Topic
Home / Keluarga / Pendidikan Keluarga / Hantu Menyeramkan Itu Bernama Poligami (Bagian ke-1): Poligami, Petaka bagi Wanita?

Hantu Menyeramkan Itu Bernama Poligami (Bagian ke-1): Poligami, Petaka bagi Wanita?

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (inet)
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Poligami.

Hanya satu kata. Namun hati wanita dibuat repih olehnya. Poligami adalah momok menakutkan yang harus dibuang sejauh-jauhnya dari kehidupan berumah tangga. Bagaimana tidak? Apa jadinya jika semua yang dimiliki harus dibagi dengan wanita lain? Harta, waktu, cinta, rindu, dan … suami pula! No way lah yaw! Begitulah mayoritas wanita menyikapi poligami.

Apa yang disyariatkan oleh Allah, sudah pasti terkandung hikmah di dalamnya. Jua poligami. Poligami ditujukan bukan untuk menomorduakan wanita. Sebaliknya, poligami dimaksudkan untuk melindungi kaum wanita, mengangkat harkat dan derajat wanita sebagaimana mestinya. Karena itulah, terdapat syarat-syarat (insya Allah saya posting dalam artikel berikutnya) tertentu bagi laki-laki yang hendak berpoligami agar poligami tidak disalahgunakan.

Istri-istri Rasulullah SAW

Jumlah istri Rasulullah SAW adalah jumlah yang dikhususkan. Rasulullah menikahi istri-istrinya dengan alasan syar’i, yakni menyelamatkan agama dan mengangkat derajat mereka. Hampir semua istri Rasulullah adalah janda yang membutuhkan perlindungan agama sebab saat itu umat Islam berada di bawah tekanan kaum musyrikin. Apalagi Rasulullah berpoligami saat usia beliau 50 tahun. Sungguh, andai niat beliau adalah semata syahwat, poligami beliau terlambat sekali.

Berikut ini istri-istri Rasulullah:

  1. Khadijah RA
    Beliau adalah janda berusia 40 tahun yang menginginkan laki-laki berakhlak mulia sebagai suaminya. Setelah Khadijah wafat, barulah Rasulullah berpoligami.
  2. Aisyah RA
    Hanya beliau istri Rasulullah yang berusia muda. Begitu besar hikmah pernikahan Rasulullah dengan Aisyah sebab ribuan hadits diriwayatkan olehnya.
  3. Hafshah binti Umar RA
    Beliau adalah janda Khunais bin Hadzafah. Rasulullah menikahi Hafshah setelah Utsman dan Abu Bakar menolak untuk menikahinya.
  4. Shafiyah binti Huyay RA
    Beliau adalah budak tawanan perang. Rasulullah menikahinya hingga ia pun masuk Islam sekaligus terangkat derajatnya.
  5. Zainab binti Jahsy RA
    Beliau adalah janda dari Zaid bin Haritshah. Allah sendiri yang menikahkan Rasulullah dengannya.
  6. Ummu Habibah RA
    Beliau adalah janda dari Ubaidillah bin Jahsy yang kafir.
  7. Ummu Salamah RA
    Beliau adalah janda dari Abdullah bin Abdul Asad yang syahid saat berperang bersama Rasulullah.
  8. Maimunah binti Harits bin Hazn RA
    Beliau adalah janda dari Mas’ud bin Amr ats-Tsaqfi.
  9. Saudah binti Zam’ah RA
    Beliau memberikan jatah gilirannya kepada Aisyah RA karena sudah tua.
  10. Juwairiyah RA binti Harits bin Abu Dhirar
    Beliau adalah budak tawanan perang. Juwairiyah adalah putri dari Harits bin Abu Dhirar, pimpinan pasukan musuh. Ketika Rasulullah menikahi Juwairiyah, seratus orang tawanan perang dibebaskan oleh kaum muslimin karena mereka berbesan.
  11. Zainab binti Khuzaimah RA
    Beliau adalah janda dari Thufail bin Harits. Zainab meninggal 8 bulan setelah menikah dengan Rasulullah.
  12. Mariyah al Qibthiyah RA
    Beliau adalah budak yang dihadiahkan Muqauqis kepada Rasulullah. Rasulullah mengangkat derajatnya. Derajat Mariyah makin tinggi di antara istri-istri yang lain sebab dari Mariyah lahirlah Ibrahim.

Rasa Cemburu Ummahatil Mukminin

Perasaan wanita insya Allah tak jauh beda. Pada dasarnya, semua wanita menginginkan suami hanya untuknya seorang. Tak terkecuali para ummul mukminin. Meski mereka adalah wanita-wanita pilihan, namun sisi kodrati sebagai wanita tak dapat dilepaskan. Tengok saja bagaimana kecemburuan Aisyah RA terhadap Khadijah RA.

”Aku tidak pernah cemburu terhadap seorang wanita melebihi kecemburuanku terhadap Khadijah. Ia meninggal sebelum Rasulullah menikahiku. Aku cemburu karena Rasulullah sering menyebut namanya. Allah juga menyuruh beliau untuk memberikan berita gembira akan dibangunkan rumah di surga dari tongkat beruntai mutiara. Jika beliau menyembelih seekor kambing, maka beliau menyisihkan dagingnya untuk teman-teman dan kerabat Khadijah.” (H.R Bukhari dan Muslim).

Aisyah RA pun merasa sangat cemburu manakala Juwairiyah datang menemui Rasulullah untuk urusan penebusan dirinya sebagai tawanan perang. Aisyah cemburu karena Juwairiyah berparas cantik. Ia khawatir Rasulullah akan tertarik padanya. Begitu pun terhadap Shafiyah, Aisyah pernah menyebutnya dengan ungkapan yang kurang baik hingga Rasulullah bersabda, “Engkau telah mengucapkan satu kata yang bila dicampur dengan air lautan, niscaya keruhlah ia.”

