Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Beginilah, Engkau Mengajariku dalam Madrasah Kehidupan…

Beginilah, Engkau Mengajariku dalam Madrasah Kehidupan…

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (Foto: anita-chenit.blogspot.com)
Ilustrasi. (Foto: anita-chenit.blogspot.com)

dakwatuna.com – Sebuah lingkaran ukhuwah yang telah beberapa tahun aku geluti, begitu banyak mengajariku untuk belajar mengenal-Mu. Mereka di sana mengajari untuk senantiasa menyandarkan seluruh cita dan rencana kehidupan kepada-Mu. Mengajariku berdoa untuk meminta-Mu menjawab semua pertanyaan-pertanyaanku. Dan akupun semakin rajin bertanya pada-Mu. Menanyakan setiap cita yang aku tuang dalam setiap langkah. Menanyakan pada-Mu karena Engkaulah Sang Maha Pemberi jawaban terbaik. Dan dimulai dari situlah aku mulai sering berdiskusi dengan-Mu. Di situlah Engkau mulai banyak menceritakan ilmu-ilmu kehidupan padaku.

Allah… Engkau mengajariku bagaimana melepaskan dengan ikhlas apa yang telah aku inginkan dan rencanakan. Engkau membuatku mencintai hal tersebut. Meskipun Engkau tahu itu bukan yang terbaik untukku. Tapi ada ilmu keikhlasan yang sedang Engkau ajarkan padaku. Engkau membuatku mengenalnya namun dalam angan. Ketika aku mulai salah dalam berpikir, Engkau mulai meraba hatiku, mengingatkanku bahwa langkahku telah mulai menjauh, dan akupun kembali pada jalur-Mu.

Begitu banyak pertanyaan yang aku lontarkan pada-Mu, terkadang aku menjadi tak cukup sabar menunggu jawaban dari-Mu. Dan ketika aku mulai ngambek, Engkau mulai menjawab pertanyaanku satu per satu. Aku mencoba memahami satu jawaban itu, Engkaupun kembali menjawab pertanyaan berikutnya, dan aku kembali belajar memahaminya, dan begitulah seterusnya.

Saat aku sulit menerima jawaban dari-Mu, lalu aku mulai bertanya “kenapa?”, Engkaupun menjelaskannya kembali padaku dengan menyingkap tabir-tabir yang membuatku tak mampu melihat fakta yang ada, Engkau menceritakan padaku tentang kemudharatan yang akan terjadi ketika aku memilih untuk “tak setuju” dengan jawaban-Mu. Dan Engkaupun selalu berhasil merayuku.

Tak jarang aku begitu keras kepala, mencoba-coba merayu-Mu untuk menyetujui keinginanku. Padahal rencana-Mu adalah sebaik-baik rencana.  Lalu kembali Engkau menceritakan padaku mengapa Engkau masih saja “tak menyetujui” keinginanku. Dan akupun mulai bisa menerimanya, namun hati ini masih belajar untuk ikhlas. Engkau melihatku yang belum ikhlas dengan ketetapan-Mu. Maka Engkau pun mendekatkannya padaku. Tapi bukan untuk Engkau berikan padaku. Engkau mulai mengenalkannya padaku lebih dekat, mungkin agar aku bisa memahami yang belum sempat aku pahami darinya.

Engkau mulai benar-benar mengenalkanku padanya. Lalu Engkau kembali menasihatiku dengan kejadian-kejadian yang Engkau suguhkan padaku. Dan akupun mulai tersadar, mulai bisa menerima, dan mulai bisa tersenyum lalu berujar “Aku ikhlas melepasnya Ya Allah” … Ah begitu tenteram rasanya.

Engkau senantiasa menjawab pertanyaanku dengan penuh kasih sayang Ya Rahman, Engkau menegurku dengan begitu lembut Ya Rahim, Engkau mulai menumbuhkan keberanian di hatiku, berani melawan keinginan-keinginan yang tak seharusnya terlintas di pikiranku. Engkau membersamaiku menata kembali langkah ini, membangun kembali puing-puing iman yang berserakan. Menenteramkan hati ini. Ah, yang aku tahu, Allah bersamaku.

Begitulah Engkau senantiasa mengajariku tentang ilmu kehidupan. Memberitahuku bahwa Engkaulah Sang pemberi jawaban terbaik, mengajariku untuk senantiasa mendiskusikan semua anganku dengan-Mu. Menceritakan padaku tentang indahnya ketetapan-Mu. Mengajariku menjadikan hidup lebih bermakna. Agar diri mampu berbagi, bukan seperti lilin yang memberi dan juga memusnahkan diri. Namun seperti mentari yang memberi dan mampu berdiri sendiri.

“.. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. (Al-Baqarah : 216)

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (1 votes, average: 5.00 out of 5)
Loading...
Isnaini Nurhidayati akrab di panggil mbak Is atau Na. Gemar Menulis segala hal yang kebetulan terlintas di pikirannya. Mencari Keberkahan d setiap kata...

Lihat Juga

Meraih Kesuksesan Dengan Kejujuran (Refleksi Nilai Kehidupan)

Figure
Organization