Topic
Home / Berita / Daerah / Trauma, Pengungsi Sinabung Ingin Segera Direlokasi

Trauma, Pengungsi Sinabung Ingin Segera Direlokasi

Maria Magdalena, Sudah empat bulan lamanya ia mendiami posko Champions Futsal Arta Kabanjahe – Karo yang didirikan lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT)
Maria Magdalena, Sudah empat bulan lamanya ia mendiami posko Champions Futsal Arta Kabanjahe – Karo yang didirikan lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT)

dakwatuna.com – Kabanjahe. Erupsi Gunung Sinabung masih menyisakan trauma yang mendalam. Dampak psikis masih dirasakan para korban. Hampir enam bulan lamanya mereka menjadi pengungsi.

Maria Magdalena (50 tahun) misalnya. Sudah empat bulan lamanya ia mendiami posko Champions Futsal Arta Kabanjahe – Karo yang didirikan lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT). Ia tidak tahu harus ke mana. Ladang sebagai tempatnya mencari nafkah sudah hancur lebur terkena lumpur lahar dingin.

“Kami mohon untuk dipedulikan! Kami ingin segera di relokasi. Kami ingin menjalani lembaran baru, tolong pedulikan kami…!” keluh Maria Magdalena  sambil menangis tersedu-sedu, mencurahkan segala beban yang di deritanya.

Keluhan yang sama juga di lontarkan Derok Perukaro (65 tahun). Nenek yang sudah mempunyai lima cucu ini, merasa sedikit frustasi, jenuh, dan bingung dengan keadaannya saat ini, yang nasibnya terlunta-lunta belum mendapatkan kepastian.

“Kapan kami bisa pulang? Dan kalau kami pulang entah bagaimana? Karena ladang-ladang kami sudah rusak semua, tidak ada lagi yang diharapkan, dan anak-anak sudah trauma sekali,  kami tidak bisa menanggulangi lagi anak-anak kami untuk sekolah,“ lirihnya dengan berlinang air mata, menumpahkan keluhannnya kepada relawan tim Trauma Healing Masyarakat Relawan Indonesia (MRI).

Kepedihan dan kesedihan mereka memang terasa sangat wajar. Pasalnya, jika pun bencana Sinabung selesai, keadaan rumah dan ladang yang menjadi sumber penghidupan mereka, sudah porak poranda. Lahan mereka sudah dipenuhi bebatuan dan air lumpur lahar dingin akibat letusan.

“Keadaan rumah kami sudah rusak dan bocor karena letusan gunung Sinabung, kalau pun kami pulang, entah kita mau makan apa nanti?” keluhnya.

Hal serupa dirasakan Magdalena. Kondisinya semakin berat saat ini, karena Ia harus tetap membiayai anaknya pertama kuliah di Universitas Sumatera Utara (USU), serta anak-anak lainnnya yang masih SMA dan SMP.

“Meskipun putra pertama kami kuliah mendapatkan beasiswa, tapi tiap bulan saya harus kirim uang Rp 600 ribu untuk bayar kos, dan kebutuhan sehari harinya, dengan keadaan kami saat ini, otomatis kami tidak mampu membiayainya,” keluhnya sambil menyekat air mata yang terus meleleh di pipinya.

Muhammad Yusuf Koordinator pengungsi di Posko Pengungsian Champions Futsal Arta Kabanjahe – Karo, berharap ada solusi dari pihak terkait, untuk segera menentukan kepastian nasib para pengungsi, agar nasib para pengungsi tidak terombang-ambing. “Apakah mereka direlokasi atau kembali ke rumah, ini yang menurut saya yang paling penting,”  ujarnya.

 

Hore, kami dapat buku!

Kepedihan para pengungsi sedikit teratasi dengan program Trauma Healing yang dilakukan ACT dan MRI.  Perusahaan Gas Negara (PGN) bersama para relawan Aksi Cepat Tanggap (ACT) memberikan layanan Perpustakaan Keliling bagi anak-anak pengungsi Sinabung. Ribuan buku-buku bacaan bantuan dari PGN disebar ke beberapa titik posko pengungsi.

Menurut Koordinator Lapangan (Korlap) Tim DERM-ACT untuk Sinabung, Dede Abdul Rohman, layanan Perpustakaan Keliling ini digelar ke posko-posko pengungsi di wilayah Kabanjahe, antara lain di Posko Gereja Pantekosta, Posko Rumah Kabanjahe (Rumka), Posko Lapangan Futsal Sumbul, dan di tempat-tempat lain. Anak-anak dan orang tua mereka bergembira dengan adanya Perpustakaan Keliling ini.

“Horee…! Kami dapat buku-buku bagus. Kami bisa belajar lagi sekarang,” kata Butet anak pengungsi sambil mengacungkan bukunya.

Buku-buku yang disediakan di Perpustakaan Keliling PGN ini antara lain, buku-buku tentang sejarah, komik, cerita, dongeng, dan lain-lain. Kata Dede, nantinya buku-buku ini akan menjadi inventaris mereka di masing-masing Posko.

“Terima kasih kepada PGN dan ACT yang telah memberikan layanan perpustakaan keliling, dengan adanya buku-buku ini, anak-anak kami bisa belajar kembali dan tidak ada yang main-main keluar pengungsian,” ujar Yusuf, pengungsi di Posko Kabanjahe – Karo. (act/sbb/dakwatuna)

 

Redaktur: Saiful Bahri

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lahir dan besar di Jakarta, Ayah dari 5 orang Anak yang hobi Membaca dan Olah Raga. Setelah berpetualang di dunia kerja, panggilan jiwa membawanya menekuni dunia membaca dan menulis.

Lihat Juga

Sinabung Meletus, PKPU Human Initiative Terjunkan Tim Rescue

Figure
Organization