Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Tandur Imajinasi

Tandur Imajinasi

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (inet)
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Manusia merupakan makhluk unik. Makhluk ciptaan Allah yang satu ini dianugerahi berbagai macam potensi. Baik potensi yang bernuansa positif sampai yang berbau negatif. Tak ayal, dinamika kehidupan manusia cenderung lebih dinamis jika dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain yang lebih bertendensi ke arah statis.

Kita ambil contoh saja malaikat. Malaikat diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang harus nurut, patuh dan taat kepada Allah sehingga sepanjang hidupnya juga hanya beribadah saja kepada Allah, tanpa rasa iri dan tertarik untuk mengerjakan pekerjaan lain yang dikehendakinya, seperti halnya manusia. Begitu pula iblis. Iblis diciptakan oleh Allah untuk menggoda manusia, maka seluruh hidupnyapun dihabiskan hanya untuk menggoda manusia saja. Kehidupan kedua makhluk tersebut hanya berkutat pada aktivitas yang statis.

Berbeda jauh dengan manusia. Manusia diberikan piranti yang variatif oleh Allah. Manusia diberikan akal, hati, nafsu dan piranti-piranti lain yang tidak dimiliki makhluk lain. Oleh sebab itu, terkadang kedudukan manusia bisa mengungguli kedudukan malaikat dan terkadang lebih rendah dari kedudukan iblis.

Imajinasi sebagai bagian dari piranti merupakan manifestasi dari kedinamisasian manusia. Seseorang bisa berkontemplasi memikirkan segala keadaan dengan bebas tanpa terbelenggu oleh barang apapun. Imajinasi ibarat sebuah biji yang bisa ditandur atau ditanam di lahan manapun. Jika tertanam di bumi yang subur, maka dia akan bercokol dengan hasil yang sangat baik. Akan tetapi, jika ditanam di bumi sahara yang tandus, maka dia akan kering mengeropos dan kemudian mati dengan sendirinya.

Dengan imajinasi, seorang akan bisa jadi pembebas atau bahkan penindas. Dengan imajinasi pula seseorang akan bisa menanam pohon keabadian. Sebuah pohon yang tidak sembarang manusia bisa menciptakanya. Diantara bentuk pohon hasil cipta, rasa dan karya manusia yang abadi diantaranya adalah pohon tulisan. Pohon tulisan bisa abadi di dada para pembacanya. Dari bibit bernama imajinasi, buah-buah ranum keabadian tulisan terkunyah dalam dada manusia.

Beberapa potongan dari ayat al-Quran tidak henti-hentinya membisiki manusia agar terus berimajinasi. Dari potongan ayat afala ta’qilun, afala yatadabbarun, afala yatafakkarun. Secara eksplisit, kita bisa mencermati bahwa manusia dituntut untuk terus berimajinasi oleh Allah dengan merenungkan ayat-ayat kauniyah yang tersirat di alam semesta.

Bahkan lebih dalam lagi, wahyu yang pertama kali diturunkan oleh Allah adalah Iqra yang artinya membaca. Maksudnya, sebagai seorang hamba yang dikaruniai banyak sekali piranti untuk mengembangkan diri, kita diberikan stimulus untuk mencurahkan segenap pikiran untuk terus melakukan eksplorasi diri serta menyingkap kebenaran yang terselip dalam bingkai alam.

Maka, tandurlah imajinasimu dengan menulis agar kisahmu bisa abadi. Tandurlah imajinasimu dengan mengajarkan kebaikan kepada orang lain agar bank jariahmu kian menambah berkah. Tandurlah imajinasimu supaya bermanfaat bagi manusia lain. Tandurlah imajinasimu agar kebaikanmu melimpah ruah.

Dalam sebuah buku yang berjudul Pergolakan Pemikiran Islam, Ahmad Wahib pernah mengatakan bahwa orang yang tidak mau berfikir adalah orang yang menyia-nyiakan hadiah Allah yang begitu berharga yaitu otak. Lebih jauh, dia menegaskan bahwa dia berdoa kepada Allah agar memberikan petunjuk kepada orang-orang yang tidak mau mengoptimalkan otaknya. (Ahmad Wahib : 2013).

Otak merupakan perangkat dasar untuk berimajinasi, tentunya melalui perenungan-perenungan mendalam tentang fenomena. Baik yang sifatnya metafisik maupun empirik. Imajinasi yang kuat akan melahirkan pengaruh yang hebat, begitu juga sebaliknya. Imajinasi terkadang menciptakan seni dalam hidup yang mengharmonikan rasa dalam pahitnya kehidupan. Menjadikan duka sebagai maha karya, nestapa menjadi sastra, derita menjadi hamparan cerita menyayat.

Orang yang tidak pernah nandur maka dia tidak akan pernah menuai. Dalam kehidupan manusia, tandur amal perbuatan adalah menjadi sebuah keniscayaan. Entah dengan bibit seperti apa yang akan digunakan untuk menanam dan di lahan mana bibit tersebut akan ditandur. Semuanya akan bercokol dan tumbuh rindang, sesuai dengan bibit yang ditandurnya. Jika yang ditandur bibit duri, maka ia akan menuai duri. Jika menandur bibit buah yang nikmat, maka ia akan merasakan keranuman dan kenikmatan buah tersebut. Maka marilah kita mulai nandur kebaikan agar dapat menuai keberkahan.

Redaktur: Pirman

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Angkatan 2011. Aktif dibeberapa organisasi dan forum-forum keilmuan diantaranya adalah LSO-FORSIFA UMM sebagai ketua umum periode 2013-2014, RESIST, Aktivis HPMM (Himpunan Pemuda Muslim Mencorek), Grup diskusi mahzab poros tengah ulil abshar, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, kajian teori sosial kritis jamaah klandungan. disamping itu, penulis juga tercatat sebagai kader PPUT (Program Pendidikan Ulama Tarjih) UMM angkatan 2011.

Lihat Juga

Duet Bersama Sang Anak, Doktor Penciptaan Seni Teater Terbitkan Buku ‘Rembulan dan Matahari’

Figure
Organization