Sejati Tinggi-Pendek: Ah, Apalah Diri Kita…

Ilustrasi (Inet)

Orang yang meninggi sejatinya adalah pendek (rendah). Demi tinggi, ia suka menjinjit. Ia lupa kedudukan semula, bahwa ia sejatinya pendek.

Orang yang merendah sejatinya adalah tinggi (mulia). Ia merunduk demi selaras dengan lainnya. Betapapun ia merendah, tetap saja ia tinggi.

Maka mengapa kita terjebak mata dalam menilai kedudukan? Mengapa kita mengejar kedudukan hanya demi penilaian mata (manusia)?

Tak mudah menjadi tak terlihat, tapi lebih sulit lagi memperlihatkan apa-apa yang tak terlihat. Karena sejatinya tak ada. Kosong. Naif.

Jika ada kebaikan, apalah diri kita. Segala kebaikan datangnya dari Allah. Maka sejatinya bukan hak kita berbangga bila pujian itu tiba.

Pun jika ada keburukan, apalah diri kita. Memang kita tempatnya khilaf dan lupa. Maka sejatinya bukan kewajiban kita untuk selalu membela semua cela.

Lulusan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sejak kecil menggemari segala jenis masakan. Hingga kini senang membaca dan mengakrabi aksara.
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...