Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Generasi Rabbani, Generasi Pemimpin

Generasi Rabbani, Generasi Pemimpin

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (inet)
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Perubahan adalah keniscayaan. Tanpa perubahan, kita sebagai umat Islam akan tergilas zaman, menjadi budak peradaban. Sedangkan pemuda, perubahan dan kepemimpinan adalah satu paket yang tak dapat dipisahkan. Seorang pemuda dengan cita-cita yang tinggi, semangat yang membara serta potensi yang besar menjadi alasan bagaimana pentingnya peran dan tanggungjawabnya dalam penentuan masa depan Islam. Azzam (tekad) yang kuat, visi yang mulia serta niat yang murni karena Allah harus senantiasa dijaga keberadaannya.

Meminjam istilah Dr. Ali Shariati, seorang intelektual muslim, bahwa manusia adalah makhluk dua-dimensional yang membutuhkan penyelarasan kebutuhan akan kepentingan dunia-akhirat. Oleh sebab itu, manusia harus memiliki kepekaan emosi dan intelegensia yang baik (EQ dan IQ). Dan dalam rangka menyeimbangkan keduanya, dibutuhkan kecerdasan spiritual agar usahanya mendapat ridha Allah Swt.

Sejarah telah membuktikan, bahwa keimanan adalah keajaiban fantastis dan kekuatan yang mampu merobohkan kemunafikan dunia dan melejitkan manusia menjadi pribadi yang mulia di sisi-Nya dan juga di sisi makhluk-Nya serta mengubah wajah peradaban menjadi lebih cerah dan diberkahi.

Adapun trade mark generasi rabbani  sebagai generasi pemimpin terbaik diantaranya adalah:

PertamaShihhatul Ittijah (Orientasi yang Benar)

“Barang siapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (Qs. al-Kahfi: 110)

Rindu yang teramat sangat untuk berjumpa dengan Rabb yang selama ini selalu ada untuk menyegarkan lelah dengan tetesan embun kasih sayang-Nya. Yang mengusap lembut air mata dengan hikmah, menjawab segala kegundahan dengan pertolongan yang dekat waktunya.  Rasa rindu itulah yang  akan memunculkan ketundukkan pada perintah-Nya, rasa ingin selalu dekat dengan-Nya, gemar berbuat kebajikan, tak pernah merasa aman dari siksa-Nya. Kemudian tak pernah berputus asa akan ampunan dan rahmat-Nya, berserah diri atas segala ketetapan-Nya serta selalu sadar bahwa semuanya milik Allah dan kelak akan kembali kepada-Nya.

KeduaShihhatur Risalah (Tugas yang Benar)

“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, melainkan hanya untuk beribadah kepada Ku”.  (Qs. adz-Dzariyat: 56)

“Sesungguhnya Aku akan jadikan (manusia) sebagai khalifah.” (Qs. al-Baqarah: 30)

Dari kedua ayat tersebut, dapat diketahui bahwa tugas seorang pemuda adalah menjadi ahli ibadah, ahli dakwah (khalifah), profesional di bidang yang digelutinya dan semuanya dilakukan atas dasar iman dan takwa.

KetigaShihhatut Takhtith (Strategi yang Jitu)

“Dan Dialah Allah yang telah menurunkan di kalangan kaum ummiy (buta huruf) seorang Rasul dari kalangan mereka (manusia). Dia membacakan ayat-ayat  Allah, membersihkan mereka (dari dosa) dan mengajarkan al-Quran dan Sunnah.” (Qs. al-Jumu’ah: 2)

Melalui pembinaan nilai-nilai Islam yang kontinyu (Tarbiyah Islamiyyah Istimroriyyah) seorang pemuda akan mudah menentukan strategi untuk mewujudkan kerja-kerja besar demi kesejahteraan dan kebermanfaatan umat. Dan seperti yang sudah diterangkan Allah Swt dalam al-Qur’an surat al-Jumu’ah ayat 2 bahwa strategi yang paling jitu di antara strategi yang ada adalah dengan membacakan ayat-ayat Allah kepada manusia, kemudian membersihkan manusia dari dosa dan mengajarkan manusia tentang al-Quran dan Sunnah.

Keempat, Shihhatul Baramij (Desain amal yang Terarah)

Dalam pembinaan nilai-nilai keislaman tersebut dibutuhkan program atau target-target yang jelas dan terarah. Selain itu, program tersebut dapat terealisasi dalam kehidupan sehari-hari pada diri setiap pemuda yang nantinya ada evaluasi di dalamnya. Hal ini dinilai sangat penting untuk penjagaan diri seorang pemuda dalam aspek ruhiyah, jasadiyah dan fikriyah.

