Mengeluh… Tidak Malukah Kita Melakukan Itu?

Ilustrasi. (Foto: wallpapersad.com)

dakwatuna.com

Ana: kamu kok gak belajar Diana?

Diana: saya ditinggal di sini e…..

Ana: kenapa kamu gak gabung di sana belajar?

Diana: saya mintanya di sini tapi gurunya tetap ke sana. Yo wes….

Ana: kenapa kamu gak gabung saja di sana? Kan sama saja….

Diana: emmo, di sana lo kak… ramai jadi gak bisa konsentrasi.

Ana: Yo wes terserah kamulah….(agak jengkel)

Saya hanya melihat ria yang sedang diajar oleh pak Bambang, seorang Guru Relawan baru malam itu.

Diana: sekarang belajarnya gak uenak…. gak seperti dulu… gurunya banyak….. Males deh…

Mendengar dia berkata seperti itu membuat saya tambah jengkel saja. Saya benar-benar tidak suka melihat orang yang mengeluh tapi seperti itulah anak-anak, mereka belum mengerti. Ingin rasanya saya menjelaskan kepada dia panjang lebar bahwa seharusnya dia harus bersyukur telah diberikan guru selama ini. Tahukah dia, bahwa semua relawan yang aktif selama ini diarahkan ke kelas III SMP untuk membantu mereka persiapan UN. Dan anak-anak SD terpaksa kami biarkan dengan relawan yang tidak bisa diprediksi datang tidaknya karena mereka memang juga sangat sibuk. Tidak tahukah dia bahwa relawan-relawan ini adalah orang-orang yang super sibuk yang sengaja meluangkan waktunya untuk mereka dan kenapa mereka tidak mempergunakannya dengan baik….

 

Itu adalah percakapan saya dengan seorang murid Bimbel yang kami ajar. Kebetulan saya diamanahi menjadi koordinator Relawan dari program kampung binaan salah satu lembaga Zakat di Kota saya. Anak-anak yang kami ajar adalah sebagian besar anak-anak yang kurang mampu dan masih ada di antara mereka yang turun ke jalan. Karena ini merupakan lembaga zakat, maka pengajarpun dari relawan-relawan yang memiliki kepedulian tinggi untuk perbaikan anak-anak. Dan pastinya rela meluangkan waktunya untuk mereka, dan Subhanallah…. mereka benar-benar orang hebat… dari beberapa relawan yang saya tahu, mereka adalah orang-orang yang super sibuk dan rela meluangkan waktunya untuk mengajar anak-anak di daerah itu.

Hal tersebut adalah salah satu contoh bagaimana kita sering sekali Mengeluhkan sesuatu padahal di balik yang kita kelukan itu terdapat hal yang harusnya kita syukuri. Kita begitu mudah Mengeluh dan tidak bisa melihat sesuatu yang harusnya disyukuri.

Seorang teman kantor mengeluhkan air yang berbau di kantor, padahal di daerah bagian Afrika sana. Banyak orang yang kekeringan, bahkan untuk minum mereka meminum air yang berlumpur dan itupun mereka peroleh dengan berjalan kaki beberapa km.

Kita mengeluh memiliki ibu yang cerewet dan banyak mengatur, tapi tanpa kita sadari bahwa ada beberapa anak yang rindu dengan suara ibunya dan merasa tidak dipedulikan karena ibunya sangat sibuk di luar rumah

Mengeluh dengan gaji yang sedikit ? Tidakkah kita lihat pedagang keliling yang membawa barang dagangannya dengan susah payah di bawah terik matahari yang entah itu laku terjual atau tidak. Sedangkan kita di dalam kantor yang begitu nyaman ataupun bekerja di luar ruangan tapi memiliki kendaraan. Dan kita tetap mengeluh ???

Mengeluh dengan makanan yang menunya itu-itu saja? Tidakkah kita melihat orang-orang di luar sana yang mencari sisa makanan untuk mereka makan ?

Mengeluh, mengeluh dan mengeluh…… ya, kita selalu saja mengeluhkan apa yang tidak kita miliki, mengeluhkan apa yang tidak bisa kita lakukan tanpa pernah melihat apa yang telah kita miliki, melihat apa yang telah kita lakukan…. kita lebih gampang mengeluhkan sesuatu dan sangat jarang untuk mensyukuri apa yang ada. Padahal, seperti pada cerita saya di awal, mungkin di balik keluhan itu, di balik apa yang kita keluhkan, terdapat sesuatu yang seharusnya kita syukuri, terdapat sesuatu yang orang lain tidak memilikinya.

Jadi, saudaraku…. lewat ini saya mengajak saudaraku dan saya pribadi untuk belajar tidak mengeluh karena sesungguhnya kita patut Malu ketika kita selalu mengeluh padahal Allah sudah memberikan banyak nikmat-Nya kepada kita… ketika kita tidak puas dengan sesuatu, carilah berbagai alasan agar kita tidak mengeluhkan hal tersebut …. Sesungguhnya, semua tergantung pada diri kita sendiri…. Ketika kita bisa ber”damai” dengan diri kita sendiri maka semuanya akan terasa ringan. Berdamai di sini adalah ketika diri kita bisa menerima semua yang terjadi dalam lingkungan kita, tidak menuntut sesuatu yang tidak ada tapi mensyukuri apa yang ada…. Tapi ini bukannya pasrah sehingga kita hanya tinggal diam di suatu tempat tanpa ada usaha dan mensyukuri kondisi itu. bukan seperti itu maksud dari pesan ini. Seperti kita ketahui bahwa kita harus ikhtiar dan berdoa. Hasilnya kita serahkan kepada Sang Maha Kuasa karena manusia memang hanya bisa berencana dan hasilnya adalah ketetapan Allah SWT. Ketetapan inilah yang harus kita sikapi dengan bijak. Apakah kita bisa melihat dari sisi yang dari itu kita bisa mensyukurinya atau kita lihat dari sisi yang selalu saja kita Keluhkan. Wallahu’alam.

Bekerja di Bank Syariah. Aktif di Iqro' Club di salah satu kota Jawa Timur.
Disqus Comments Loading...