Topic
Home / Berita / Internasional / Afrika / Kesaksian Seorang Pekerja Sosial Tentang Ibu Negara Najla’ Mursi

Kesaksian Seorang Pekerja Sosial Tentang Ibu Negara Najla’ Mursi

Dr. Najla' Ali (tengah), istri Presiden Mursi yang sederhana (ganaa.net)
Dr. Najla’ Ali (tengah), istri Presiden Mursi yang sederhana (ganaa.net)

dakwatuna.com – Mesir. Salah satu media online Mesir, Kalimaty, memuat kesaksian seorang pekerja sosial yang tidak disebutkan namanya tentang kepribadian istri Presiden Mursi, Dr. Najla’ Ali Mahmud, yang sangat rendah hati dan jauh dari gaya hidup yang biasanya melingkari seorang ibu negara. Sang pekerja sosial bertutur:

Saya sungguh tidak melupakan hari itu, sewaktu masih bekerja di sebuah yayasan sosial. Ketika tiba di kantor pagi itu, atasan mengabarkan bahwa ada seorang donatur yang ingin memberikan bantuan untuk meringankan biaya pernikahan yang biasanya ditanggung anak-anak asuh yayasan.

Saya memutuskan menjemput sendiri dana bantuan tersebut, karena petugas yang biasa sedang tidak berada di tempat. Setelah menunggu sebentar, saya mendapatkan data dan alamat donatur tersebut yang tertulis sebagai berikut:

Nama: Najla’ Ali Mahmud;

Alamat: Tajammu’ Khamis, di samping Masjid Fatimah Al-Syarabitly;

Jumlah donasi: Tidak disebutkan;

Tujuan donasi: Membantu biaya pernikahan anak-anak asuh yayasan.

Saya berangkat menuju alamat yang tertera, dan tatkala sampai ke alamat yang dituju, dana bantuan tidak langsung saya terima dari petugas keamanan yang menjaga kediaman calon donatur. Saya diminta masuk, dan menerima dana bantuan langsung dari yang bersangkutan. Saya serahkan surat tanda bukti terima dengan menuliskan nama dengan gelarnya, Dr. Najla’ Ali, tetapi beliau meminta untuk diubah dengan cukup mencantumkan nama tanpa embel-embel gelar di depannya.

Setelah mengucapkan terima kasih atas bantuan dan kepeduliannya, saya pun berlalu, namun baru beberapa langkah, beliau memintaku untuk menunggu sebentar. Saya melihat beliau datang menghampiri dengan membawakan sejumlah manisan dan dengan sedikit memaksa meminta agar saya mau menerimanya. Sebelum mengambilnya, beliau berkata: “Anda tamu, dan memuliakan tamu itu wajib hukum.”

Beliau tersenyum dan berlalu dari hadapan saya, sementara petugas keamanan yang menjaga menyampaikan bahwa dirinya senang dengan kunjungan saya dan berharap agar dapat berkunjung lagi nantinya.

Sungguh saya merasakan makna yang sangat banyak, terutama tentang betapa indahnya jika presiden kita dan pejabat-pejabat pemerintahan kita rasakan bagian dari kehidupan kita, kehidupannya mirip dengan kita, mengetahui realitas yang kita hadapi, dan bukan terasing dari kita. Mau berbagi tentang persoalan-persoalan yang kita hadapi, meresponsnya, dan upaya untuk bertemu dengan dirinya bukanlah sesuatu yang sulit.

Betapa indahnya jika hal-hal seperti ini berkembang sebelum gaya-gaya hidup feodal, pembesar, sombong, dan berbangga diri terpatri dalam sanubari bangsa kita seperti saat ini. Gaya-gaya hidup yang menghiasi para pelayan masyarakat mulai dari yang paling tingginya hingga level yang paling rendah, yang untuk bertemu dan mengadukan persoalan kita tidak diperlukan lagi uang tips dan sogokan.

Sungguh kisah yang saya ceritakan ini nyata adanya, kejadian yang saya alami sendiri dari rumah seorang kepala negara, dan saya tidak melihat apapun dari mereka kecuali bahwa mereka bekerja untuk mendapatkan ridha-Nya semata, bukan yang lainnya.

Ya Allah, jaga dan selamatkan mereka, jagalah Mesir kita dari segala keburukan, bebaskanlah Dr. Muhammad Mursi dan seluruh tahanan pendukung demokrasi yang lainnya. Allahuma ‘amin.” (klmty/rem/dakwatuna)

Redaktur: Rio Erismen

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Alumnus Universitas Al-Azhar Cairo dan Institut Riset dan Studi Arab Cairo.

Lihat Juga

Bahagia Itu Sederhana

Figure
Organization