Topic
Home / Narasi Islam / Khutbah / Khutbah Jum'at / Khutbah Jum’at: Fenomena Dakwah, antara Peluang dan Tantangan

Khutbah Jum’at: Fenomena Dakwah, antara Peluang dan Tantangan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

Khutbah Pertama

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ نَبِيَّهُ مُحَمَّدًا بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ. وَبَعَثَهُ لِيُتّمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ. وَيَسْتَأْصِلَ مِنْ عِبَادِهِ الْفُسُوْقِ وَالنِّفَاقِ.

وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ إِلَى جَمِيْعِ الْأَنْحَاءِ وَالْآفَاقِ.

اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ صَلَاةً وَّسَلَامًا وَبَرَكَةً إِلَى يَوْمِ التَّلَاقِ.

أَمَّا بَعْدُ : فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ ! اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

Kaum Muslimin Jamaah Shalat Jumat yang dirahmati Allah

dakwatuna.com – Di tengah kehidupan yang senantiasa bergulir, jumat demi jumat berlalu, seiring itu juga khutbah demi khutbah kita perdengarkan dan menyirami sejenak hati yang penuh ketundukan dan mengharapkan keridhaan Allah. Kesadaran kemudian muncul dengan tekad untuk menjadi hamba Allah yang taat. Namun kadangkala dengan rutinitas yang kembali mengisi hari-hari kita, kesadaran itu kembali tumpul bahkan luntur. Oleh sebab itulah melalui mimbar jumat ini khatib kembali mengajak marilah kita berupaya secara sungguh-sungguh memperbaharui keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah, memperbaharui kembali komitmen kita kepada Allah yang sering kita ulang-ulang namun jarang diresapi, sebuah komitmen yang mestinya menyertai setiap langkah kita:

إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah termasuk orangorang yang menyerahkan diri.

Jamaah Jum’at Rahimakumullah,

Permasalahan Umat saat ini, jika kita pikirkan dengan seksama tidak pernah kunjung habis. Bertubi-tubi tiap hari tiap waktu timbul permasalahan baru. Permasalahan satu belum selesai sudah muncul permasalahan baru yang menutupi. Sungguh miris ketika kita renungkan kembali, karena bangsa yang sangat terkenal dengan jumlah penduduknya yang mayoritas muslim ini tidak bisa menyelesaikan permasalahan bangsa yang ada, Pribadi-pribadi muslim itu bak buih yang mengambang, tiada jelas arah dan tujuan, dan cenderung mengikuti arus zaman saat ini. Pribadi-pribadi itu tidak bisa membawa perbaikan dan perubahan ke hal yang positif buat kehidupan masyarakat kini. Jangankan masyarakat, di antara mereka ada yang tidak membawa kehidupan pribadi mereka menuju hal-hal yang baik. Seperti inikah kondisi negara muslim terbesar di dunia? Apa yang membuat hal ini bisa terjadi?

Fakta yang terjadi yang membuat kondisi umat ini semakin terpuruk dihimpit permasalahan adalah terdapat kelemahan-kelemahan pada individu-individu muslimnya. Mulai dari permasalahan aqidah, ibadah hingga dakwah.

Coba kita lihat sebagian besar muslim di Indonesia hanyalah muslim keturunan dan tidak memahami esensi dari menjadi seorang muslim itu sendiri, sehingga wajar jika nantinya banyak ditemukan orang-orang yang mengaku muslim tetapi memiliki konsep aqidah yang salah.

Lalu tidak hanya sebatas itu, kondisi umat saat ini juga bisa menggambarkan tingkat pendidikan dan pengetahuan yang sangat buruk akan Islam. Tidak sedikit orang yang tidak mengerti mengenai tatacara ibadah sehari-hari umat Islam. Tidak sedikit pula yang tidak mengerti akan hukum-hukum syar’i dan muamalah yang ada di dalam Islam. Atau tidak sedikit pula yang tidak mengerti akan ilmu-ilmu dalam Islam (fiqih, tarikh, dll). Mereka semua lebih bangga ketika bisa mempelajari ilmu-ilmu dunia (yang terkadang sangat sedikit manfaatnya atau malah tidak bermanfaat sama sekali).

Selanjutnya permasalahan berlanjut pada dakwah Islam. Banyak muslim saat ini yang menganggap bahwa berdakwah dan menyampaikan tentang Islam adalah kerjaan para ustadz saja. Padahal sesungguhnya perintah berdakwah itu sama wajibnya dengan perintah shalat. Lalu kenapa kita mengingkari dan enggan untuk menyampaikan kabar tentang Islam? Malah kita sibuk dengan urusan pribadi yang hal tersebut juga bukan dalam hal meningkatkan kapasitas dan keilmuan kita. Kita lebih asyik baca KORAN daripada baca QURAN, kita lebih Update Berita daripada Update Tilawah kita, kita lebih betah berjam-jam nonton televisi daripada menghadiri majelis-majelis ilmu.

Permasalahan berlanjut pada pengorganisasian dalam dakwah. Banyak umat Islam yang masih memiliki kapasitas keislaman yang terbatas merasa superior sehingga meninggalkan jamaah dakwah. Perlu kita sadari bahwa ketika berdakwah kita tidak bisa sendirian, perlu jamaah yang berfungsi untuk nantinya mengingatkan ketika kita salah dan yang akan menguatkan ketika kita lemah. Bukankah berjamaah kita mendapatkan derajat yang lebih tinggi dari pada sendirian? Lalu apa alasan yang menyebabkan kita meninggalkan jamaah?

Jamaah Jum’at Rahimakumullah,

Seiring dengan kemajuan Teknologi informasi dan Komunikasi, fenomena selebritis dakwah juga banyak muncul di televisi. Para pengemban dakwah yang menyampaikan tausiyahnya di televisi jumlahnya semakin banyak dengan berbagai ciri khas dan gaya dakwahnya masing-masing. Sebagaimana AA Gym dengan konsep Manajemen Qalbunya, (alm)KH.Zainuddin MZ dengan Icon nya Dai Sejuta Umat, Ust Yusuf Mansur dengan Konsep Sedekahnya, (alm)Ustadz Jefri Al Bukhori atau biasa dipanggil UJE dengan gayanya ustadz gaul ala anak muda, Ustadz Solmet dengan gaya “All you ready”, Ustadz Nur Maulana dengan gaya dakwahnya yang banyak disertai humor dan dengan kata-kata andalannya “Jamaah”, Ustadz Cepot yang bergaya bak wayang golek dan dengan dialek betawinya, Mamah Dedeh dengan gayanya yang lugas dan tegas dengan sasaran jamaahnya ibu-ibu pengajian dan masih banyak lagi yang lainnya.

Munculnya para da’i tersebut seolah membuat citra Islam berubah menjadi ramah dan lebih segar. Islam menjadi tidak identik dengan terorisme atau hal menakutkan lainnya. Citra kolot dan ketinggalan zaman pun perlahan hilang ketika para dai juga mengikuti selera zaman dalam berdakwah, terutama dalam memanfaatkan kecanggihan teknologi.

Gaya bahasa Dakwah yang ringan dan komunikatif yang disampaikan lewat media televisi sungguh bisa menyedot jutaan penonton di waktu yang singkat. Itu merupakan suatu kemajuan tersendiri dalam dunia dakwah.

Tetapi ternyata muncul fenomena baru kini Kisah kehidupan para Da’i pun banyak yang diberitakan dalam gosip infotainment, menjadi ikon iklan, ikut bermain peran dalam sebuah film, bahkan gaya hidupnya pun tak sedikit yang glamour bergaya bak selebritis. Yang hidup mewah, membeli rumah, jalan-jalan di Luar negeri, dsb. Mereka seolah terlena oleh kepopulerannya.