Sebaliknya, istri-istri Rasulullah yang lain cemburu terhadap Aisyah RA. Diriwayatkan sendiri oleh Aisyah RA bahwasanya istri-istri Rasulullah mengutus Fatimah binti Rasulullah untuk menyampaikan protes mereka terhadap Rasulullah. Mereka menganggap Rasulullah mengistimewakan Aisyah RA dibanding yang lain. Ketika jawaban yang dibawa Fatimah pada mereka kurang memuaskan, Zainab datang sendiri menemui Rasulullah guna menyampaikan protes yang sama.

Banyaknya istri Rasulullah memberikan warna pelangi dalam keluarga beliau. Selain rasa cemburu, rasa kasih sayang pun melimpah ruah. Aisyah RA memuji Zainab sebagai perempuan yang lebih baik agamanya, lebih baik takwanya, lebih jujur ucapannya, lebih besar sedekahnya, dan lebih banyak bertakarub kepada Allah. Pujian juga mengalir untuk Saudah. Aisyah memujinya sebagai wanita yang ia ingin berada di jalan dan petunjuknya. Saudah pula yang memberikan jatah gilirannya kepada Aisyah sebab ia adalah janda yang telah renta. Ketika Rasulullah menikahi Juwairiyah, Aisyah menyebarkannya hingga semua tawanan perang dibebaskan sebab pernikahan itu. “Aku tidak pernah melihat perempuan yang berkahnya paling banyak untuk kaumnya selain Juwairiyah,” kagum Aisyah.

Kisah mengharukan pun menjadi bagian dari ummahatil mukminin. Menjelang ajal Ummu Habibah, ia berkata kepada Aisyah, “Mungkin di antara kita sering terjadi banyak hal yang biasa terjadi antara para istri. Semoga Allah mengampuniku dan mengampunimu atas semua yang terjadi.” Aisyah lalu menjawab, “Semoga Allah mengampunimu, karena aku telah merelakannya.” Ummu Habibah pun menjawab kembali, “Kau telah membuatku bahagia, semoga Allah membuatmu bahagia.” Selanjutnya, pada sesama istri yang lain Ummu Habibah mengucapkan hal yang sama.

Suka dan duka poligami dijalani oleh para ummul mukminin demi berharap ridha Allah dan Rasulullah semata.

Sikap muslimah terhadap poligami

Diriwayatkan oleh Anas RA bahwa Rasulullah memiliki seorang budak perempuan yang selalu digaulinya. Aisyah dan Hafshah terus mencemburuinya hingga Rasulullah mengharamkan dirinya atas budak itu. Maka Allah pun menurunkan ayat At Tahrim ayat pertama: “Wahai Nabi, mengapa engkau mengharamkan apa-apa yang dihalalkan Allah bagimu? Engkau ingin menyenangkan hati-hati istrimu? Dan Allah Maha Pengampun, lagi Maha Penyayang.”

Poligami bukanlah syariat wajib sebagaimana shalat fardhu atau puasa Ramadhan misalnya.  Poligami sifatnya tidaklah memaksa. Kalau pun seorang wanita tidak mau di madu atau seorang lelaki tidak mau berpoligami tidak ada masalah. Dan hal ini tidak perlu diikuti dengan menolak hukum poligami (menggugat hukum poligami), seakan-akan ingin menjadi pahlawan bagi wanita, kemudian mati-matian untuk menolak konsep poligami.

Masih segar dalam ingatan kita peristiwa yang menggegerkan bumi nusantara. Saat itu, cemoohan terdengar dari pelosok negeri. Jamaah yang berhimpun seketika lintang-pukang meninggalkan sang da’i. Karena pernikahan keduanya, sang da’i dihujat habis penaka seseorang yang telah melakukan kejahatan besar. Da’i tersebut adalah Aa Gym.

Begitu juga peristiwa pernikahan Syekh Puji dengan gadis muda, Maria Ulfa. Berdalih pernikahan di bawah umur, Syekh Puji pun dibuat amblas oleh berita miring terkait poligami yang dilakukannya. Kaum feminis gencar menyerang seolah Syekh puji telah memupus masa depan si gadis yang masih 12 tahun. Ah, mungkin mereka lupa berapa usia kakek nenek mereka saat menikah.

Poligami dibenci, dianaktirikan, diteriaki. Tapi kita diam saat seorang paranormal terang-terangan mengatakan beristri hampir 30 orang. Kita diam manakala seorang eyang beristri 9 orang. Kita diam dengan maraknya perselingkuhan. Kita diam dengan legalnya lokalisasi-lokalisasi. Sebagian dari wanita malah tanpa sungkan-sungkan mengatakan,” Mending suami saya jajan di luar daripada dia menikah lagi.”

Saudarariku, jika Allah dan Rasulullah saja tidak mengharamkan, lalu siapalah kita? Sebagai muslimah, para ummul mukminin adalah panutan kita. Akankah kita turut menghujat apa yang mereka lakukan?

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Penulis berprofesi sebagai PNS di lingkup Pemkab. Tulungagung Jawa Timur. Menekuni dunia literasi sejak dua tahun terakhir. Tulisannya tergabung dalam 40 antologi, buku solo Love and Live Undercover, Meraup Pahala Kala Haid Tiba, dan Kitab Gang Pitu telah terbit tahun ini. Dua novel Islaminya insya Allah terbit awal tahun 2014. Penulis aktif dalam jaringan kepenulisan Jaringan Pena Ilma Nafia (JPIN)

Lihat Juga

Kemuliaan Wanita, Sang Pengukir Peradaban

Figure
Organization