Berterima Kasihlah (Bagian ke-3)

Ilustrasi. (Foto: cahayaislam.net)

dakwatuna.com – Berterima kasihlah kepada tetangga kita. Yang telah bersedia menjadi tetangga bagi kita. Hingga kita tak hidup sendirian. Hingga kita tak hidup sebatangkara. Meski kita jauh dari orang tua dan sanak saudara. Kehadiran mereka membuat kita punya teman. Membuat kita merasa nyaman.

Berterima kasihlah kepada mereka. Kehadiran mereka di sekeliling kita telah membuat kita merasa aman. Membuat kita bisa tidur nyenyak setiap malam. Membuat kita merasa ringan tatkala harus meninggalkan rumah untuk suatu keperluan.

Berterima kasihlah kepada mereka. Ungkapkan rasa terima kasih itu dengan banyak cara yang bisa kita lakukan. Mungkin lewat sapaan ramah. Bisa juga lewat obrolan-obrolan ringan yang tidak menjurus pada pergunjingan. Di saat yang lain, bisa juga dengan membantu pekerjaan mereka saat punya kesibukan khusus semisal hajatan. Atau, bisa pula dengan memberikan sedikit makanan yang kita punya. Atau bisa pula dengan mengundang mereka dalam perjamuan yang kita adakan.

Berterima kasih kepada tetangga bisa kita lakukan dengan berusaha berbuat baik kepada mereka. Apalagi bila mereka adalah orang-orang yang juga berusaha menjadi tetangga yang baik bagi kita. Dengan begitu, kita dan mereka akan bisa membangun kebaikan bersama-sama. Jika suatu kebaikan dilakukan dan dibangun bersama-sama, maka dampaknya akan lebih besar dan lebih kuat dibanding bila hanya dilakukan sendirian. Maka, akan terciptalah lingkungan yang baik.

Demikian besarnya hak tetangga untuk kita perlakukan dengan baik. Rasulullah Shallallahu ’alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah ia berbuat baik kepada tetangganya.” (HR. Imam Muslim). Berterima kasihlah atas kebaikan-kebaikan mereka, lalu kita pun berusaha untuk selalu berbuat baik kepada mereka.

Kalaupun kebetulan di antara tetangga ada yang menurut kita kurang baik, maka kita harus tetap menunaikan kewajiban untuk berbuat baik kepada mereka. Mudah-mudahan keburukan yang kita balas dengan kebaikan akan menjadi nasehat halus baginya untuk menjadi lebih baik.

Bahkan bisa jadi, keburukan tetangga kita hanyalah menurut perasaan dan persepsi kita semata. Pada kenyataannya, mereka tidak seburuk yang kita sangka. Bila demikian keadaannya, maka yang sebetulnya harus diperbaiki adalah persepsi kita sendiri. Untuk mengubah prasangka kepada mereka menjadi prasangka baik. Mengubah persepsi yang buruk menjadi persepsi yang baik. Maka, dengan prasangka dan persepsi yang baik itulah kita akan bisa menemukan kebaikan-kebaikan tetangga kita. Lalu kita pun akan mampu berterima kasih atas kebaikan-kebaikan itu.

Berterima kasihlah kepada pemilik warung dekat rumah kita. Kehadirannya telah membuat lancar sebagian urusan sehari-hari kita. Darinya kita mendapatkan kebutuhan rumah tangga kita. Jika tidak ada mereka, tentu kita harus mengeluarkan pengorbanan yang terlalu banyak dengan membeli ke tempat yang jauh hanya untuk sebungkus dua bungkus garam, atau seikat dua ikat kangkung. Sangat tidak efisien. Sangat merepotkan. Beruntunglah ada warung dekat rumah kita.

Maka, berterima kasihlah kepada mereka. Meski mereka pun mendapatkan keuntungan dari transaksi yang kita lakukan, tapi itu adalah imbalan yang pantas mereka dapatkan dari usaha dan pengorbanan mereka. Adapun manfaat yang kita dapatkan dengan kehadirannya itu, maka itu adalah hal yang pantas kita terima kasihi. Soal mereka mendapatkan untung dari usahanya, itu bukan urusan kita. Yang menjadi urusan kita adalah mensyukuri kebaikan-kebaikan yang kita dapatkan.

