Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Ketika Sang Maha Kuasa Berkehendak…

Ketika Sang Maha Kuasa Berkehendak…

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Beberapa hari yang lalu, saya diberi kesempatan oleh Allah menjadi salah satu relawan membantu korban Gunung Kelud. Saat pertama kali ke sana yaitu tanggal 16/2/2014. Tidak seperti yang saya bayangkan sebelumnya. Tadinya saya membayangkan Dapur umum seperti yang ditayangkan di TV, membayangkan kondisi yang “mengkhawatirkan”. Tapi Alhamdulillah tidak seburuk yang saya bayangkan. Pada kunjungan pertama, kami hanya membantu di dapur Umum dan mengisi Trauma Healing untuk anak-anak. Selain itu, ada yang bertugas ke pengungsi-pengungsi. Mencoba untuk mengajak mereka berbicara dan bercerita. Kebetulan saya mendapat tugas untuk mengunjungi pengungsi tersebut. Sebagian besar dari pengungsi tersebut sudah tidak mengalami trauma. Hal itu mungkin karena kejadiannya sudah tiga hari yang lalu. Sebagian besar dari mereka sudah pasrah dan bersyukur karena semuanya selamat. Seperti itulah pekan pertama saya bergabung dengan relawan saat itu. kami hanya membantu pengungsi dan belum melihat kerusakan parah dari dampak meletusnya gunung tersebut karena kami memang tidak boleh masuk pada radius 10 km. Saat itu, radius sampai 10 km masih dalam zona merah. Minggu pertama tidak terlalu berkesan menurut saya secara pribadi tapi saya tetap bersyukur bisa membantu mereka walaupun bantuannya sangat sedikit. Dan bersyukur karena ternyata kondisinya tidak seburuk yang saya bayangkan.

Kemudian di minggu kedua. Tanggal 23/2/2014, saya kembali diberi kesempatan untuk bergabung dengan relawan membantu korban. Kali ini, agendanya berbeda. Sekarang kami bisa memasuki radius 10 km. Saat itu kami membantu daerah yang namanya “Puncu”, salah satu daerah yang sangat dekat dengan Gunung Kelud. Membantu menyalurkan bantuan ke masyarakat yang rata-rata sudah kembali ke rumahnya. Dalam perjalanan pulang, saya memperhatikan rumah-rumah penduduk yang kondisinya sangat memprihatinkan. Hanya beberapa saja yang runtuh tapi secara keseluruhan, atap rumah dari masyarakat rusak. Sudah ada beberapa masyarakat yang memperbaiki tapi sebagian besar masih dalam kondisi yang belum layak huni. Saya perhatikan rumah itu satu per satu. Kemudian, ada beberapa rumah yang masih baru dibangun. Itu terlihat dari dindingnya yang masih baru dibuat. Saya perhatikan rumah yang tergolong bagus (terbuat dari batu bata, biasanya disebut dengan istilah rumah batu), kemudian saya bandingkan dengan rumah yang tergolong biasa (Sebagian besar terbuat dari kayu dan disebut Rumah kayu). Tapi sekarang semuanya terlihat sama. Semuanya tidak layak huni dan tidak memperlihatkan keindahannya. Kemudian saya perhatikan tanaman-tanaman di sekitar yang kering. Kemudian dalam hati saya berkata “hanya semalam, dan semuanya jadi seperti ini “. Saya beristighfar sebanyak mungkin dan bersyukur akan kondisi saya secara pribadi yang tidak diberikan ujian seperti ini.

Dalam perjalanan pulang itu, aku kembali tersadar bahwa apa yang kita miliki adalah titipan Allah SWT. Ketika Allah ingin mengambilnya maka jika Allah berkehendak, maka Dia akan mengambilnya dalam sekali waktu atau kejadian. Betapa manusia tidak berdaya akan kekuasaan Allah SWT. Seperti yang terjadi pada korban di Gunung Kelud itu. hanya semalam atau beberapa jam saja, semua titipan-Nya diambil-Nya. Rumah penduduk yang mungkin sudah sangat lama menjadi miliknya, yang mereka tempati berteduh, dalam beberapa jam saja diporak-porandakan. Rumah penduduk yang baru dibangun yang mungkin merupakan rumah idaman yang dinantikan sekian lama, dalam beberapa jam saja,  menjadi rumah yang tak bisa dihuni, rumah yang mungkin baru saja direnovasi, dalam beberapa jam saja harus direnovasi lagi. Atap rumah rusak yang mengakibatkan barang-barang di dalamnya pun juga rusak. Ada barang elektronik mewah yang tidak sempat diselamatkan dan masih banyak barang lainnya. Dan semua itu terjadi dalam beberapa jam saja. Dan mungkin karena saya bekerja di dunia perbankan, maka sempat terpikirkan pada saat itu, “bagaimana kalau mereka punya tanggungan alias hutang di Bank?, bebannya pasti lebih berat”. Tapi seperti itulah ujian itu.  Seperti itulah sifat dari “titipan” itu, ketika “titipan”itu mau diambil maka mau tidak mau kita harus melepasnya. Selama ini mungkin kita tahu dan sadar bahwa apa yang kita miliki adalah “titipan”dari Allah SWT tapi sikap kita terkadang tidak mencerminkan hal tersebut. Terkadang Rasa SOMBONG itu muncul dan selalu melekat ketika kita memiliki sesuatu yang tidak lain adalah pemberian Allah SWT. Terkadang Rasa Syukur itu tidak lagi terucap karena merasa semua yang kita miliki atau kita capai hanyalah karena atas usaha kita saja padahal itu juga karena atas Rahmat-Nya. Atau lupa bersyukur karena dilalaikan oleh kenikmatan yang diberikan.

“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah[767]. Sesungguhnya Allah tidak mengubah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (Ar-Ra’du: 11)

Seperti maksud dari ayat tersebut di atas bahwa manusialah yang mengubah keadaannya sendiri, tapi tetap saja semua itu tidak lepas dari Rahmat Allah SWT. Bukankah semua yang ada di dunia ini adalah milik Allah SWT ??? Jadi, jangan pernah sombong akan sesuatu yang dimiliki karena dalam sekejap, Allah bisa mengambilnya tanpa kita duga. Harta yang melimpah, Kedudukan yang tinggi, fisik yang cantik jelita atau tampan menawan, Semua itu bisa hilang dalam sekejap ketika Allah berkehendak.

“Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” Maka terjadilah ia.” (Yaasin: 82)

Seperti itulah kekuasaan Allah, Maka masihkah kita merasa Sombong akan apa yang kita miliki? Maka masihkah kita tidak bersyukur dengan  apa yang kita miliki? Semua yang terjadi di dunia ini adalah sarana kita untuk belajar dan akan selalu ada hikmah di balik semua kejadian itu. Ini adalah salah satu hikmah dari Ujian yang terjadi di Gunung Kelud tersebut. Pasti masih banyak hikmah yang terkandung di dalamnya dan penulis menyajikan ini sebagai salah satunya. Semoga bermanfaat untuk kita semua terkhusus untuk penulis sendiri…. Semoga kita menjadi bagian dari makhluk Allah yang senantiasa bersyukur dengan semua Rahmat-Nya Aamiin..

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Bekerja di Bank Syariah. Aktif di Iqro' Club di salah satu kota Jawa Timur.

Lihat Juga

Sebuah Nasihat Ibnu Qayyim Al-Jauziyah

Figure
Organization