Sepucuk Surat Cinta untuk Bunda dan Adik-Adik di  Sana

Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com

Assalamu’alaikuum Wr Wb.

Alhamdulillahirabbil ’Alamin. Huwalladzii Arsala Rasuulahuu Bilhudaa waa Diinil Haq, Liyudzhirohuu ‘ala Diini kullih wa Kafaa Billahi Syahiida. Asyhadu an Laa Ilaaha Illallah wa Asyhadu Anna Muhammadan Rasuulullah. Allahumma Sholli ‘Alaa Muhammad.

Segala puji hanya bagi Allah Swt yang hingga detik ini masih merahmati kita dengan limpahan nikmat yang sungguh tidak akan pernah bisa kita ganti. Bahkan dengan ibadah selama 70 tahun sekalipun. Suatu ketika, seseorang datang kepada Rasulullah Saw dan berkata, “Wahai Rasulullah, aku sudah beribadah kepada Allah selama 70 tahun. Apakah itu cukup bagiku untuk mengganti seluruh nikmat yang telah Allah berikan padaku?” Kemudian Rasulullah Saw menjawab, “Demi Allah, bahkan ibadah selama 70 tahun sekalipun tidak akan pernah cukup untuk mengganti kenikmatan sebelah mata.” Allahu Akbar!

Maka nikmat TuhanMu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS.55:55)

Shalawat beserta salam senantiasa tercurah limpah kepada uswatun hasanah, penutup para Nabi dan Rasul, sosok manusia sempurna yang tidak ada seorang pun mampu menandingi pesona pribadinya, yakni Rasulullah Muhammad Saw. Kepada keluarganya, sahabatnya, tabi’in, tabi’ut tabi’in serta kepada umatnya yang senantiasa istiqomah mengikuti sunnahnya, melanjutkan perjuangan estafet dakwah hingga Yaumil Akhir nanti. Semoga setiap sakit dan letih yang dirasakan dalam perjalanannya dapat menjadi penguat dan pengokoh hati kita untuk tetap tegak tak beranjak dari barisan ini.

Bunda dan adik-adik bagaimana kabarnya di sana?

Rindu sekali rasanya setelah lama tak pulang. Kakak minta maaf karena sampai saat ini belum bisa memenuhi hak bunda dan adik-adik dengan baik. Doakan kakak ya, saat ini sedang memaksimalkan ikhtiar untuk menyelesaikan tugas akhir. Semoga dengan selesainya tugas akhir kakak nanti, bisa menjadi jalan kebaikan dan kebermanfaatan yang lebih banyak untuk bunda, adik-adik dan orang lain di sekitar kita. Aamiin

Bunda dan adik-adik yang dirahmati Allah, benar-benar tak akan pernah habis rasa syukur ini kakak panjatkan pada Allah, Rabb semesta alam. Terkadang ketika sedang sendiri, mengingat-ingat perjalanan hidup dari kecil hingga saat ini, ternyata memang lebih banyak nikmat yang Allah berikan daripada ujian-Nya. Meskipun memang tidak bisa kakak pungkiri, masa-masa sulit yang telah dilalui, pernah membuat kakak bertanya-tanya pada Allah, “Kenapa harus selalu seperti ini?” Padahal, andai saja saat itu kakak mau membuka mata hati, bukankah justru dengannya kakak bisa belajar lebih banyak tentang makna hidup? Tapi memang begitulah skenario-Nya harus kakak jalani.

Dan, Subhanallah.. betul ternyata. Hujan tidak akan pernah selamanya hujan. Bahkan meski tak selalu pelangi yang mengakhirinya, minimal redanya hujan bisa membuat diri semakin yakin bahwa, “Allah tidak akan membebani makhluk diluar kesanggupannya.” (QS.2:286)

Setelah masa-masa sulit dilalui, ternyata saat ini Allah berikan kemudahan dan kelancaran dalam aktivitas yang dijalani. Kadang memang di luar nalar, tidak pernah menduga. Namun begitulah ketika Allah berkehendak. Pasti baik untuk hamba-Nya. Meski tak selalu sesuai dengan apa yang diinginkan tapi pasti sesuai dengan apa yang dibutuhkan, “Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu. Padahal itu baik bagimu. Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS.2:216)

Akhirnya, dari perjalanan hidup yang sudah sejauh ini, banyak sekali hikmah yang kakak dapat dan semoga ini dapat menjadi bekal di kemudian hari agar lebih baik. Bagi kakak juga bagi adik-adik. Bekal apa itu?

