Topic
Home / Narasi Islam / Khutbah / Khutbah Jum'at / Khutbah Jum’at: Tiga Pilar Membangun Bangsa

Khutbah Jum’at: Tiga Pilar Membangun Bangsa

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (Foto: lensaindonesia.com)
Ilustrasi. (Foto: lensaindonesia.com)

dakwatuna.com – Segala puji serta syukur mari kita panjatkan atas seluruh nikmat yang pasti kita tidak akan mampu menghitung-hitungnya wa inta’udduu ni’matallahi latuhshuha , terutama nikmat iman dan Islam, karena ia adalah nikmat yang hanya diberikan kepada orang-orang yang istimewa dan hamba-hamba yang terpilih, berbeda dengan harta dan dunia,  ia diberikan kepada siapa saja,  yang beriman maupun kafir, yang taat maupun yang bermaksiat, yang bersyukur maupun yang kufur, Karena itu, mari kita hadirkan suasana kesyukuran atas nikmat istimewa ini

قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ (58)

Katakanlah: “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus: 58)

Hadirin sidang Jum’at Rahimakumullah…

Marilah kita membuka hati dan membuka pikiran, untuk menerima nasihat-nasihat Allah dan nasihat-nasihat baginda Nabi Muhammad SAW, karena agama ini adalah nasihat, mudah-mudahan nasihat-nasihat ini akan menghidupkan hati dengan iman dan ketakwaan, Rasulullah SAW bersabda:

عَنُ أَبَي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثَةٌ لَا يَنْظُرُ اللَّهُ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ رَجُلٌ كَانَ لَهُ فَضْلُ مَاءٍ بِالطَّرِيقِ فَمَنَعَهُ مِنْ ابْنِ السَّبِيلِ وَرَجُلٌ بَايَعَ إِمَامًا لَا يُبَايِعُهُ إِلَّا لِدُنْيَا فَإِنْ أَعْطَاهُ مِنْهَا رَضِيَ وَإِنْ لَمْ يُعْطِهِ مِنْهَا سَخِطَ وَرَجُلٌ أَقَامَ سِلْعَتَهُ بَعْدَ الْعَصْرِ فَقَالَ وَاللَّهِ الَّذِي لَا إِلَهَ غَيْرُهُ لَقَدْ أَعْطَيْتُ بِهَا كَذَا وَكَذَا فَصَدَّقَهُ رَجُلٌ ثُمَّ قَرَأَ هَذِهِ الْآيَةَ إِنَّ الَّذِينَ يَشْتَرُونَ بِعَهْدِ اللَّهِ وَأَيْمَانِهِمْ ثَمَنًا قَلِيلًا

( رواه البخاري/2186)

Dari Abu Hurairah –RA- berkata: Rasulullah SAW telah bersabda: ada tiga golongan di mana Allah SWT tidak akan memandang mereka pada hari kiamat, tidak pula mereka akan disucikan dan bagi mereka siksaan yang pedih, yaitu (pertama) seseorang yang memiliki kelebihan air di perjalanan lalu ia enggan memberikannya kepada ibnu sabil (orang yang dalam perjalanan sedang ia membutuhkan), (kedua) seseorang yang tidak mengangkat dan memilih pemimpin kecuali oleh karena dorongan dunia, jika ia memberinya, maka ia ridha dan jika ia tidak memberinya maka ia marah, (ketiga) seseorang yang melakukan transaksi perdagangan selepas asar, lalu ia berkata: “Demi Allah yang tiada Tuhan selain-Nya, sungguh aku telah memberikannya sekian dan sekian, lalu dibenarkan oleh sang pembeli, kemudian (Rasulullah) membacakan ayat “Sesungguhnya orang-orang yang memperjualbelikan janji dan sumpah-sumpah kepada Allah dengan harga yang sedikit”. (HR. Bukhari No. 2186)

Hadirin sidang Jum’at Rahimakumullah…

Rasulullah SAW telah memberikan isyarat dalam hadits di atas tiga pilar utama tegaknya eksistensi kehidupan dan tiga asas yang akan melahirkan baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghabur. Sebab itu, Allah SWT memberikan ancaman yang demikian besar yakni tidak akan pernah memandang dengan pandangan rahmat pada hari kiamat, tidak akan mensucikannya dan mempersiapkan siksaan yang pedih, oleh karena, hilangnya ketiga pilar ini adalah bencana kehidupan dan bahaya bagi kemanusiaan.

Pilar Pertama, Kepedulian   

Rasulullah SAW telah mengungkapkan dengan bahasa isyarat “seseorang yang memiliki kelebihan air di perjalanan lalu ia enggan memberikannya kepada ibnu sabil (orang yang dalam perjalanan dan membutuhkan),”. Cukuplah sebuah bencana, ketika kepedulian telah mati rasa, setiap diri tidak lagi peduli, terhadap apa yang sedang terjadi di sekelilingnya,  tidak lagi peduli terhadap keluarganya, tidak lagi peduli terhadap tetangganya, tidak lagi peduli terhadap umat, masyarakat dan bangsanya, perhatikan peringatan Nabi SAW:

كَفَى بِالمَرْءِ إِثْماً أَنْ يُضَيِّعَ مَنْ يَعُوْلُ

Cukuplah dosa bagi seseorang, ketika mana ia menyia-nyiakan orang yang menjadi tanggung jawabnya”. (HR. Hakim dalam kitab al mustadrak lisshihain, dari sahabat Abdullah bin Amr bin Ash, No. 1448)

مَا يُؤْمِنُ مَنْ بَاتَ شَبْعَانَ وَجَارُهُ طَاوٍ إِلَى جَنْبِهِ

Tidaklah sempurna iman seseorang yang bermalam dalam keadaan kenyang sedang tetangganya kelaparan. (HR. Ibnu Abi Syaibah, dalam kitab iman, dari sahabat Ibnu Abbas no. 29748)

