Sebuah Kisah Indah Keluarga Australia Kembali Pada Islam

(Dok. PowerofDaawa)

dakwatuna.com – Semoga Allah memberi mereka semua perlindungan hingga sampai ke Jannah-Nya, aamiin…

“Kedua orang tua saya adalah Aussie, mereka bercerai ketika saya masih kecil karena ayah amat kasar. Kami masih memiliki masalah dengan dia. Saya belum melihatnya atau berbicara dengannya dalam 12 tahun terakhir. Mama memiliki empat anak dari dia…”, sister memulai bercerita.

Setelah perceraian, ibunya berteman dengan seorang muslim Lebanon. Kemudian menuju kedekatan hubungan, mereka hidup bagai suami-istri, kebiasaan di Australia. “Ini seperti masa berlatih dan mereka memiliki adik bungsu saya. Mereka selalu on-off , sering bertengkar, namun berbaikan kembali… Lelaki itu katanya banyak berbohong, dan dia berselingkuh. Jadi ibuku ‘putus’ dengan dia lalu melanjutkan hidupnya. Ibuku benar-benar lembut hati”, sambungnya.

Mereka ini tidak tahu banyak tentang Islam. “Kita semua paling tahu adalah Ramadhan dan eid… Namun saya diajarkan untuk menjadi Katolik yang cukup religious. Saya dididik untuk pergi ke studi Alkitab dan segala sesuatu terkait hal itu. Tetapi semakin saya belajar, semakin bingung jadinya.”

Alasan sister terungkap dalam percakapannya yang ramah, “Aku mulai bertanya dan mereka mengatakan Anda hanya harus percaya. Saya berpikir itu tidak cukup bagiku untuk berdiri di atas muka bumi. Setiap saya tanyakan kalimat-kalimat al-kitab yang berbeda-beda, hanya ‘anda harus percaya saja’, Jadi saya meninggalkan catholism…

“Saya masih percaya ada Tuhan, namun menjadi seorang yang bingung… Saudara bungsu kami dan ayah telah berada di Lebanon selama lebih dari dua tahun, kala itu (ayah kedua) anaknya menikah dan ibunya sakit. Sebelum ia meninggalkan kami semua, ia mengirim sepupunya ke rumah kami. Ia adalah muslim berusia dua puluh tujuh tahun dengan istri dan seorang putri cantik berusia empat tahun. Kami menjadi seperti kakak dan adik, saat yang tepat waktu itu karena saya sedang kebingungan mencari jalan Tuhan….”

Masya Allah!

“Teman terbaik, sepupu ayah itu agamis, saya lega menceritakan segala sesuatu jika ada problema, dia pun berbagi kisah mengenai segala hal dalam drama kehidupan manusia… Tapi sekali lagi, Subhanallah kita tidak berbicara tentang agama. Dia sangat hormat, dia menghargai kami sekeluarga sehingga kami sungguh menyayangi keluarganya pula dan ia mau menyempatkan waktu membantuku merayakan ulang tahun, juga kesibukan keluarga saat Natal…” kenangnya.

“Pada September 2012 kami akan ada pembaptisan, ia datang di pagi hari untuk melihat apakah (kakak beradik) kita memerlukan sesuatu dan untuk memeriksa kami apakah sudah siap, sudah selesai sarapan, dan lainnya, (sebenarnya dia melakukan ini setiap hari)…”

Saudaraku mengomentari satu hal, “Kenapa sih kita harus dibaptis untuk ‘dilindungi’… Apakah Yesus memang mengajarkan hal ini?”

“Pikirku…Kami kakak beradik semua tak ada yang bisa menjawabnya, rasanya segala kejanggalan memang tiada habisnya dalam kehidupan kami yang hampa.” Masa remaja sister kita ini dihiasi dengan pencarian terhadap rabbul ‘izzati.

Subhanallah setiap kali upacara itu, si pembaptis akan menuangkan air di salah satu kepala bayi yang dibaptis, setiap bayi di dalam ruangan akan berteriak. Bahkan orang-orang dalam kerumunan riuh, “Saya pikir itu menyeramkan… Saya tak menerima hal ini!
Kita harus ada pengakuan dosa dan kulihat ibuku pernah dipukul dalam acara dengan ‘imam’, lalu kita harus menerima hal itu… Lanjutannya, ‘imam’ mulai merokok dan minum dengan remaja-remaja. Apaan sih ini??? Saya yakin bahwa ‘agama’ bukan begini….”

Hari yang heboh itu ditutup dengan kejutan besar dan menyedihkan. “Ketika kami sampai di rumah, kami diberitahu oleh keluarga ayah bahwa sepupunya itu meninggal dunia….dia yang mendamaikan kami telah meninggal… Allah yerhamo. Ini mencabik hatiku… Tapi kita sekeluarga menjadi benar-benar dekat dengan istri dan putrinya. Istrinya dan saya menjadi diskusi, berbicara tentang agama, dia sangat religius.

