dakwatuna.com
Haruskah kau menelurkan air matamu dari kedudukan sang pemimpin?
Negara ini tidaklah serta merta mengabortuskan dirinya sendiri
Senjata manusia adalah selama mereka berbudi pekerti, jika senjata itu ditinggalkan maka musnahlah manusia
Perhatikan kerabatmu, karena orang yang tidak punya kerabat dengan sombongnya menyerang tanpa senjata
Janganlah kau tambahkan lagi daftar cabik, cabir, dan caing di negara ini
Sadarilah antara ego, egois, dan egoisme dirimu
Pisahkan mereka demi ketenangan di dada kami
Karena cinta telah menjadikan dadap bagaikan baju besi
Aku tidak sedang bermain-main dengan fabula karena ini dunia nyata
Kepada hari terang yang panjang, datangkanlah malam ini, tiada malam yang lebih tenang darimu
Begitu harmonisnya kehidupan kami, hanya karena kau terburu-buru bekerja akhirnya semua menjadi alpa
Merak, andaikan tak mengepakkan sayapnya, maka tak pernah menarik dia
Hai kamu sang Abdu! andaikan tak memimpin negerimu, maka tak pernah ada kisah indahnya
Ketika kau tak pernah bersedia menerimaku di takhta ini, bersiaplah dengan badalmu
Tinggal memilih akhirnya…
Melemparkannya menjadi abstrak biasa atau mengukirnya menjadi abstrak bernilai asa.
Redaktur: Ardne
Beri Nilai: