Topic
Home / Berita / Opini / Kemurnian Syahadah pada Polemik Jonas dan Asmirandah

Kemurnian Syahadah pada Polemik Jonas dan Asmirandah

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (crazyprofile.com)
Ilustrasi (crazyprofile.com)

dakwatuna.com – Sudah pada tahu dong tentunya polemik pernikahan Asmirandah dan Jonas Rivanno?! Ya masalah ini mengundang kita tentunya untuk berpikir, kenapa Asmirandah membatalkan pernikahannya? Yang jelas bukan karena Andah lebih memilih saya untuk jadi pendampingnya (alamak!), tapi tentunya karena satu alasan yang pasti tentang keimanan, karena keimanan-lah yang membuat Andah lebih memilih berpisah dari pada mesti berdampingan hidup dengan Jonas sang Munafik, karena Jonas yang semula mengaku beriman dan bersyahadah, eh setelah sah menikah ia malah tak mengaku sebagai mualaf, ini jelas walaupun secara tak langsung mengucapkan talak, tapi dengan pengakuannya bahwa Ia (Jonas) tak mengaku mualaf berarti ia telah menjatuhkan talak kepada Andah, dan ini juga menerangkan kepada kita bahwa Jonas telah mempermainkan syahadah, beda dengan kasus penolakan Abu Jahal dan Abu Lahab untuk mengucapkan syahdatain, karena mereka tahu konsekuensi tatkala mereka mengucapkan kalimat itu adalah mereka harus menanggalkan segala kemegahan alam jahilnya, pangkatnya, menanggalkan segala kemaksiatannya, tapi beda dengan Jonas yang asbun (asal bunyi) mengucapkan syahadah, tanpa menyadari ada syarat-syarat yang harus ia lakukan agar persaksiannya untuk memeluk Islam benar-benar murni dan diterima, dan ini juga menjadi catatan penting bagi kita! Atau Jangan-jangan KeIslaman kita hanya sekadar warisan dari orang tua kita, Jangan sampai keIslaman kita ini kering dari pemaknaan dan penghayatan akan pemenuhan syarat-syarat kemurnian Islamnya kita, untuk lebih jelasnya mari kita simak berikut ini catatan saya pada kajian tematik AB 2 KAMMI Daerah Kepri yang disampaikan oleh Ustadz Lazim Lc, tentang syarat-syarat diterimanya Syahadah atau dalam bahasa kerennya Syuruthu Qubulisy Syahadatain”

Saudaraku sekalian…

Sering kali ketika kita mengucapkan syahadah akan tetapi tidak dibarengi dengan syarat-syarat diterimanya kesaksian kita itu. Karena tidak semua syahadat diterima Allah swt, orang munafik itu secara bahasa verbal mereka mengatakan “asyhadu alla ilahaillah, wa asyhadu anna Muhammad Rasulullah” tapi apa ending dari bagi kehidupan mereka?! “Sesungguhnya orang-orang munafik itu tempatnya di keraknya neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka.” [QS. An-Nisaa’: 145].”

mereka ucapkan syahadah itu bahkan kesaksian Allah swt, dalam surah munafiq itu” Allah membuat sebuah ungkapan waizaa roaitahum tu’jibuka ajsaamuhum dan sekiranya kamu melihat performa fisik ibadah-ibadah mereka itu kalian akan terpesona akan takjub dengan mereka, mereka shalat Zhuhur Ashar itu luar biasa, bahkan mungkin kalau ke masjid adalah orang-orang yang pertama kali datang, dan kata kunci itu adalah karena itu terlihat oleh orang-orang lain, dan bedanya ketika Maghrib dan Isya maka kata Rasulullah Saw, “ Shalat yang paling berat bagi orang munafik itu (shalat jamaah) itu adalah shalat al-Bardain, yaitu shalat yang waktunya, waktu dingin semua, Isya dan subuh, kata para ahli tafsir hadits, alasannya adalah karena siapa dan siapa yang ikut shalat berjamaah itu tidak ketahuan tidak terlihat, kalau sekarang ini di zaman kita banyak lampu yang hingar bingar, dulukan tidak pernah ada itu, bahkan terkadang sekarang siapa yang ada di sisi kanan dan kiri kita tidak ketahui, orang munafik itu tidak pernah beribadah kalau tidak dilihat oleh orang lain, ini pembahasan masalahnya adalah mereka sudah bersyahadat tapi itu tidak pernah mereka aplikasikan, artinya tidak masuk ke dalam 3 komponen iman, yaitu lisan, hati dan perbuatan seluruh anggota badan yang seharusnya menyatu dalam diri mereka (orang munafik) maka syarat-syarat diterimanya syahadat itu yaitu:

1. Al-Ilmu almunafi liljahl (pengetahuan yang membatalkan kebodohan)

Syahadatain itu terlebih dahulu harus dimaknai bahwa yang dapat memberi manfaat itu hanya Allah, dan yang memberi kenikmatan hanya Allah, yang memberikan rizki hanya Allah, yang menghidupkan dan mematikan hanya Allah, dan yang senantiasa mengawasi kita itu hanya Allah swt, karena dengan ilmu inilah kita akan bisa mengaplikasikan yang namanya syahadat itu.