مَنْ لمَ يَهْتَمَّ بِأَمْرِ المُسْلِمِيْنَ فَلَيْسَ مِنْهُمْ

Barang siapa yang tidak memperhatikan urusan kaum muslimin, maka ia tidaklah termasuk golongannya”. (Hr. At Thabrani, no.7614 dari sahabat Hudzaifah al Yamani, Syaikh Nasirudin Al Albani mengatakan bahwa hadits ini Dhaif)

Pilar Kedua, Pemimpin Beriman

Rasulullah SAW telah mengisyaratkan “ seseorang yang tidak mengangkat dan memilih pemimpin kecuali oleh karena dorongan dunia, jika ia memberinya, maka ia ridha dan jika ia tidak memberi maka ia marah”.

Demikian pentingnya eksistensi kepemimpinan sehingga sahabat Ustman bin Affan-Radhiyallahu ‘Anhu– pernah mengatakan “Sungguh Allah telah memberikan kekuatan kepada pemimpin, apa yang tidak diberikan kepada Al-Quran”.

Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan: “Jika Allah memberikan aku satu kesempatan doa yang akan dikabulkan, maka niscaya aku pergunakan untuk mendoakan kepada pemimpin”.

Yang demikian itu, oleh karena kepemimpinan adalah rahasia kebaikan dunia dan kunci keberkahan akhirat, kebaikannya akan membawa kepada kemaslahatan rakyat dan keburukannya akan menjerumuskan kepada kesesatan masyarakat. Sebab itu, Rasulullah SAW mengingatkan kepada umat agar berhati-hati dalam memilih dan mengangkat seorang pemimpin, hendaknya pilihan itu dilandasi oleh karena iman bukan karena uang (baca: money politic), sehingga akan terlahir pemimpin-pemimpin yang memiliki kredibilitas dan kapasitas, bukan pemimpin-pemimpin gadungan yang muncul karena sihir uang dan rekayasa iklan.

Rasulullah SAW juga telah memperingatkan di antara tanda-tanda kiamat adalah munculnya pemimpin gadungan yang hanya memanfaatkan pangkat dan kedudukan demi meraup keuntungan dan memperkaya diri.

فَمَا أَشْرَاطُهَا ؟ قَالَ : ” أَنْ تَرَى الحُفَاةَ العُرَاةَ رُعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي البُنْيَانِ

Maka apakah tanda-tandanya (kiamat)?, Nabi menjawab: “engkau akan melihat seorang yang tidak beralas kaki, tidak berbaju dan penggembala kambing berlomba-lomba meninggikan bangunan”. (HR. Muslim)

Al Qurtubi menjelaskan makna hadits Muslim di atas: “Adalah berita tentang perubahan nilai di mana orang pedalaman yang tidak memiliki ilmu dan kemampuan memimpin dengan kekuatan dan paksaan, maka bertambahlah hartanya dan berbangga-bangga membangun dan meninggikan bangunan, dan inilah yang menjadi kenyataan”. (Lihat dalam Fathul Bari juz 1/131). Sebab itu, mari cerdas dalam memilih!!

Pilar ketiga, Kejujuran 

Rasulullah SAW mengisyaratkan dalam sabdanya: “seseorang yang melakukan transaksi perdagangan selepas asar, lalu ia berkata: “Demi Allah yang tiada Tuhan selain-Nya, sungguh aku telah memberikannya sekian dan sekian, lalu dibenarkan oleh sang pembeli”.

Perhatikan sabda Rasul SAW “selepas asar” yang menegaskan bahwa barangnya tak lebih hanyalah sisa dagangan yang tidak terjual di waktu pagi, hingga  dijual kembali di waktu sore, namun demikian, tidak segan ia bersumpah serapah atas nama Allah demi meyakinkan kepada sang pembeli dan menutupi tipu daya dan kecurangannya.

Hari-hari ini, kita sebagai sebuah komunitas bangsa benar-benar mendapatkan pelajaran nyata, betapa kejujuran adalah sumber segala kebaikan, sebaliknya ketidakjujuran adalah biang segala kerusakan dan kehancuran. Kejujuranlah yang akan membawa kepada ketenangan batin, keharmonisan, rasa saling percaya, persatuan, kekuatan, dan yang pasti keberkahan dunia dan akhirat, sedang tidak jujur adalah sumber kegelisahan, perpecahan, sikap saling curiga, jiwa hipokrit dan munafik, keretakan, pertikaian, permusuhan dan yang pasti kebangkrutan dan kehancuran dunia dan akhirat, maka benarlah yang disabdakan Nabi SAW:

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا ، وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ ، وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

“Hendaklah kamu berpegang kepada kejujuran, karena kejujuran itu akan membawa kebaikan, dan kebaikan itu akan membawa kepada surga (kebahagiaan), dan hendaklah tetap seseorang itu bersifat jujur dan memilih kejujuran hingga ia tertulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Jauhilah olehmu dusta, karena dusta itu akan membawa kepada keburukan dan keburukan itu akan membawa ke neraka (kehancuran), dan tetaplah seseorang berdusta dan memilih kedustaan hingga tertulis di sisi Allah sebagai pendusta”[1]

Sebab itu, mari kita mulai berani bersikap jujur!


Catatan Kaki:

[1] Dikeluarkan Bukhari, Muslim, Thabrani, Abu dawud dan juga Tirmidzi dalam kitab Jami’ul Ushul min Ahaditsir Rasul, no.4641

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Lihat Juga

Pembicaraan Kecil Tentang 8 Pilar Sukses Mendidik Anak

Figure
Organization