Satu, yakinilah bahwa masalah dalam hidup adalah sebuah keniscayaan, sebuah kepastian. Selama kita hidup, selama itu pula masalah akan terus kita temui. Maka satu-satunya cara adalah menghadapinya, menghayatinya dan menikmatinya. Jangan pernah bermimpi untuk lepas dari masalah.

Dua, selalulah minta diberikan yang terbaik menurut Allah dalam segala urusan. Bukan terbaik menurut kita. Karena Allah lebih tahu yang terbaik untuk kita. Meski mungkin, pahit di awal namun bisa dipastikan manis di akhirnya.

Tiga, hormati dan selalu minta ridha orangtua, terutama bunda. Adik-adik, kakak selalu mengingat-ingat, kenapa saat ini kakak merasa bahwa Allah selalu mempermudah dalam urusan rezeki, lingkungan kampus dan lingkungan kerja? Ketika kakak sedang futur dalam ibadah, ada saja cara Allah yang membuat kakak bisa kembali pada jalan-Nya. Kalaulah kakak hanya mengandalkan ikhtiar lahir saja, rasanya tidak akan pernah sanggup bisa bertahan seperti sekarang ini. Tapi, inilah barangkali buah dari doa-doa orangtua terutama bunda dalam sujud-sujud panjangnya di sepertiga malam memohon pada Allah agar diberikan yang terbaik untuk anak-anaknya di dunia maupun akhirat. (Rabbighfirlii Waliwaalidayya Warhamhumaa Kamaa Rabbayanii Saghiira)

Empat, biasakan diri untuk bersedekah setiap harinya. Jangan pernah melihat besar kecilnya rezeki yang bisa disedekahkan. Sebisa mungkin keluar dari rezeki kita setiap harinya. Kalaupun uang kita tersisa seribu rupiah, tetap keluarkan untuk sedekah. Kalaulah kita mengingat Allah di waktu lapang, maka Allah akan mengingat di waktu sempit kita. Kalaupun kita tidak mengeluarkan sedekah, sesungguhnya itu tidak akan pernah mengurangi keMahaKayaan-Nya Allah. Tapi tidak sukakah dan tidak tertariknyakah kita, jika sedekah yang dikeluarkan bisa menghapus dosa-dosa kita, layaknya air yang memadamkan api?

Lima, barangkali inilah nikmat yang telah Allah karuniakan dan kakak pun berharap agar adik-adik mendapatkannya. Komunitas orang-orang shalih. Adik-adikku, kakak titip, “Jangan pernah menjauh dan meninggalkan orang-orang shalih di sekitar kita ya..” Ayo kita evaluasi lagi bagaimana kondisi halaqah, sudah sehatkah? Kakak berdoa kepada Allah semoga kakak dan adik-adik semua diberikan kemantapan hati, kekuatan tekad dan kekokohan langkah untuk tetap berada dijalan dakwah Ilallah ini. Semoga Allah berikan kesehatan dan kesempatan untuk bisa mereguk nikmatnya hidup bersama orang-orang shalih di sekitar kita, yang telah Allah pilih untuk menjadi pengingat ketika kita sedang berada di tepi jurang keimanan.

Karena berapa banyak orang yang Allah berikan kesehatan namun tidak Allah berikan kesempatan untuk bisa berkumpul dengan para Salafushalih? Dan berapa banyak orang yang Allah berikan kesempatan namun nikmat sehatnya Allah cabut?

Adik-adikku, ayo kita bersegera memperbaiki kondisi halaqah kita. Kalaulah kemarin bolong-bolong, tekadkan untuk memprioritaskan halaqah yang hanya seminggu sekali ini untuk ke depannya. Semoga ini menjadi jalan kebaikan untuk kita, orangtua dan masyarakat.

Semoga ini menjadi langkah awal yang akan mengokohkan langkah-langkah selanjutnya di jalan dakwah. Merugilah jika tak ada sebersit pun keinginan untuk turutserta melanjutkan estafet dakwah yang telah dimulai oleh para Nabi dan Rasul . Sebab gerbong kereta dakwah ini tidak akan pernah menunggu. Ada atau tidak adanya kita didalamnya, ia akan terus melaju. Dan Allah sudah menjamin itu, Bismillah!

“Yaa Muqollibal Quluub Tsabbit Quluubanaa ‘Alaa Thaa’atiq..”

Konten ini telah dimodifikasi pada 19/05/14 | 13:02 13:02

Bernama lengkap Salma Shifatia Thursina. Saat ini kuliah mengambil Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia. Aktif dalam beberapa unit kegiatan mahasiswa dan menjadi fasilitator pada lembaga Daarut Tauhiid Training Center.
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...