dakwatuna.com – Mesir. Media online Arab, Aljazeera, menyebutkan (13/6/2014) bahwa penderitaan akibat penyiksaan fisik yang dialami aktivis perempuan Mesir anti kudeta terus berlanjut dalam Penjara Qanathir, tanpa perhatian memadai seorang pun di tengah hiruk pikuk panggung politik Mesir.
Selain disiksa, para aktivis juga terancam kejahatan pemerkosaan dan pelecehan dari sipir penjara yang menjadi semacam senjata untuk membungkam penentangan mereka.
Salah seorang warga Mesir, Amar Muthowi’, menceritakan (melalui akun Facebook) kondisi saudara perempuannya, salah seorang mahasiswi Al-Azhar, yang mengalami penyiksaan di penjara tersebut, bersama dengan para tahanan perempuan lainnya.
Belasan di antara tahanan perempuan tersebut bahkan menderita patah tulang di tangan dan kaki, dan tidak langsung diobati oleh tenaga medis penjara.
Tidak cukup dengan pemukulan, sipir penjara juga memindahkan para tahanan ke dalam kamar isolasi, dan memusnahkan seluruh perlengkapan pribadinya seperti pakaian dan obat-obatan.
Mereka juga memaksa para tahanan untuk membuka hijabnya sebagai bentuk hukuman atas keikutsertaan dalam aksi-aksi demonstrasi menentang kudeta militer serta aksi mogok makan dari dalam penjara.
Saat ini, sebagian besar tahanan politik perempuan ikut serta dalam aksi mogok makan meskipun kondisi kesehatan sebagian mereka memerlukan pengobatan medis.
Sejauh ini, upaya Aljazeera untuk mengkonfirmasi berita tersebut kepada Kementerian Dalam Negeri Mesir (kepolisian) tidak direspons. Aljazeera menyebutkan bahwa biasanya Kemdagri Mesir akan membantah adanya penyiksaan di dalam penjara, sebagaimana juga membantah adanya tahanan politik di Mesir saat ini. (aljazeera/rem/dakwatuna)
Redaktur: Rio Erismen
Beri Nilai: