Hembusan Nafas Akhir Tahun

Perayaan tahun baru (inet)

dakwatuna.com – Pergantian tahun masehi selalu identik dengan hura-hura dan panggung hiburan. Detik-detik menjelang pergantian tahun begitu dinanti-nanti dan menjadi saat-saat yang paling mendebarkan.

Begitu jam menunjukkan pukul 00.00 tepat, secara serentak tumpah ruah segala ekspresi yang menggambarkan berbagai macam rasa dan perasaan.

Kembang api dan petasan menghiasi angkasa tanpa henti, panggung-panggung hiburan langsung menghentak dengan suara yang tak kalah menggelegar dan tentu saja yang tidak pernah ketinggalan bunyi terompet saling bersahutan.

Semua penggila perayaan malam tahun baru seolah-olah melepaskan semua beban yang selama ini menghimpit mereka di tahun sebelumnya. Mereka lepaskan setinggi-tingginya dan sejauh-jauhnya agar di tahun yang akan datang mereka masuki dengan perasaan yang lepas tanpa beban apapun.

Hembusan nafas seolah-olah lebih lapang tak menyesakkan dada, bertiup jauh seiring dengan hembusan nafas kala mereka meniupkan terompet atau menyanyikan lagu mengikuti irama di panggung-panggung hiburan.

Namun mereka lupa bahwa di sudut lain dari hiruk pikuknya perayaan tahun baru, sekelompok hamba Allah tengah khusyuk bertafakkur dalam dzikir-dzikir panjangnya.

Saat-saat seperti ini menjadi waktu yang sangat berharga dan sangat sayang untuk dilewatkan. Saat dimana jiwa-jiwa perindu surga melakukan muhasabah terhadap perjalanan hidup di tahun yang lalu. Doa-doa panjang terus dipanjatkan agar diberikan keselamatan dan keberkahan mengarungi tahun-tahun selanjutnya.

Ketika jarum jam menunjukkan pukul 00.00 tepat, tumpah ruah seluruh perasaan takut bercampur harap dalam sujud panjang dan tangis penuh kerinduan kepada sang khalik. Khawatir terhadap dosa dan khilaf yang telah diperbuat, berharap akan ampunan dan petunjuk dari sang maha pencipta.

Lalu, di sudut manakah kita berada. Apakah hembusan nafas kita habis untuk meniup terompet dan berdendang dalam panggung-panggung penuh maksiat atau hembusan nafas kita ada dalam dzikir-dzikir khusyuk di sudut malam dan sujud-sujud panjang diharibaan.

Semua terserah kita. Allah pun telah memberikan pilihan yang harus kita tentukan sendiri.

Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.  Ash-shams (91) ayat: 8.  (sbb/dakwatuna)

 

Lahir dan besar di Jakarta, Ayah dari 5 orang Anak yang hobi Membaca dan Olah Raga. Setelah berpetualang di dunia kerja, panggilan jiwa membawanya menekuni dunia membaca dan menulis.
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...