Tapi jujur hati ini berkata (bahwa sikap agamis dan busananya) itu membuat segala hal lebih masuk akal. Dia membawa saya, ibu saya dan kakak saya ke istri syekh. Ia menjawab segala keluh dan tanya kami, dan kami Alhamdulillah hijrah kembali pada Islam di malam itu! Kami tak mau menunda, semua kegelisahan dan pertanyaan kami dapat dijawab oleh Islam, kami ngeri membayangkan bahwa kematian bisa datang sekarang juga! Seminggu kemudian saudara laki-lakiku berusia 14 tahun juga hijrah kepada Islam, Alhamdulillah, subhanallah dia sekarang ingin didoakan supaya bisa menjadi (insya Allah) sheikh!  Aameen….”

Sungguh maha benar segala firman-Nya, “Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar bersama orang-orang yang berbuat kebaikan” (QS al-’Ankabuut: 69)

“Wallah… perasaan kalian kalau sudah dapatkan ‘predikat beragama Islam’ ketika  kamu pertama mengatakan syahadat, aaaah itulah yang ada dalam perasaanku, rasanya bertobat, saat itu seperti cahaya telah datang menghampirimu… seperti kamu terbang, bagaikan tubuh kita seringan bulu, saya yakin bahwa apa yang kami lakukan adalah hal yang benar! Kami berbahagia dengan jalan hidup, ada tujuan pasti dalam Islam! Dan Alhamdulillah tidak satupun dari kita yang ‘mengurai-urai cerita lama dalam kekeliruan agama yang dulu’, tak ada satu pun dari kami yang berniat untuk berbalik dari kebenaran sejati ini, Tolong doakan…” ujarnya menutup kisah dengan berbinar.

Allahu Akbar! Semoga keharuan akan kisah keluarga muslim muallaf Aussie ini memercikkan bulir semangat dan inspirasi buat kita semua, sebagai muslimin yang senantiasa bersyukur atas segala nikmat-Nya, Barakallah!

Wallahu a’lam bisshawab.

Sri Yusriani, ananda dari bapak H. Muhammad Holdoun Syamsuri TM Moorsid dan ibunda Hj. Sahla binti alm H. Majid, biasa dikenal dengan nama pena bidadari_Azzam, lahir di Palembang, 19 Juni 1983. Mantan pelajar berprestasi ini sangat senang membaca & menulis sejak kecil (memiliki ratusan sahabat pena sejak SD hingga SMU sehingga terbiasa bersurat-menyurat), terutama menulis puisi. Syair dan puisinya serta cerita-cerita mini pernah menghiasi majalah Bobo, surat kabar lokal serta beberapa majalah nasional. Semasa menjadi putri kecil yang malu-malu, ia mengoleksi tulisan karya pribadi dan hanya dinikmati seisi keluarga serta bapak-ibu guru di sekolah. Beberapa prestasi yang terkait menulis adalah juara pertama menulis dan menyampaikan pidato kemerdekaan RI tingkat kotamadya Palembang, pada tahun 1997, Peserta termuda buku Antologi Puisi Kepahlawanan Pemda SumSel, serta kejuaraan menulis di beberapa majalah lokal dan nasional. Pernah menyabet juara 3 lomba puisi tingkat kodya Palembang, juara 2 menulis cerpen islami tingkat kodya Palembang yang diadakan ForDS (Forum Dakwah Sekolah), dan pada tahun 1999, semasa masih SMU dipercaya untuk menjadi pembimbing kepenulisan bagi sang ayah ketika mengikuti lomba membuat karya ilmiah tentang keselamatan kerja di Pertamina (menghadapi persaingan dengan para mahasiswa yang sudah S2 dan S3), dan Alhamdulillah, karya tersebut terpilih menjadi juara pertama. Lima tahun terakhir ini, ia tinggal di luar negeri, jauh dari bumi pertiwi. Hobi menulis pun terasah kembali, mengalirkan untaian kata pengobat rindu jiwa, sehingga kini kian aktif menulis artikel di beberapa website dan milist islami. Kini sedang mempersiapkan buku mengenai pengalaman pribadi sebagai sosok muslimah yang menikah di usia amat muda (ia menikah saat berusia 19 tahun), �Tentunya dengan ragam keajaiban yang saya temui, betapa saya amat merasakan kasih sayang Allah ta�ala dalam tiap tapak kehidupanku ini.� Prinsipnya dalam menulis, �Bagiku, Menulis itu dengan hati, dianalisa oleh semua indera, tak bisa direkayasa, tak boleh terburu-buru pula. Menulis itu adalah mengukir tanda cinta pada-Nya, mengharapkan apa-apa yang menjadi tulisan adalah cambuk motivasi diri sendiri dan dihitung-Nya sebagai amal jariyah�. Ia mengecap bangku kuliah di UPI-Bandung, dan UT-Jakarta, Lulus sebagai Sarjana Ilmu Komunikasi. Kegiatan saat ini menikmati peran menjadi ibu dari tiga jagoan ; Azzam, Sayyif dan Zuhud, mendukung penuh tugas suami yang mengemban project perusahaan di negara-negara lain, sekaligus mengatur jadwal sekolah bahasa Polish, serta menjadi pembimbing para muallaf dengan aktif sebagai koordinator muslimah di Islamic-Centre Krakow, Poland. Buku pertama kisah hikmah yang ditulisnya di Krakow baru dicetak awal maret 2012 oleh penerbit Eramuslim Global Media, dengan judul �Catatan CintaNya di Krakow-seri 1.�
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...