Ketenarannya ini cukup membuat antusias masyarakat ketika beliau hadir dalam suatu majelis ilmu. Masyarakat berbondong-bondong datang ketika salah satu Ustadz yang akan mengisi Pengajian itu adalah Ustadz yang sering tampil di televisi. Seolah–olah mereka hanya memandang ketokohan da’i itu saja. Padahal dalam Islam diajarkan bahwa dalam menimba ilmu kita jangan lihat siapa yang menyampaikan tetapi apa yang disampaikan.

Yang patut dikritisi selanjutnya yakni dari segi komersial. Saat ini Dai juga merupakan sebuah profesi yang menghasilkan uang. Para Dai yang sudah terlanjur populer tidak sedikit di antaranya ketika show berdakwah tarifnya mencapai puluhan juta rupiah. Dakwah seolah diperdagangkan dengan menjual ayat Allah. Padahal prinsip dakwah yang sebenarnya adalah kesederhanaan dan tanpa pamrih.

Kemudian dari pihak Media televisi sendiri komersialitas dari sebuah acara di televisi saat ini sudah tidak diragukan lagi. Da’i yang tampil di televisi seolah hanya mengikuti dan memenuhi kebutuhan pasar. Ketika penampilannya cukup menarik audiens dan laris di pasar, maka rating program acara itu akan naik. Dengan begitu pihak manajemen program acara itu akan terus menampilkan hal yang serupa. Da’i dituntut menyesuaikan pasar agar rating program acara itu terus naik. Dengan demikian khalayak seperti dieksploitasi dan respons kesenangannya diburu lantaran perolehan komersial.

Padahal yang juga penting dalam dakwah itu adalah konten isinya (materi dakwah). Masyarakat senang ketika para ustadz gaya ceramahnya aksi panggungnya menarik, penampilannya meyakinkan. Akan tetapi kualitas kontennya ini yang esensi dari sebuah dakwah.

Jamaah Jum’at Rahimakumullah,

Sejarah telah diwarnai, dipenuhi dan diperkaya oleh orang-orang yang sungguh-sungguh. Bukan oleh orang-orang yang santai, berleha-leha dan berangan-angan. Dunia diisi dan dimenangkan oleh orang-orang yang merealisir cita-cita, harapan dan angan-angan mereka dengan jiddiyyah (kesungguh-sungguhan) dan kekuatan tekad.

Dakwah berkembang di tangan orang-orang yang memiliki militansi, semangat juang yang tak pernah pudar. Ajaran yang mereka bawa bertahan melebihi usia mereka. Boleh jadi usia para mujahid pembawa misi dakwah tersebut tidak panjang, tetapi cita-cita, semangat dan ajaran yang mereka bawa tetap hidup sepeninggal mereka.

Apa artinya usia panjang namun tanpa isi, sehingga boleh jadi biografi kita kelak hanya berupa 3 baris kata yang dipahatkan di nisan kita: “Si Fulan lahir tanggal sekian-sekian, wafat tanggal sekian-sekian”.

Hendaknya kita melihat bagaimana kisah kehidupan Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Usia mereka hanya sekitar 60-an tahun. Satu rentang usia yang tidak terlalu panjang, namun sejarah mereka seakan tidak pernah habis-habisnya dikaji dari berbagai segi dan sudut pandang. Misalnya dari segi strategi militernya, dari visi kenegarawanannya, dan lain sebagainya.

Jamaah Jum’at Rahimakumullah,

Sesungguhnya Dakwah (dalam pengertian ini adalah seruan kepada jalan Allah), baik pada masa lalu, saat ini dan yang akan datang tetap merupakan pekerjaan yang harus dilaksanakan bagi setiap mukmin sejati. Dakwah juga merupakan misi utama bagi mereka yang menginginkan tercerahkannya umat Nabi Muhammad SAW. Pada prinsipnya dakwah merupakan kewajiban bagi setiap individu muslim, dan harus dilaksanakan oleh setiap insan yang telah mengikrarkan dirinya untuk tunduk dan patuh pada Islam, sebagai ajaran yang benar.

