Topic
Home / Berita / Nasional / Trauma Healing, Kembalikan Keceriaan Anak-anak Pengungsian

Trauma Healing, Kembalikan Keceriaan Anak-anak Pengungsian

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Gerakan Para Pendongeng Untuk Kemanusiaan (GePPuK) (foto: ACT)
Gerakan Para Pendongeng Untuk Kemanusiaan (GePPuK) (foto: ACT)

dakwatuna.com – Jakarta. Ratusan anak mulai balita hingga remaja berkumpul di halaman sekolah Dasar 01 Petamburan, Jakarta. Mata mereka seakan tak berkedip, menyaksikan aksi sulap yang ditampilkan oleh tim Line magic Community. Bukan hanya sulap, anak-ana(k dengan antusias mendengarkan dongeng yang dipersembahkan Gerakan Para Pendongeng Untuk Kemanusiaan (GePPuK). Sejak pukul tiga sore hingga petang, antusiasme luar biasa dari ratusan anak seakan melupakan bahwa mereka sedang berada di posko pengungsian banjir.

Sebagai penyelenggara, ACT berharap sedikit banyak dapat membantu mengembalikan senyum dan semangat anak-anak di posko pengungsian. Desi, Koordinator tim Trauma Healing mengatakan, bencanabanjir yang berlarut-larut tentu membawa trauma fisik dan psikis yang mendalam bagi anak-anak di pengungsian. Kondisi posko pengungsi yang minim fasilitas, tak ada hiburan yang berarti, cenderung membawa anak-anak berada dalam kondisi depresi.

“Tak hanya melalui pelayanan kesehatan serta jaminan sandang dan pangan yang memadai, anak-anak jelas membutuhkan penanganan khusus demi mengembalikan senyum ceria mereka, melupakan sejenak bencana yang terjadi,”kata dia.

Handi Hasim selaku pengurus Lembaga Musyawarah Kelurahan (LMK) RW 04, Petamburan pun mengharapkan bahwa kegiatan positif ini dapat terus berlanjut. Pihaknya menghaturkan ucapan terima kasih banyak bagi tim trauma healing ACT. Kata dia, kegiatan ini sangat terasa manfaatnya, anak-anak bahkan sebagian besar warga pengungsi di posko Petamburan seakan melupakan sejenak bencana yang menimpa mereka.

“Senang bisa melihat anak-anak tertawa lepas, semoga setelah kegiatan ini anak saya tak lagi rewel dan depresi”, ujar Susi, seorang ibu yang anaknya terlihat aktif mendengarkan dongeng dari tim trauma healing.

Kegiatan serupa juga diselenggarakan di posko wilayah Duri Kepa, Jakarta Barat. ACT dengan Tim Masyarakat Relawan Indonesia  bersama Tim Dongeng Sahabat Indonesia Berbagi (SIGI) memberikan ‘wejangan’ trauma healing kepada anak-anak di wilayah tersebut. Aksi yang berlangsung selama kurang lebih tiga jam, sangat ampuh menghimpun dan membangun kembali semangat anak-anak dalam menjalani kehidupan riangnya.

Dongeng demi dongeng yang disampaikan oleh Tim SIGI, langsung menghapus gelisah hati yang menyelimuti sejak banjir kali ini menyapa. Langkah kontribusi yang diberikan oleh Tim SIGI bersama ACT merupakan sebuah penawar dari kikisnya mental anak-anak yang tertimpa dampak banjir, sudah selayaknya mental mereka harus selalu tegar, karena merekalah tonggak peradaban bangsa ini kelak.

Psikolog anak dari Klinik Terpadu Fakultas Psikologi UI Depok dan Pusat Layanan Tumbuh Kembang KANCIL Ratih Zulhaqqi, M.Psi mengatakan kepada ACT, penanganan anak-anak pascabencana memang hendaknya menghadirkan kebahagiaan untuk si anak. Pasalnya, anak-anak mengalami situasi yang tidak nyaman selama bencana. Agar anak-anak tidak kehilangan momen bermain, kegiatan seperti melukis, bernyanyi dan mendengarkan dongeng dapat menghibur mereka.

“Tentunya setelah terpenuhi kebutuhan secara fisik, kebutuhan psikis pun sangat diperlukan. Bencana banjir kalau satu dua hari mungkin bisa diatasi, namun sampai berminggu-minggu membuat waktu bermain mereka akan hilang,”kata dia.

Menurutnya, jika di posko pengungsian anak-anak dibiarkan, tumbuh kembang mereka akan terganggu, tidak ceria dan akan mudah bosan. Ia menganjurkan, agar di setiap posko pengungsian menjadi tempat yang memungkinkan anak-anak terhibur dan tidak menimbulkan efek trauma. (act/ded/dakwatuna)

 

Redaktur: Deddy S

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lulusan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sejak kecil menggemari segala jenis masakan. Hingga kini senang membaca dan mengakrabi aksara.

Lihat Juga

UNICEF: Di Yaman, Satu Anak Meninggal Setiap 10 Detik

Figure
Organization