Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Berjalan di Kegelapan

Berjalan di Kegelapan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

 

 

 

Ilustrasi. (ROL)
Ilustrasi. (ROL)

dakwatuna.com –Hendaklah orang-orang yang berjalan di kegelapan menuju masjid bergembira dengan (mendapatkan) cahaya yang sempurna pada hari Kiamat.”(HR.Ibnu Majah, syaikh al Albani menilainya shahih)

Sebuah berita gembira dilontarkan lewat hadits di atas. Beruntunglah bagi orang-orang yang mampu berjalan di kegelapan. Sebab dia akan mendapatkan cahaya yang sempurna di Hari Akhir kelak.

Berjalan di kegelapan. Mungkin, tidak semua orang bisa  melakukannya. Terlebih bagi orang-orang yang takut dengan kegelapan. Tentu, dia akan berpikir dua kali untuk melewati jalan yang gelap.

Ketika berjalan di kegelapan, berbagai rasa tercampur aduk. Takut, risau, gelisah, khawatir akan terjadi apa-apa. Namun, itu hanya bersifat sementara. Ketika secercah cahaya hadir menyinari semua itu, gelap akan lenyap seketika. Cahaya itulah yang dinanti-nanti. Cahaya yang akan memberikan sinarnya di tengah kegelapan.

Hadits di atas tertuturkan oleh makhluk yang patut diteladani hingga saat ini. Beliau katakan untuk memberikan motivasi kepada para sahabat untuk shalat berjamaah di waktu yang gelap yakni Isya dan Subuh. Memang, pada saat itu, lampu-lampu belum ada seperti sekarang ini. Namun, keimanan yang membuat mereka mampu berjalan di kegelapan untuk beribadah menghadap Sang Ilahi.

Sekarang sebaliknya, sangat jarang ditemui tempat-tempat yang tak berlampu kecuali di daerah-daerah terpencil yang belum mendapatkan sambungan listrik. Namun, mengapa masih berat orang-orang muslim untuk melangkahkan kakinya shalat berjamaah di waktu gelap tersebut?

Padahal sesungguhnya, mereka tidak berjalan pada kegelapan. Zaman sekarang teknologi serba canggih dengan berbagai temuan-temuan sehingga ditemukanlah bola lampu, senter, motor, mobil  yang mampu menembus kegelapan dan memberikan secercah cahaya pada kegelapan.

Zaman sekarang, orang-orang sudah memiliki cahayanya masing-masing dengan berbagai alat teknologi. Tapi, apakah kelak dia juga akan mendapatkan cahayanya di Hari Kiamat?

Keimanan yang dilandasi rasa takwa itu akan memberikan cahaya di dunia dan di akhirat kelak. Sebab, karena iman yang kuat, seseorang rela berjalan di tengah kegelapan bahkan hujan yang deras pun akan dilewati untuk bisa shalat berjamaah di masjid. Dia yakin, kelak perbuatan yang sering dilakukannya ini akan menjadi cahaya. Tidak hanya di dunia, tetapi di akhirat pun juga.

Melangkahkan kaki untuk berjalan di kegelapan merupakan sebuah keputusan yang tidak semua orang berani melakukannya.  Sebab, dia telah mengalahkan terlebih dahulu kegelapan yang ada di lubuk hatinya. Kegelapan di hati itulah yang sekarang ini banyak menyerang umat Islam. Sehingga tak mampu berjalan di tempat yang terang-benderang. Terbukti, ketika shalat Isya dan Subuh di masjid, hanya terlihat segelintir orang yang mendirikannya.

Padahal, dua shalat di waktu gelap tersebut memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh waktu shalat yang lain. Seperti yang tertuangkan di dalam sabdanya,

“Tidak ada shalat yang lebih berat bagi orang-orang munafik daripada shalat Subuh dan Isya. Jika mereka mengetahui apa yang terdapat dalam kedua shalat itu, mereka pasti pergi melaksanakannya meski dengan merangkak. Sungguh aku berkeinginan untuk menyuruh seseorang hingga shalat didirikan, kemudian kusuruh seseorang mengimami manusia. Lalu aku bersama beberapa orang membawa kayu bakar mendatangi suatu kaum yang tidak menghadiri shalat, lantas aku bakar rumah-rumah mereka.” (H.r. Bukhari dan Muslim)

Bayangkan! Dua shalat di waktu gelap itu merupakan shalat paling berat bagi orang munafik. Seandainya mereka tahu keistimewaan dari dua shalat tersebut, mereka rela melaksanakannya walaupun harus dengan merangkak.

Salah satu keistimewaan kedua shalat di waktu gelap tersebut terucapkan dengan merdunya dari seorang manusia yang terjamin kesuciannya dan berhak memberikan syafaat di Hari Kiamat kelak, namun setiap hari tak terlupakan 100 kali istighfar selalu terlantunkan dari bibirnya.

“Barangsiapa yang shalat Isya` berjamaah maka seolah-olah dia telah Shalat Malam selama separuh malam. Dan barangsiapa yang shalat Subuh berjamaah maka seolah-olah dia telah shalat seluruh malamnya.” (HR. Muslim)

Semoga kita mampu mengalahkan kegelapan. Namun, bukan kegelapan jalan. Tapi, kegelapan hati yang belum mampu tersinari ketika mendengar azan berkumandang. Masih terbenam rasa malas untuk beranjak dari berbagai aktivitas menuju rumah-Nya, terlebih di waktu gelap. Sungguh, amat berat cobaannya sebandinglah jika amat besar pula pahala yang akan diterima bagi orang yang mampu mengerjakannya.

Kegelapan pasti akan berakhir. Di ujung sana, sang cahaya sudah menanti. Kita sendiri yang akan mendatangi cahaya tersebut atau akan tetap berdiam diri pada kegelapan yang ada?

“Habis gelap, terbitlah terang”

Sebuah pepatah yang tak asing lagi didengar. Pepatah yang mengatakan bahwa orang yang berani menembus kegelapan dia akan menjumpai cahaya yang terang di ujung sana. Bagaimana mau menjumpai cahaya yang terang jikalau diri ini tak mau menembus kegelapan?

Cahaya yang menyinari kita semua kelak di akhirat itulah yang sangat diharapkan. Namun, cahaya itu tak akan datang dengan sendirinya. Kita sendiri yang akan menjemput cahaya itu masing-masing. Jemputlah cahaya itu dengan rela berjalan di kegelapan menuju rumah-Nya untuk beribadah mengharapkan keridhaan-Nya.

Redaktur: Pirman

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan. Disela-sela menuntut ilmu sebagai mahasiswa diberikan amanah oleh dekanat menjadi reporter Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan.

Lihat Juga

Hijrah, Dari Gelap Menuju Cahaya

Figure
Organization