Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Sombong dan Pandangan Digital-Analog

Sombong dan Pandangan Digital-Analog

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

dakwatuna.com – Banyak yang tidak tepat dalam mendefinisikan kesombongan. Bahkan ada yang main pukul rata bahwa orang yang kaya pasti sombong atau orang yang pakai mobil bagus pasti sombong.

Definisi yang benar tentang sombong adalah seperti yang disampaikan Rasulullah SAW bahwa orang yang sombong adalah: (1) menolak kebenaran, (2) meremehkan orang lain.

Kesombongan pertama kali dilakukan oleh iblis saat tidak menerima kebenaran bahwa dia diminta bersujud kepada Adam. Iblis tidak menerima mengapa yang terbuat dari api harus bersujud kepada yang terbuat dari tanah.

Kesombongan dengan kategori ini kemudian diikuti manusia, misalnya tidak menerima kebenaran bahwa temannya sukses, tetangganya bisa beli mobil baru, rekan kerjanya dapat penghargaan dan promosi jabatan, dan kebenaran (kenyataan) lainnya.

Nah, kesombongan kategori kedua adalah karena meremehkan orang lain. Kesombongan jenis inilah yang mungkin banyak dipahami oleh manusia, termasuk mengapa orang yang berpakaian bagus dianggap sombong.

Mungkin mereka mengira bahwa semua orang yang berpakaian bagus akan selalu meremehkan orang berpakaian buruk. Mereka mengira semua orang kaya akan selalu meremehkan orang miskin. Mereka mengira semua orang pintar akan selalu meremehkan orang bodoh. Mereka mengira semua orang shalih akan meremehkan orang biasa, dan seterusnya.

Jawabannya adalah belum tentu. Semua kembali kepada hati masing-masing.

Nah, yang saya analisis sebenarnya bukan meremehkan dalam jenis ini, karena biasanya orang-orang “baik dan bijak”, bisa mengatasi atau menghindari meremehkan jenis ini.

Gambar 1. (Foto: Khoirul Anwar)
Gambar 1. (Foto: Khoirul Anwar)

Jenis Lain Meremehkan

Saya ingin membahas tentang meremehkan yang lebih halus lagi, yaitu meremehkan terhadap hal-hal kecil (menganggap hal kecil) yang sebenarnya besar. Mengapa ini menarik? Karena biasanya orang “baik” pun melakukannya.

Dalam setiap syucchou (tugas dinas) universitas, baik di dalam atau di luar kota, kami selalu mendapat fasilitas hotel, makan dan transportasi umum (taksi tidak diperbolehkan jika transportasi umum tersedia).

Kadang hotel disediakan panitia (jika kita diundang) atau makan malam disediakan dalam acara banquet. Jika ini terpenuhi, universitas tidak akan memberi dana hotel dan makan malam untuk dinas tersebut.

Saat ada undangan seminar di Indonesia misalnya, jika kita tinggal di rumah (tidak di hotel), universitas tidak akan mengganti biaya hotel. Nah sayangnya ada beberapa orang yang berbohong dengan hal seperti ini dengan dalih bahwa “ah ini hal kecil/murah, tidak apa-apa”.

Tentu saja seharusnya ini bukan hal kecil, karena jika sering, nanti terbiasa (tidak sensitif lagi). Jika kita melakukan kesalahan kita akan malu selamanya. Mengapa malu? Karena dalam keburukan, pandangan manusia adalah digital, yaitu “0” dan “1”, dalam bahasa sehari-hari “ada” dan “tidak ada”, karena orang dengan keburukan 0.2 dianggap sama dengan yang keburukannya 1.

Terkait dengan kebaikan, pandangan manusia beda lagi. Manusia memandang kebaikan dengan kacamata analog. Kebaikan 10 kalah (tidak dianggap) karena ada orang lain yang kebaikannya 12, kebaikan 200 masih kalah karena ada orang lain yang kebaikannya 240, dan seterusnya. Akibatnya kebaikan tidak banyak terlihat atau menjadi berita, karena begitu halus bedanya. Gambar 1 menunjukkan betapa timpangnya pandangan ini.

Mengapa Keburukan Selalu Diingat

Sebenarnya tidak diketahui secara pasti mengapa manusia lebih mengingat keburukan seseorang. Bisa jadi ini dikarenakan sifat dasar manusia yang suka iri dengan orang lain.

Namun dari sisi logika, bisa jadi ini karena keburukan itu mudah diingat (hanya 2 pangkat 1 = 2 bit) dan tahan terhadap noise (tidak mudah dilupakan, tidak mudah salah). Oleh karena itu, dalam telekomunikasi, biasanya agar tahan terhadap noise mobile phone yang berada di lingkaran terluar atau terjauh diminta menggunakan BPSK (binary phase shift keying) yang terdiri atas symbol “+1” dan “-1” saja. Sedangkan symbol yang sering error, 64QAM (-7, -5, -3, -1, +1, +3, +5, +7) , diletakkan paling dekat dengan base station (BTS) seperti pada gambar 2.

Hikmahnya adalah semoga kita tidak banyak melakukan keburukan karena keburukan mudah diingat daripada kebaikan.

Gambar 2. (Foto: Khoirul Anwar)
Gambar 2. (Foto: Khoirul Anwar)

Profesi dan Kejahatan

JAIST mengumumkan bahwa April 2014 nanti seluruh windows XP dilarang dipakai di kampus karena tidak disupport lagi updatenya. Ini kesempatan saya ganti computer. Hanya saja ganti computer artinya install software baru.

JAIST memberikan gratis instalasi software, hanya saja tidak boleh diinstall di computer pribadi. Saya bergegas meminjam software ini di bagian IT center. Hanya professor saja yang boleh pinjam. Boleh juga dikembalikan esok harinya.

Selesai install software, saya memandang CD ini. “Ah, istri saya kebetulan sedang memerlukan software ini. Kalau saya bawa pulang, saya yakin tidak ada yang tahu”.

Lintasan pikiran buruk semacam itu terkadang begitu cepat datang. Tiba-tiba saya ingat sebuah serial anime Detective Conan, “Orang yang cinta dengan profesinya, tidak akan melakukan kejahatan menggunakan profesinya”.

Astaghfirullah, saya terdiam sejenak.

Terima kasih ya Allah, Engkau ingatkan saya.

Betapa malunya jika seorang sensei (professor) menginstall software kampus di komputernya pribadi, padahal ditulis “Only for JAIST’s Computers”. Bagaimana komentar mahasiswa dan staff office mendengarnya?

Akan banyak sekali keburukannya. Lebih baik keluar beberapa ribu yen, tapi bangga memakainya, daripada “gratisan” tapi tidak tenang seumur hidup.

Kesimpulan

Orang memandang keburukan kita secara digital, tetapi memandang kebaikan kita secara analog. Keburukan memerlukan sedikit bit, sehingga mudah diingat. Mari bekerja terus menambah kebaikan meskipun tidak akan banyak dilihat orang lain.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Assistant Professor at Japan Advanced Institute of Science and Technology (JAIST).

Lihat Juga

Fadly Amran: Pasar Digital Kubu Gadang Tarik Minat Kunjungan Wisatawan

Figure
Organization