Dan ingatlah tatkala Allah menguji Ibrohim dengan beberapa kalimah,” Coba kita lihat dan ambil pelajaran dari nabi Ibrohim as, kenapa Nabi Ibrohim itu seolah “meremehkan” kita ketahui ujian Ibrohim mengemban visi kenabian kan begitu berat! Gara-gara ketidakterimaannya dengan kondisi masyarakatnya, kemudian ada dialog antara dia dengan rajanya itu dengan pertikaian logika-logika yang sangat dahsyat antara dia (Ibrohim AS) dengan Firaun kala itu, kemudian kekalahan ayahnya dengan adu argumen tentang ketuhanan itu, karena “kedegilan” seorang pemuda bernama Ibrohim itulah hingga dia harus dilempar ke api, kalau kita ambil pelajarannya dari peristiwa itu, yaitu ternyata pengorbanan yang kita anggap begitu besar ternyata tidak ada apa-apanya, belum seberapa di sisi Allah, kalau dibanding dengan perjuangan nabi Ibrahim yang sampai dilempar ke dalam api. Kemudian pelajaran tentang betapa tawakalnya Ibrahim saat meninggalkan Siti Hajar ditempat yang tidak ada air tempat yang begitu panas, kemudian tentang begitu beraninya dia menyerahkan Ismail yang masih imut-imut itu untuk dikorbankan. Pertanyaannya “Energi apa yang mampu membuat Ibrohim AS, mampu berkorban sedemikian rupa?” jawaban dan kata kuncinya adalah pengetahuan yang membatalkan kebodohan, bahkan tidak sekadar pemahaman saja nabi Ibrahim dalam kekritisannya itu, dia tidak hanya sekadar menerima ilmu, maka coba kita lihat pada Al Baqarah ayat 260:

“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati.” Allah berfirman: “Belum yakinkah kamu?” Ibrahim menjawab: “Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku) Allah berfirman: “(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): “Lalu letakkan di atas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Al-Baqarah: 260)

Terkait dengan ilmu nabi Ibrahim di atas ada ungkapan bahasa Arabnya, yaitu:

“ Laysal Bayaanah Kal Muayyanah!, sesuatu yang bisa kita indra khususnya sesuatu yang bisa kita lihat langsung prosesnya, itu tidak sama dengan hanya tau konsepnya saja, diterangkan dengan segala macamnya itu, tidak sama tentunya dengan kita praktek langsung (visualisasi), maka itulah kekuatan nabi Ibrahim dari sisi Al-Ilmu almunafi liljahl.

Jadi kita harus meyakini bahwasanya harus mengenal Allah sifat dan zatnya itu seperti apa, karena dengan cara seperti itu kita akan mendapatkan keimanan yang benar.

Jadi jelas yang pertama kita harus mengilmui dulu syahadah, baru kemudian beramal, artinya kita masukkan dulu dalam konsep berfikir lalu cari pembenarannya dalam tindakan dan perbuatan anggota tubuh, karena jelas ada 2 kategori orang yang tidak disukai Allah swt, yaitu orang yang mengetahui tapi tidak melaksanakan, atau kita di posisi orang yang mengerjakan tapi tanpa mengetahui hakikat konsep dari apa yang kita kerjakan, dan jangan sampai juga syahadat kita hanya ikut-ikutan saja, gara-gara lagi trend non Muslim masuk Islam, yang Muslim pula ikut-ikutan pindah agama, karena Keimanan itu pasti akan diuji, agar kita siap dengan deretan ujian itu, maka yang harus dilakukan adalah mengilmui dulu. Semoga kita sebagai aktivis kebaikan dapat istiqamah hingga mencapai garis finis. Amin.

Saudaraku, syarat yang selanjutnya adalah,

2. Alqabulu almunafi lirrad (penerimaan yang membatalkan penolakan)

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang Mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang Mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah Menetapkan suatu Ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS. Al-Ahzab 33:36)

3. Alyaqinu almunafi lissyakk (keyakinan yang membatalkan keragu-raguan).

Keyakinan yang melahirkan tekad jiddiyah (kesungguhan) dalam beramal.

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada Jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS. Al Hujurat 49:15)

4. Al-Ikhlasu almunafi lissyirk (keikhlasan yang membatalkan kemusyrikan)

“Katakanlah, “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku, ‘Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhan-nya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhan-nya.” (QS. Al-Kahf 18:110).

5. Asshidqu almunafi lilkadzib (kejujuran yang membatalkan kebohongan)

“Di antara orang-orang Mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak mengubah (janjinya), supaya Allah Memberikan Balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan Menyiksa orang munafiq jika Dikehendaki-Nya, atau Menerima tobat mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab 33:23-24)

6. Almahabbatu almunafiyatu lilbughdhi wal karahah (cinta yang membatalkan kemarahan dan kebencian).

“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. …” (QS. Al-Baqarah 2:165)

Jika syarat-syarat diterimanya syahadat telah terpenuhi, maka akan terdapat pada diri seorang muslim itu kerelaan untuk diatur oleh Allah SWT, Rasulullah dan Islam dalam kehidupannya sehari-hari.

Salah satu konsekuensi logis sikap rela tersebut adalah komitmennya menghadiri tarbiyah islamiyah karena dari sinilah dimulainya pemahaman seseorang untuk mengetahui apa saja pengaturan yang telah ditentukan Allah SWT, Rasulullah SAW dan Islam bagi dirinya. Semoga kita selalu istiqamah berada di jalan ini, jalan kebenaran hingga mencapai garis finis, surga-Nya kelak, amin.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Kader KAMMI Komisariat Bintan yang juga bekerja menjadi guru SDIT Al Madinah tanjungpinang. Anak pertama dari 2 bersaudara. Sangat suka hal-hal yang berkaitan dengan seni lukis kaligrafi, dan sastra melayu.

Lihat Juga

Fahira: Masyarakat Punya Saringan Sendiri Memilih Penceramah

Figure
Organization