Topic
Home / Pemuda / Puisi dan Syair / Tetaplah di Sini, Sahabatku

Tetaplah di Sini, Sahabatku

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (iluvislam)
Ilustrasi (iluvislam)

dakwatuna.com – Tanganku tak bisa lagi menggenggam tanganmu kini. Itu sungguh menyedihkan. Lalu kulihat ke dalam, aku tersenyum, hati kita masih berjabat hangat.

Antara kotaku dan kotamu, ada puluh ribu jarak yang memisah. Aku gelisah. Lalu aku mencarimu, aku lega, jiwa kita masih di tempat yang sama. Ah, kita masih dalam satu rumah.

Tapi tadi aku melihatmu berkemas. “Kemana?” kataku. “Entahlah,” sahutmu. “Apa yang terjadi?” tanyaku. “Bukankah kau sudah tau?” jawabmu lagi. Aku panik. “Tunggu!” teriakku. Kau menoleh. “Beri aku waktu,” pintaku. “Untuk apa?” katamu. “Untuk sebuah kejujuran,” bisikku. Maka dengarkanlah, ini hatiku yang bicara.

Sahabatku,

Kita tak pernah bertemu sebelumnya.

Lalu, Allah mempertemukan kita dalam pertemuan yang tak biasa.

Berawal dari sebuah amanah,

dan semakin menghangat karena amanah.

Di tengah lalu-lalang orang-orang hebat itu,

kau mungkin merasa terasing.

Taukah kau? Diam-diam aku pun juga.

Di tengah gegap gempita ide-ide cemerlang itu,

kau mungkin merasa tenggelam dalam diam.

Taukah kau? Aku juga merasakannya, bahkan lebih dalam.

Ketika dunia yang kita jalani selalu meminta kontribusi,

kau mungkin merasa tak sanggup.

Taukah kau? Sungguh demikian pula denganku.

Tentu saja kau tak pernah tahu semua itu.

Aku memang tak pernah mengeluh di hadapanmu.

Padahal jika kau tahu, sungguh, aku benar-benar lebih rapuh.

Waktu yang terlewati seperti puzzle

yang merangkai keping demi keping perasaan.

Dan dari waktu-waktu itu aku semakin tau : kita tak jauh berbeda.

Maka aku tak lagi butuh yang lain selain kebersamaan. Karena kebersamaan itulah yang membuatku merasa harus bertahan. Meski secara fisik kita tak bersama kini, tapi jiwa kita tak boleh berpisah.

Ini hanya sementara, sejatinya kita tak berpisah. Jalan yang kita tapaki masih sama, apa yang kita perjuangkan tak berubah.

Sungguh, keberadaanmu adalah cukup bagiku.

Tidakkah keberadaanku cukup bagimu?

Maka, tetaplah di sini.. di jalan ini..

aku membutuhkanmu, untuk sebuah kebersamaan..

Ya Allah, teguhkan kami di jalan-Mu..

Depok yang dingin, saat aku harus menangisimu,

dari jauh..

Redaktur: Pirman

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Santri tahfizh Griya Qur�an Depok, di bawah asuhan Ustadz Drs. H.M. Taufik Zoelkifli, M.M.. Sempat menyelesaikan studinya di Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang. Tidak pandai menulis, tapi cinta menulis. Semoga cinta menemukan jalannya.

Lihat Juga

Masa Kampus: Sebuah Rangkaian Fase

Figure
Organization