Kelima, Quwwatul Intaj  (Produktivitas yang Tinggi)

Produktivitas yang tinggi dapat diraih dengan:

  • Kinerja yang luar biasa.
  • Amanah dan profesional dalam kerja.
  • Senantiasa memproduksi manfaat.
  • Kontinyu dalam zikir.
  • Cemerlang dalam pikir.
  • Mulia dalam perilaku

Pemimpin ideal yang terlahir dari generasi cerdas adalah generasi yang:

Pertama, berkepribadian Islam (Syakhsiyah Islamiyah)

Yaitu memiliki keimanan kuat terhadap Islam (Aqidah Islam), menjadikan aqidah sebagai landasan dan standar berpikir (aqliyah) dan bersikap (nafsiyah). Menata dan menyelesaikan berbagai persoalan kehidupan berdasarkan petunjuk Islam (syariah Islam). Memiliki gaya hidup (way of life) yang khas. Segala aktivitasnya didasarkan pada aqidah Islam, proaktif melakukan perubahan di masyarakat menuju kehidupan yang islami, menjadi teladan dan motor perjuangan Islam di tengah masyarakat.

Kedua, berjiwa Pemimpin

Yaitu Memiliki rasa tanggungjawab dan kepemimpinan, memperjuangkan tegaknya syariah Islam hingga menyinari seluruh alam, menjadi teladan dan mengajak umat manusia untuk mengambil jalan Islam. Memiliki tanggungjawab terhadap segala aktivitas dalam kehidupannya. Memahami bahwa hidupnya sarat dengan amanah yang harus dipertanggungjawabkan kepada  Allah Swt.

“Dan Amir itu adalah pemimpin yang mengurusi urusan umat, dia bertanggungjawab dengan segala urusannya.” (Hr. Muslim)

Sesungguhnya Allah akan menanyakan kepada mereka apa yang telah mereka lakukan.” (Hr. Muslim)

Ketiga, mampu menjawab tantangan perkembangan zaman

Yaitu mampu mengarungi medan kehidupan dengan penuh keberanian, tidak ada yang ditakuti kecuali murka Allah. Hidupnya hanya diabdikan kepada Allah, tidak pernah menyerah pada problem atau konflik yang melanda kehidupannya.

Dari uraian di atas, sudah dapat dipastikan bahwa Rasulullah adalah satu-satunya teladan dan rujukan untuk menjadi pemimpin muda ideal dambaan umat.

Nabi Muhammad Saw telah memerankan diri sebagai agen perubahan dan rujukan alam semesta sejak usia sangat belia hingga di penghujung usianya

  •  Usia 0-4 tahun sudah menjadi yatim: psikologi dan fisik  telah distruktur  dengan baik
  •  Usia 4-6 tahun pembelahan dada, kembali ke ibunya: kematangan spiritual dan kecukupan kasih sayang
  •  Usia 6-8 tahun tinggal bersama kakeknya: pengalaman politik yang intensif
  •  Usia 8 tahun bekerja menggembala kambing bersama pamannya
  •  Usia 12 tahun bisnis internasional bersama pamannya
  • Usia 15 tahun pengalaman militer dalam perang Fijar
  • Usia 20 tahun pengalaman diplomatik: pengokohan kredibilitas sosial
  • Usia 25 tahun menikahi Khadijah: kepala keluarga
  • Usia 25-35 tahun telah memiliki pengalaman sebagai kepala keluarga, pedagang, orang kaya, pemuka masyarakat, dan berbagai aktivitas sosial

Kejayaan Islam memang sangatlah sulit diwujudkan di tengah-tengah alam penuh kezhaliman saat ini. Kenyataan ini masih nan jauh di sana. Oleh karenanya, jalan dakwah ini masih sangatlah panjang. Namun, dengan bekal iman dan semangat jihad yang kuat serta memulai untuk memperbaiki diri sendiri, keluarga dan masyarakat serta mencoba untuk memulai berkarya meski dari hal-hal yang terkecil, lalu Allah pun  akan membukakan jalan untuk berkarya lebih dan lebih sehingga terciptalah kerja-kerja besar. Maka, tidak mustahil kemuliaan Islam akan diraih. Di sinilah dicari pemuda Kahfi yang berjuang demi kebenaran hakiki. Mereka adalah generasi rabbani yang siap menjadi pemimpin umat.

Al-Faqirah, Al-Khansa Ummu Syuhada.

Maraji’:

  1. Fathi Yakan, “Generasi Pemuda dan Perubahan”
  2. Maman Kh, “Karakter Generasi Cerdas, Generasi Pemimpin”
  3. Fahmi, “ Asy Syabab”.

Redaktur: Pirman

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Entrepreneur Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lihat Juga

Ada Dakwah di Dalam Film End Game?

Figure
Organization