Dakwah atau berdakwah memiliki cakupan yang amat luas dalam konteks ‘Amar Ma’ruf Nahi Mungkar’. Tentu saja selain hubungannya dengan Allah Swt, dakwah juga berhubungan erat dengan sisi kemanusiaan.

Sebagai Khairu Umat, setiap manusia muslim terikat oleh komitmen kemusliman yang salah satunya ialah menyoal konsistensi sikap kemusliman terhadap janji yang telah diikrarkan dan dipersaksikan oleh Allah SWT, di mana yang terpenting adalah memelihara Agama Allah di atas muka bumi ini.

Dakwah merupakan upaya (proses) mewujudkan tatanan kehidupan yang Islami, memfungsikan Al-Quran dalam kehidupan secara optimal, atau dengan menafsir surat al-An’am 153, dakwah itu adalah menciptakan kehidupan (al-Hayat fi Zhilalil Quran). Dengan demikian jelaslah bahwa dakwah merupakan peran yang harus dimainkan manusia muslim dalam menghantarkan manusia kepada tatanan hidup yang Qurani.

Agar lebih memaksimalkan ketercapaian misi dakwah ini, maka setiap orang haruslah memahami akan dakwah itu sendiri, baik dari segi materi, metode dan strateginya, begitu juga sangatlah penting untuk mengetahui akan sejarah dakwah dari masa para nabi dan Rasul serta dakwah pada era globalisasi saat ini.

Jamaah Jum’at Rahimakumullah,

Tercatat dalam sejarah bagaimana usaha Nabi Nuh mengajak Kaumnya untuk menyembah Allah SWT. Bahkan risalah dakwah Nabi Nuh merupakan Risalah dakwah terpanjang dalam sejarah dan sungguh dramatis. Bagaimana tidak, usia dakwah yang begitu panjang tidak dibarengi dengan keberhasilan mengajak umatnya untuk menempuh jalan yang lurus. Alih-alih mempunyai pengikut yang berlimpah, namun hanya segelintir orang yang tersadar dan akhirnya ikut kepada seruan nabi Nuh.

Nabi Nuh menyampaikan Risalah Siang Malam kepada kaumnya dan khususnya keluarganya sendiri. Namun karena kesombongan yang dimiliki oleh istri dan anaknya, mereka akhirnya termasuk ke dalam orang-orang yang terkena azab. Bahkan Penolakan pun datang dari umat yang diserunya. Setiap Nabi Nuh menyeru mereka untuk beriman kepada Allah mereka memasukkan Jarinya ke telinganya dan menutupkan bajunya ke wajahnya sebagai tanda pengingkaran mereka akan dakwah Nabi Nuh dan Sifat Sombong mereka. Namun Nabi Nuh yang dikenal sebagai pribadi yang lembut, visioner, argumentatif, santun dan cerdas tetap bersabar dalam menghadapi rintangan dan tantangan dakwah ini

Perjalanan risalah nabi Nuh ini diabadikan oleh Allah SWT dalam Q.S Nuh

قَالَ رَبِّ إِنِّي دَعَوْتُ قَوْمِي لَيْلا وَنَهَارًا (٥) فَلَمْ يَزِدْهُمْ دُعَائِي إِلَّا فِرَارًا (٦) وَإِنِّي كُلَّمَا دَعَوْتُهُمْ لِتَغْفِرَ لَهُمْ جَعَلُوا أَصَابِعَهُمْ فِي آذَانِهِمْ وَاسْتَغْشَوْا ثِيَابَهُمْ وَأَصَرُّوا وَاسْتَكْبَرُوا اسْتِكْبَارًا (٧) ثُمَّ إِنِّي دَعَوْتُهُمْ جِهَارًا (٨) ثُمَّ إِنِّي أَعْلَنْتُ لَهُمْ وَأَسْرَرْتُ لَهُمْ إِسْرَارًا (٩)فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا (١٠)

Ibrah yang bisa dipetik dari sejarah dakwah nabi Nuh, meskipun harus susah payah menyeru umatnya, nabi Nuh tetap berdoa agar umatnya senantiasa mendapat perlindungan Allah SWT.

