Topic
Home / Berita / Opini / PKN 2013 Sama dengan Membuka Kesempatan Free Sex

PKN 2013 Sama dengan Membuka Kesempatan Free Sex

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Di tengah hiruk pikuk pemilu 2014, dari mulai DPT hingga kampanye para caleg dan capres. Namun dalam sekejap kampanye para caleg dan capres ini hilang tertelan arus oleh kampanye yang tidak kalah heboh. Kampanye pekan kondom nasional (PKN) yang diadakan oleh kementerian kesehatan dan komisi penanggulangan AIDS. Kampanye ini diadakan dari 1-7 Desember 2013. Kampanye ini bukanlah yang pertama. Tahun 2012 kampanye ini juga digulirkan oleh menteri kesehatan dr. Nafsiah Mboi, SpA, MPH.

Tahun 2012, kontroversi kampanye kondom ini mulai mencuat. Menteri kesehatan dr. Nafsiah Mboi pun angkat bicara. Ia mengatakan bahwa “kampanye kondom dan pembagian kondom hanya diberikan kepada orang-orang dengan aktivitas seks berisiko dan tidak akan membagikannya kepada masyarakat umum”. (health.kompas.com)

Itu tahun 2012, lain halnya dengan tahun 2013. Dengan program yang sama tetapi dikemas dengan bungkus yang berbeda dan lebih “wah”, kementerian kesehatan meluncurkan kampanye baru dengan judul “Pekan Kondom Nasional tahun 2013”. Berbeda dengan tahun 2012, program ini mewujudkan apa yang “dikhawatirkan” oleh berbagai kalangan. Pembagian kondom gratis oleh beberapa produsen kondom kepada masyarakat umum benar-benar dilakukan. Bahkan sampai kepada ranah mahasiswa (ugmsolidarity.com). Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, hal ini kemudian menimbulkan kontroversi dari berbagai kalangan.

Menteri kesehatan pun, kembali angkat bicara namun pernyataannya sangat kontradiktif dari pernyataannya tahun 2012. Ia mengatakan “Kalau ada orang yang diberikan kondom gratis lalu ia melakukan seks berisiko, tandanya memang sudah dari awal ia merencanakan hal itu” ujarnya dalam konferensi pers Hari AIDS sedunia yang bertempat di sekretariat Komite Penanggulangan Aids Nasional, jl. Johar, Menteng, Jakarta Pusat dan ditulis oleh detikhealth pada sabtu (30/11/2013).

Menanggapi pernyataan Menteri kesehatan, penulis jadi teringat dengan sebuah kata-kata yang dahulu pernah populer di kalangan penonton berita kriminal. Kata-katanya adalah seperti ini, “Kejahatan terjadi bukan saja karena ada niat dari pelakunya, tetapi juga karena ada kesempatan, waspadalah, waspadalah”.

Program Pekan Kondom Nasional 2013 dan pembagian kondom gratis kepada masyarakat, merupakan tindakan pemerintah yang tidak tepat. Dengan pembagian kondom tersebut akan membuka kesempatan berfikir masyarakat untuk melakukan seks berisiko. Dan faktanya angka seks berisiko meningkat dari tahun ke tahun dan naik hampir 60%. Pemerintah seharusnya patut “mencurigai” kemungkinan kebijakannya yang semakin “berani” untuk membagikan kondom lah yang meningkatkan angka seks berisiko di masyarakat. Bukankah pemerintah yang membuka kesempatan berfikir masyarakat akan seks berisiko. Pemerintah harusnya mulai introspeksi dengan kebijakan yang satu ini, jangan hanya mengambil “Kondom” sebagai dewa penyelamat dari “bencana” HIV-AIDS ini.

Ada kebijakan dan program yang lebih logis dan lebih baik yang dapat dilakukan oleh pemerintah dari sekadar membagi-bagikan kondom dengan mobil “seksi” nya. Yaitu pertama, menggencarkan kampanyekan “SAY NO to FREE SEX”, karena awal mula dari semua “bencana” HIV-AIDS ini adalah kegiatan seks bebas. Kedua, meminimalisir seks berisiko dengan menutup lokasi prostitusi secara bertahap dan memberikan pembinaan moral, ekonomi, sosial, psikologi kepada para WTS. Ketiga, kampanyekan dan buat regulasi bahwa hubungan seks hanya diperuntukkan untuk orang yang telah menikah dan hubungan itu hanya boleh dilakukan dengan suami atau istrinya saja.

Mari kita cegah penyebaran HIV-AIDS ini dengan tidak membuka kesempatan kepada masyarakat untuk melakukan seks bebas, agar terwujud “Indonesia Bermoral”. Wallahu’alam bishawab.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lahir di kota Tanjungpinang. Ayah dan ibu berdarah asli Jawa. Mahasiswa jurusan Ilmu Kelautan di Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang. Aktif sebagai aktivis dakwah kampus dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). Bercita-cita untuk melanjutkan studi ke Institut Pertanian Bogor dan James Cook University, Australia serta menjadi seorang dosen dan peneliti yang ahli dalam bidang Marine Scientech.

Lihat Juga

Apakah Kelainan Orientasi Seksual Bisa Disembuhkan?

Figure
Organization