Topic
Home / Berita / Nasional / Sarasehan Pegiat Nasyid Nasional Satukan Visi Global Nasyid Indonesia

Sarasehan Pegiat Nasyid Nasional Satukan Visi Global Nasyid Indonesia

Sarasehan Pegiat Nasyid Nasional ACT.  Ahad, (8/6).  (act.or.id)
Sarasehan Pegiat Nasyid Nasional ACT. Ahad, (8/6). (act.or.id)

dakwatuna.com – Jakarta– Geliat nasyid di Indonesia mulai digaungkan kembali. Sarasehan Pegiat Nasyid Nasional yang diselenggarakan pada Minggu (8/6) bersama lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap setidaknya bisa menyamakan persepsi mengenai mau dibawa kemana nasyid ke depan.

Sarasehan yang dihadiri sekitar 60 munsyid dari berbagai daerah seperti Semarang, Bandung, Jambi, Palembang, dan Jabodetabek ini diharapkan dapat membantu organisasi-organisasi, kelompok Nasyid dan nasyid perseorangan untuk lebih berkembang. Pegiat nasyid dari sejumlah daerah di tanah air mulai dari pemula hingga senior antara lain The Jenggot’s, Awan (jebolan X-Factor Indonesia), Raudah, daQunada, dan masih banyak lainnya juga terlihat hadir di sarasehan ini.

Sebagai penggagas forum ini, Teddy Snada sangat terkesan dengan para munsyid yang datang secara sukarela untuk memajukan nasyid Indonesia ke depan. Forum ini, kata dia, diharapkan dapat membuka mata pegiat nasyid tanpa melihat sekat-sekat organisasi nasyid yang telah ada apalagi membuat organisasi baru.

“Kita ingin membantu organisasi nasyid lebih berkembang. Memperlihatkan bagaimana nasyid bisa terus berkembang di tengah naik turunnya industri musik Indonesia,”kata dia.

Lanjut Teddy, jumlah tim nasyid di tanah air jumlahnya sangat banyak, namun ia sangat prihatin karena dari sekian banyak jumlah tersebut sebagian besar masih terkungkung pada visi yang berbeda, semua mau bergerak sendiri. Maka dari itu dibutuhkan persamaan visi dari sekarang untuk kemajuan dunia nasyid kedepannya.

“Tim nasyid di Indonesia itu sebenarnya jumlahnya banyak, tapi tercerai berai. Kita semuanya memiliki tujuan yang sama yaitu bersyiar lewat nada, tetapi terkadang visi nya berlainan. Sehingga kita harus merekatkan tangan agar kita memiliki visi yang kuat dan global untuk kemajuan nasyid dan dakwah,”ujar Teddy.

Untuk itu, sarasehan kali ini, kata Teddy, menggarisbawahi mengenai hal yang berkaitan dengan manajemen, penampilan, kemampuan bermusik, hingga pemasaran melalui digital marketing yang diisi oleh para pembicara ahli.

Opick yang saat itu menjadi salah satu penasihat menggarisbawahi, industri musik memang mulai mati. Sempat terbantukan dengan adanya ring back tone (RBT), nasyid pun kembali tenggelam karena peraturan pemerintah soal RBT. Penjualan kaset dan CD tidak bisa diandalkan. Kini, media sebagai wadah para pegiat nasyid hanya mengandalkan ceruk online.

Meski begitu, sebenarnya musik Islami masih sangat bisa bersaing baik di dalam dan luar negeri. Sayangnya, mainset orang Indonesia yang lebih menggaungkan lagu barat seakan menenggelamkan musik Islami. Masyarakat Indonesia masih “import-minded”. Artinya, masyarakat Indonesia masih menganggap yang datang dari luar negeri itu lebih baik dari pada dalam negeri.
Pelbagai masalah juga masih menyapa para pegiat nasyid. Mulai dari sponsor musik Islam yang sedikit, media massa yang enggan meliput, label yang lebih memilih musisi pop yang berganti ‘baju’ religi saat Ramadan, regenerasi yang tidak berjalan, sampai para pelaku nasyid yang memang masih bermental tempe.

“Mental pegiat nasyid masih belum internasional dan tidak ‘ngotot’ dengan musikya,”kata dia.

Menurut Opick, jika ingin nasyid lebih menggaung, cobalah untuk mengenal dirinya sendiri. Mengenal bagaimana lagu-lagu yang disampaikan adalah sebuah perenungan membagi pikiran. Jika dapat menginspirasi orang banyak, itu poin lebih. Pegiat nasyid pun harus belajar darimana pun dan kepada siapa pun. Tidak boleh gampang menyerah dan berkecil hati.

“Jangan ragu-ragu untuk berkarya dan menampilkannya di depan umum. Tidak ada guru terbaik selain praktik di lapangan,”kata dia.

Iqbal Setyarso, Direktur Komunikasi ACT menegaskan, nasyid dan kemanusiaan adalah kolaborasi sepadan untuk membangkitkan gairah kedermawanan umat. Karena lewat lantunan kata dan nada, dapat menghasilkan produk-produk untuk kemudian dapat dijadikan stimulan untuk mengajak masyarakat berdonasi.

Munsyid atau seniman nasyid, bagi ACT layak menjadi duta kemanusiaan. Setidaknya tiga peran strategis komunitas nasyid: pertama, event nasyid menjadi tools charity; kedua, produk seni seperti CD lagu/album maupun program entertainment bagian social enterprise bersama ACT yang
keuntungannya kembali untuk kemanusiaan sekaligus tumbuh bersama dengan sehatnya bisnis  industry religi yang melibatkan para seniman nasyid.

“Ketiga, para munsyid adalah relawan yang bersama ACT ikut menyuarakan kepedulian pada isu kemanusiaan,“ ungkapnya. (lingga/act/sbb/dakwatuna)

 

Redaktur: Saiful Bahri

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Media Relations Directorate Aksi Cepat Tanggap

Lihat Juga

Nissa Sabyan Semakin Bersemangat Jadi Duta Kemanusiaan

Figure
Organization