Islam diturunkan kepada Nabi Muhammad sebagai petunjuk untuk menyelamatkan dan membimbing manusia kepada jalan yang benar. Rasulullah beserta para sahabatnya telah memperjuangkan dinul Islam dengan harta, jiwa dan raganya. Dan setelah beliau wafat, maka tongkat estafet penyebaran Islam dilanjutkan oleh para pengikutnya yang betul-betul berislam secara benar tidak terkecuali manusia modern seperti sekarang ini. Maka Allah swt pun telah memberikan setetes harapan di pundak pejuang dakwah untuk menyebarkan agama Islam kepada mereka yang belum mengenal kebenaran yang hakiki.

Dinul Islam diturunkan kepada manusia bukan untuk memberatkan, akan tetapi demi memudahkan manusia dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat kelak. Oleh karena itu, Islam harus disampaikan dengan lemah lembut agar manusia bisa menerimanya. Prinsip seperti inilah yang bersarang dalam setiap relung perjuangan bahwa Islam harus disampaikan secara lemah lembut.

Dalam Al-Qur’an surah Ali Imran ayat 110 Allah swt berfirman,

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِاْلمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللهِ (آل عمران : 110)

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah”.

Oleh sebab itu, seseorang yang mengaku pejuang dakwah harus berinteraksi kepada masyarakat awam maupun yang mengaku terpelajar dengan penuh kemahalembutan dan tentunya perbuatannya harus sesuai dengan apa yang diucapkannya.

Aktivis dakwah dari zaman ke zaman tentunya mengalami permasalahan yang berbeda, akan tetapi konteks dakwah tidak mengalami perubahan yakni mencegah perbuatan keji dan mungkar serta menegakkan kebenaran di bumi Allah swt.

Perkembangan teknologi dan gadget mengharuskan pejuang dakwah tidak boleh gaptek karena akan menyebabkan penyebaran dakwah kurang lancar. Sebab tantangan akan semakin kompleks dari hari ke hari dan menuntut kita semakin kreatif dalam berdakwah.

Pejuang dakwah harus tetap harus selalu berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan hadits nabi Muhammad saw jika terjadi perselisihan pendapat. Karena perbedaan pendapat merupakan rahmat apabila dicermati secara arif dan bijaksana.

Jamaah Jum’at Rahimakumullah,

Islam sebagai agama yang kaafah dan syumul juga sangat memperhatikan konsep dan nilai dalam berkomunikasi. Sebab, dakwah Islam sendiri berpadu padan dengan komunikasi atau boleh dibilang dakwah itu salah satu bentuk komunikasi.

Sementara itu, komunikasi memiliki seni tersendiri agar suatu informasi dapat diterima dengan baik, benar, dan tepat kepada komunikan. Sehingga, tidak keliru dalam memahami informasi yang dimaksud serta tidak salah memahami keinginan sang pemberi informasi tersebut.

Dalam sejarah dakwah Islam, Rasulullah SAW juga sangat memperhatikan metode dakwah agar pesan dakwah dapat diterima dengan baik bagi mad’u (yang didakwahi).

Hal itu dapat dilihat ketika Rasulullah saw melaksanakan wahyu Allah Ta’ala untuk mentauhidkan aqidah umat yang keliru dengan menuhankan banyak Illah dan membersihkan peribadahan dari segala bentuk kesyirikan. Beliau secara khusus memiliki sebuah tugas mulia dengan jalan mendakwahkan dien Islam ini kepada umat melalui metode yang haq yaitu berupa cara-cara yang sesuai dengan petunjuk Allah Ta’ala. Di antara metode dakwah beliau saw adalah: Bil hikmah wal mau’izhah

Allah Ta’ala berfirman:

اُدْعُ إِلَى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِاْلمُهْتَدِيْنِ

Artinya, “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. an-Nahl, 16:125)

Hikmah ialah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil. Oleh sebab itulah Allah Ta’ala meletakkan al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai asas pedoman dakwah bagi Rasulullah dan juga bagi tiap umat yang bertugas meneruskan dakwah beliau hingga akhir zaman.

