Topic
Home / Narasi Islam / Resensi Buku / Assalamualaikum, Beijing!

Assalamualaikum, Beijing!

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Cover buku "Assalamualaikum Beijing!"
Cover buku “Assalamualaikum Beijing!”

Judul: Assalamualaikum, Beijing!

Penulis: Asma Nadia

Penerbit: Noura Books

Cetakan: Pertama, Oktober 2013

Tebal: x + 344 halaman

ISBN: 978-602-1606-15-5

 

Perjuangan Hidup Gadis Penderita APS

dakwatuna.com – Asma adalah gadis enerjik yang periang sebelum serangan stroke melumpuhkannya. Tapi ternyata, itu baru awal, karena setelahnya dia mengalami serangan jantung dan pingsan berkali-kali. Hingga kemudian diketahui dari hasil pemeriksaan darah bahwa Asma menderita APS—Antiphospholipid Syndrome atau sindrom pengentalan darah. Sederhananya, APS adalah penyakit autoimun yang terjadi karena darah terlalu cepat mengental. Jika darah mengental di ginjal, yang terjadi adalah penderita APS akan terkena penyakit ginjal. Jika pengentalan darah terjadi di mata, mata akan mengalami gangguan penglihatan sampai kebutaan. Asma sendiri mengidap APS Primer, artinya sindrom tersebut akan selamanya berada dalam tubuh (hal. 162-163).

Penyebab APS memang belum bisa diketahui secara pasti. Bisa karena faktor genetik, merokok, mobilitas tinggi, seperti perjalanan panjang dengan pesawat lebih dari enam jam, dehidrasi, dan pil KB (hal. 184).

Sejak saat itulah, hidup Asma seolah jungkir-balik. Dia terpaksa keluar dari pekerjaannya sebagai reporter dan harus lebih sering berbaring istirahat sambil rutin meminum dan disuntik obat pengencer darah. Hubungan cintanya kandas, karena sang pacar justru menikahi gadis lain. Sementara itu, orang yang melimpahinya dengan curahan kasih dan perhatian hanyalah Mama dan Sekar, sahabatnya.

Kehadiran dua orang itu menambah kuat ketahanan diri Asma. Kesadaran betapa semakin kaburnya jarak yang tercipta antara dia dan kematian, memacu semangat gadis itu. Dia semakin gila membaca dan rajin menulis. Asma tidak melawan penyakitnya itu, tapi justru menikmatinya dengan cara memberikan semangat dan membangun persahabatan dengan sesama penderita APS. Dia rajin mengirim catatan doa-doa untuk diamalkan pasien-pasien penderita APS, karena menurutnya, “Doa selalu menenangkan dan memberikan harapan.” (hal. 244).

Hingga suatu ketika, Asma mendapat kunjungan dari Zhongwen, pemuda Tionghoa yang dikenalnya saat meliput berita di Beijing. Pemuda itu mengaku sangat terkesan dan banyak belajar dari kepribadian Asma selama pertemuan mereka di Beijing yang dilanjutkan komunikasi via internet. Dia bahkan memperoleh pencerahan agama setelah banyak berdiskusi dengan Asma. Kunjungan pemuda itu ke Jakarta adalah untuk melamar Asma menjadi istrinya, meski akhirnya dia tahu kalau Asma menderita APS (hal 301).

Tepat setelah ijab kabul pernikahan, Asma justru kembali terkena serangan stroke yang selanjutnya membuat dia kehilangan banyak memori dan sukar bicara. Tapi Zhongwen tidak berpaling. Dia tetap menemani Asma, menyemangati, dan mendoakannya. Setelah keadaan Asma  membaik, mereka bahkan dapat berbulan madu ke Beijing, melakukan napak tilas pertemuan mereka dulu (hal. 326).

Pada akhirnya, novel ini dapat dijadikan penyemangat dan wujud empati bagi saudara-saudara yang berjuang dengan APS, maupun sindrom atau penyakit lainnya.

Redaktur: Pirman

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Guru SD UMP. Menulis di Serambi Ummah, Potret, Koran Jakarta, Story, Suara Muhammadiyah, Sang Guru, Annida, Radar Banyumas, dan sebagainya.

Lihat Juga

Semusim Cinta, Ajang Menambah Ilmu dan Silaturahim Akbar WNI Muslimah Se-Korea Selatan

Figure
Organization