Topic
Home / Berita / Opini / Suara yang Tak Terdengar

Suara yang Tak Terdengar

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (shutterstock.com / Jezper)
Ilustrasi (shutterstock.com / Jezper)

dakwatuna.com – Isu pemilu masih sangat hangat di telinga kita semua, bahkan sampai sekarang masih berlanjut dengan pemilihan presiden. Tetapi sangat disayangkan, di saat pesta terbesar demokrasi tersebut hanya terdengar teriakan janji-janji manis para calon legislatif. Tak terdengar suara jeritan ratusan ribu anak jalanan yang tak bisa sekolah dan harus bekerja. Suara tangisan wanita yang terpaksa menjual kehormatannya dan menjadi wanita penghibur selama bertahun-tahun hilang tanpa bekas karena suaranya tertutup oleh resminya lokalisasi dan status PSK yang dianggap wajar. Sedangkan rintihan para tulang punggung keluarga di pelosok Indonesia yang sangat tak dihargai oleh para penguasa perdagangan tak pernah diperbincangkan karena ramainya masalah di perkotaan dan di tingkat pemerintahan. Selain itu, jeritan kesakitan para pecandu narkoba dan penderita HIV dari dampak pergaulan bebas seakan hilang ditelan zaman yang menganggap pergaulan bebas adalah hal wajar bagi kalangan kelas atas dan pergaulan barat yang menjadi idaman para pemuda.

Di sisi lain, banyak suara yang diperkeras hingga meramaikan Indonesia selama beberapa tahun ini. Banyak orang teriak dan suarnya begitu bising tentang bobroknya tokoh-tokoh politisi dan meski sedikit orang teriak tetapi suaranya menggelegar sampai ke seluruh pelosok karena kemacetan/banjir di ibu kota. Yang paling mengherankan adalah satu tetes air mata seorang artis bisa meramaikan Indonesia yang merupakan 5 besar negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia.

Jika kita lihat dari segi kuantitas, ada banyak suara yang seharusnya lebih keras dan meramaikan Indonesia dan suaranya pun sangat penting. Pada tahun 2011 jumlah anak jalanan di Indonesia mencapai 230 ribu berdasarkan data Kemensos. Sedangkan pada tahun 2013 jumlah PSK di seluruh Indonesia mencapai 40 ribu lebih menurut pernyataan Direktur Rehabilitasi Tuna Sosial Kementerian Sosial, Sonny W Manalu, dan itu pun baru yang terdaftar di area lokalisasi dan dari pernyataan beliau jumlahnya terus bertambah setiap tahunnya. Pada tahun yang sama, jumlah pecandu narkoba mencapai 4,9 juta orang lebih menurut pernyataan Kepala Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia Komjen Anang Iskandar.

Pemerintah menyatakan bahwa sistem demokrasi di Indonesia akan memberikan hak berbicara kepada siapapun dan semua orang bobot suaranya sama. Tetapi sayangnya, itu hanya berlaku di proses pemilu saja. Seperti penjelasan di atas, kenyataannya masih ada ribuan orang yang suaranya kalah dengan beberapa orang public figure dan hanya suara-suara pilihan yang didengarkan dan disebarluaskan di negeri demokrasi ini.

Banyak suara-suara yang hilang ini bukan karena masalah mereka sudah selesai, tetapi sering kali karena adanya masalah baru yang lebih menarik perhatian. Sehingga beberapa orang pun mulai sadar bahwa di dalam dunia media di Indonesia saat ini terlalu banyak konspirasi. Suara-suara rakyat kecil yang sudah disebutkan di atas pun sebenarnya pernah terdengar dan media massa sehingga pemerintah pun tertekan untuk menyelesaikannya. Tetapi sayangnya sebelum masalah tersebut selesai media massa berhasil menemukan masalah baru yang tak peduli seberapa penting yang akhirnya juga menekan pemerintah untuk beralih fokus untuk menyelesaikannya.

Tentunya kita masih ingat tentang masalah kenaikan harga BBM, tentang masalah penyewaan anak kecil untuk menemani seorang pengemis “bekerja” di lampu merah baik dalam keadaan sadar ataupun tidak. Beberapa tahun lalu pun begitu ramai masalah HIV. Tetapi ternyata itu semua tak berlangsung lama dan harus tergantikan di panggung media massa saat ini. Suara mereka sudah tak laku lagi untuk didengar karena masalah baru akan terus berdatangan dengan “harga jual” yang lebih tinggi bagi para pemilik media massa. Yang disayangkan bukan redupnya suara, tetapi penanganan yang tak kunjung usai sampai akar sehingga tak ada masalah rakyat yang terselesaikan secara sempurna.

Harus diakui untuk mendengar suara seluruh rakyat di Indonesia secara bersamaan sangatlah sulit, mengingat jumlah penduduk Indonesia tahun 2013 diperkirakan mencapai 250 juta jiwa dan negeri ini pun merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Sehingga untuk mendengar dan menindak lanjuti semua suara-suara itu kita butuh sangat banyak relawan yang tersebar di seluruh Indonesia. Tetapi, kita pun harus ingat juga bahwa kita memiliki DPD, DPRD, DPR RI dan berbagai pejabat publik yang memiliki tugas khusus untuk mengurus rakyat di daerah masing-masing.

Semua tangisan ini, semua keringat ini, dan semua jeritan ini bukan hanya tugas para pejabat negeri ini yang selalu kita gaji setiap bulannya tanpa henti. Ini bukan hanya tugas para mahasiswa yang jumlahnya saat ini baru 4,8 juta orang atau 18,4 persen dari total penduduk berusia 19-24 tahun. Tetapi juga tugas seluruh rakyat Indonesia khususnya para pemuda Indonesia yang berada di seluruh pelosok negeri sebagai tulang punggung negeri ini.

Sumber:

http://www.tribunnews.com/nasional/2011/08/25/jumlah-anak-jalanan-230-ribu-di-indonesia

http://www.tempo.co/read/news/2013/04/16/058473745/40-Juta-PSK-Menghuni-Lokalisasi-di-Seluruh-Indonesia

http://regional.kompas.com/read/2013/08/31/1620260/Jumlah.Pengguna.Narkoba.di.Indonesia.Capai.4.9.Juta

http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/07/17/mq2oy6-2013-penduduk-indonesia-diperkirakan-250-juta-jiwa

http://edukasi.kompas.com/read/2011/03/26/13202052/Mahasiswa.di.Indonesia.Cuma.4.8.Juta

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Mahasiswa Universitas Indonesia Wakil Ketua Pemuda Al-Irsyad Al-Islamiyyah Kota Bogor

Lihat Juga

Parlemen Israel Tunda Voting UU Larangan Azan

Figure
Organization