Jamaah Jum’at Rahimakumullah,

Ternyata usia tak selalu berbanding lurus dengan kedewasaan. Umur boleh jadi dewasa tapi kadang Bersikap seperti anak-anak padahal beban dakwah semakin banyak. Umat ini sedang butuh kontribusi kita, jangan tambah lagi masalah umat dengan kemanjaan. Ingat, Komitmen kita di jalan dakwah ini akan Allah bayar, jauh lebih mahal dari materi yang selama ini kita kejar. Jadi jangan beralasan meninggalkannya hanya karena disibukkan dengan permasalahan-permasalahan pribadi. Surga itu amat mahal takkan dapat dicapai dengan upaya seadanya saja. Buanglah sifat manja, buktikan bahwa kita kader-kader dakwah yang siap bekerja untuk umat dan bangsa.

Sebagaimana Konsep Dakwah yang diajarkan Rasulullah SAW, BERTUJUAN untuk…
Mengajak … bukan … mengejek
Mengajar … bukan … meng-hajar
Membina … bukan … menghina
Menasihati … bukan … menusuk hati
DAKWAH akan LANCAR dengan…
Menabur kasih … bukan … menguburnya
Menggalang kekuatan … bukan … menggulungnya
Menerangi kebenaran … bukan … memeranginya
Menjaga hak saudara … bukan … menjegalnya

Dakwah, SEHARUSNYA bisa…
Membimbing … bukan … membimbangkan
Memajukan … bukan … memojokkan
Menganjurkan … bukan … menghancurkan
Menyadarkan … bukan … menidurkan

DAKWAH akan lebih BERKUALITAS dengan…
Tabah hadapi cobaan … bukan … tambah minta pujian
Sabar lewati rintangan … bukan… gusar hadapi tantangan
Mewujudkan amalan nyata … bukan … mengumbar kata kata
Menuntun madu kita … bukan … menonton mereka

DakWah, TERASA INDAH bila untuk…
Saling memberi … bukan … saling meng-iri
Menyemangati … bukan … menyengat-mati
Mencipta rasa damai … bukan … membuat massa ramai

DAKWAH, terasa MANIS dengan…
Menebar senyum manis … bukan … mengumbar wajah sinis
Berakhlak halus … bukan … berakal bulus
Berniat tulus … bukan … berminat fulus

DAKWAH, itu UPAYA untuk…
Mempertahankan aqidah … bukan … mempertuhankan kabilah
Menghidupkan sunnah … bukan … meredupkannya dengan bid’ah
Menjadikan orang patuh … bukan … membuatnya jatuh
Membuat umat sembuh … bukan … menjadikannya kumat & kambuh

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمُ

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.

عِبَادَ الله، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَقَرَابَتِهِ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ أَجْمَعِيْنَ.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ.

اَللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ وَلاَ دَيْنًا إِلاَّ قَضَيْتَهُ وَلاَ حَاجَةً مِنْ حَوَائِجِ الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ إِلاَّ قَضَيْتَهَا يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ.

 اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ جَمِيْعَ وُلاَةَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَانْصُرِ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَأَعْلِ كَلِمَتَكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

 رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ. أَقِيْمُوْا الصَّلَاةَ…..

Redaktur: Samin Barkah

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (1 votes, average: 5.00 out of 5)
Loading...
Pria keturunan Jawa yang kini berlabuh di Palembang guna mengamalkan ilmu yang didapat selama belajar di LIPIA Jakarta.

Lihat Juga

Ada Dakwah di Dalam Film End Game?

Figure
Organization