Berterima kasihlah kepada guru-guru kita. Melalui merekalah ilmu dan pengetahuan sampai kepada kita. Atas kebaikan merekalah kita mengenal baca-tulis, mengenal hitung-menghitung, mengenal berbagai konsep dan teori. Atas kerja keras dan pengorbanan merekalah kita semua menapaki jenjang demi jenjang keilmuan hingga mengantarkan kita pada derajat orang-orang berilmu yang dijanjikan Allah Tabaraka wa Ta’ala akan diangkat derajatnya. Allah berfirman, ”Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (Q.s. al-Mujadalah: 11).

Melalui jihad guru-guru itulah kita memperoleh wawasan, pemahaman, dan keyakinan tentang pokok-pokok agama dan sendi-sendi ibadah. Tanpa itu, mustahil kita bisa melakukan amal dengan benar. Tanpa ilmu, mustahil kita bisa melakukan ibadah secara benar. Jelas, kebaikan kita dalam beragama adalah jasa para guru dan ustadz kita. Maka, sudah selayaknyalah kita berterima kasih dengan tulus kepada mereka.

Berterima kasihlah kepada dokter, bidan, dan tenaga medis yang telah merawat diri dan keluarga kita. Mereka telah menjadi salah satu sebab datangnya kebaikan kepada kita berupa kesehatan. Mereka telah diperankan Allah menjadi perantara teratasinya penyakit dan keluhan atas kondisi kesehatan kita. Karena itu, berterima kasihlah kepada mereka. Mereka telah menorehkan catatan kebaikan dalam hidup kita.

Berterima kasihlah kepada pembuat barang-barang yang kita gunakan. Pembuat baju-baju kita, yang dengannya kita bisa menutup aurat dengan baik dan bisa berjalan di muka bumi dengan layak sebagai manusia beradab. Penyedia bahan-bahan material bangunan rumah kita, yang dengannya kita bisa berteduh di rumah yang kokoh dan terlindung dari panas dan hujan serta bisa menjalankan kehidupan keluarga dengan normal.

Produsen makanan yang kita makan, yang dengannya kita bisa memenuhi kebutuhan jasmani sehingga tubuh kita bisa berada pada kondisi yang baik dan normal untuk dapat melangsungkan peran hidup. Pabrik alat-alat kerja kita, yang dengannya kita bisa menjalankan aktivitas kerja dan penghidupan kita.

Nyatalah, betapa banyak yang harus kita terima kasihi. Pada semua sisi kehidupan kita. Dalam semua kebaikan yang kita dapatkan. Dari segala arah. Dari banyak jalan. Dan dari banyak makhluk-Nya. Kita tak akan mampu menyampaikan dan membagi secara tuntas ungkapan terima kasih itu jika demikian keadaannya. Maka, cara yang bisa kita tempuh adalah menyampaikan ungkapan terima kasih dan rasa syukur itu kepada Pemilik segala puji dan kesyukuran, Allah ’Azza wa Jalla. Dialah Yang Maha Memberi kebaikan. Dialah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Maka, sampaikanlah terima kasih kita atas berbagai kebaikan hidup itu kepada-Nya. Bersyukurlah kita kepada-Nya yang telah menjadikan semua itu berjalan demikian adanya. Dia-lah yang Mahakuasa, Maha Mengatur, Maha Berkehendak atas seluruh alam semesta. “Sungguh, jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrahim: 7). Subhanallah. Mahasuci Allah, segala puji bagi-Nya. Tiada Tuhan melainan Dia. Wallahu a’lam bish-shawab.

Ayah dari tiga orang puteri (Asma, Waffa, dan Aisyah). Lahir di Kuningan, Jawa Barat. Kini tinggal di Bogor.
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...