tak ada lagi kesempatan menebus kesalahan. Tak ada lagi teman pembela yang bisa kita harapkan. Sebagaimana Allah ‘Azza wa Jalla telah berfirman, “Dan takutlah kamu pada hari (ketika) tidak seorang pun dapat membela orang lain sedikit pun. Sedangkan syafa’at dan tebusan apa pun darinya tidak diterima dan mereka tidak akan ditolong.” (QS. al-Baqarah: 48). Karena Malaikat penjaga hanya bertugas dengan penuh ketaatan. Apakah mengawal kita ke tempat peraduan nan sejuk penuh kedamaian, ataukah menyeret kita ke lubang gelap neraka Jahannam.  Na’udzubillah… Hanya pada-Nya kita mohon perlindungan.

Maka, bergegaslah dalam setiap kesempatan. Untuk melakukan amal dan kerja keshalihan. Mumpung kita masih di sini, di bumi yang kita pijak ini. Sebelum ia menelan kita dalam rengkuhan tanah merahnya. Melumat jasad dalam pengap dan gelapnya. Tanpa peduli, siapa kita di dunia sebelumnya?

Berpaculah dalam aneka amal kebajikan. Karena Allah menitahkan itu yang mesti kita lakukan. “Maka berlomba-lombalah kamu dalam berbuat kebaikan.” (QS. Al-Baqarah: 148). Dan bersungguh-sungguhlah dalam kebaikan yang kita lakukan. Agar ia menjadi amal yang memberi arti bagi hidup kita. Di sini dan kehidupan nanti yang akan kita jelang. “Bersemangatlah selalu untuk mengerjakan apa yang berguna bagimu, dan mohonlah pertolongan kepada Allah, dan janganlah menjadi orang yang lemah.” (HR. Imam Muslim).

Sekaranglah saatnya jika ingin membuat perbaikan. Di kehidupan yang masih memungkinkan kita mengevaluasi langkah dan mengoreksi kesalahan. Dan masih memberi kita kesempatan untuk berpikir ulang tentang apa yang seharusnya kita persiapkan.

Di sinilah saatnya jika ingin membuat perubahan. Di kehidupan yang masih memberi kita jenak-jenak untuk berpikir. Sebelum benar-benar mengambil keputusan. Tentang apa yang akan kita perbuat dan lakukan. Jangan menunggu nanti. Ketika kita tak lagi punya waktu untuk berpikir tentang apa yang harus kita kerjakan. Karena mizan sudah di hadapan. Dan shirath pun telah terbentang. Saat itu, tak ada lagi detik-detik nan berharga yang bisa kita gunakan untuk mempertimbangkan. Karena saat itu, nasib dan akhir cerita sudah ditetapkan. Wallahu A’lam Bish-shawwab.

Ayah dari tiga orang puteri (Asma, Waffa, dan Aisyah). Lahir di Kuningan, Jawa Barat. Kini tinggal di Bogor.
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...