Topic
Home / Narasi Islam / Dakwah / Dakwah sebagai Tugas Mulia

Dakwah sebagai Tugas Mulia

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (inet)
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Dakwah adalah tugas mulia. Hal ini penting disadari oleh setiap dai, bukan karena ingin mendapat kekuasaan, bukan perintah, bukan formalitas organisasi.

Dakwah itu unik. Karena ia diapit oleh dua hal yang bertentangan: ancaman dan ganjaran. Ancaman bagi para pengemban dakwah dari orang kafir sekaligus ganjaran bagi pengemban yang istiqomah dan ikhlas. Sehingga ganjaran yang diperoleh itu lebih baik dari unta merah atau bumi dan seisinya. Masya Allah…

Islam tidak menginginkan kita untuk sholeh sendiri. Bila di suatu wilayah terdapat kemaksiatan yang terjadi, Allah tidak akan mengadzab suatu wilayah selama ada orang soleh disitu. Maka dari itu, kita berusaha memperluas jangkauan dakwah agar semakin banyak wilayah yang sejahtera dan tidak terkena adzab Allah. Sholeh itu bukan  milik sendiri. Sholeh itu dengan memperbaiki diri sendiri dan orang lain. Karena Surga terlalu luas untuk kita sendiri. Bila ada kemaksiatan atau kemungkaran yang terjadi, selamatkanlah dengan apa yang kita bisa. Jika tidak bisa menggunakan tangan  maka gunakan lisan kita. Jika masih tidak bisa, gunakan hati kita, dan itulah selemah-lemahnya iman. Minimal, kita harus menegasikan kemungkaran yang terjadi.

Dakwah itu tergantung pada keimanan seseorang. Semakin ia beriman, semakin ia taat, semakin dakwah ini menjadi bagian dari kehidupannya. Namun jika imannya lemah, banyak kemaksiatan yang dilakukan, maka perlu dipertanyakan dakwah yang dilakukannya. Ketika kita berdakwah, sebenarnya kita sudah sampai pada tataran memikirkan orang lain. Artinya, sebagai seorang dai yang mengemban risalah dakwah ini, sebaiknya kita telah selesai dengan diri kita sendiri. Artinya, dia harus sudah bisa memutuskan mana perkara baik dan buruk, mandiri, dan terus berbuat baik.

Dakwah itu bukan hanya butuh orang independen, melainkan interdependen karena keberjamaahan, juga menjadi poin penting dalam dakwah. Allah menyukai persatuan umat dengan barisan yang teratur. Saling bergantung dan bekerja sama sehingga memiliki hasil dakwah yang lebih besar.

Dakwah adalah amal terbaik. Karena ia merupakan warisan para rasul dan kita berada di barisan para rasul. Jika kita tidak mengingatkan para duat, maka kita sendiri yang akan celaka. Karenanya, mengasah kepekaan iman kita adalah penting agar kita pun peka pada keburukan yang ada di sekitar kita, sekecil apapun itu. Jika tidak ada rasa untuk menumpas kemungkaran sehingga merasa tidak berdaya dan menyerah atas kemungkaran yang terjadi, maka selesai sudahlah dakwah ini. Padahal Rasulullah Saw tak pernah menyerah barang sedikitpun dalam berdakwah.

Dakwah adalah tugas mulia. Hal ini penting disadari oleh setiap dai, bukan karena ingin mendapat kekuasaan, bukan perintah, bukan formalitas organisasi. Jadi, libatkan diri dalam  dakwah ini dimanapun dan sampai kapanpun. Jangan terlalu sibuk dalam berorganisasi sehingga melupakan tugas dakwah kita. Sayyid Quthb pernah berkata, “Dai itu bukan orang biasa yang sekadar orasi dan berbicara ini itu, ia justru sibuk memikirkan perubahan untuk umat. Karena dakwah adalah perubahan, perpindahan, sehingga orang tersebut semakin mendekat dan mencintai Islam.

 

Redaktur: Deddy S

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Mahasiswi Psikologi UI 2010, suka dengan topik perempuan. Hobi diskusi dan jalan-jalan.

Lihat Juga

Kemuliaan Wanita, Sang Pengukir Peradaban

Figure
Organization