Topic
Home / Dasar-Dasar Islam / Fiqih Islam / Fiqih Ahkam / Kemuliaan Para Sahabat Nabi dan Hukum Mencela Mereka (Bagian ke-4)

Kemuliaan Para Sahabat Nabi dan Hukum Mencela Mereka (Bagian ke-4)

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

Hukum Mencela Para Sahabat Nabi

dakwatuna.com – Berikut ini fatwa para Imam Ahlus Sunnah terhadap orang-orang yang mencela, memaki, hingga mengkafirkan para sahabat nabi, baik dari golongan syiah yang telah mencela umumnya sahabat nabi, Khawarij yang telah mengkafirkan Ali, Muawiyah, Abu Musa, Amr bin Al ‘Ash, dan nashibi yang telah menghina Ali, Fathimah, dan keturunannya.

Imam Hasan Al Bashri Rahimahullah

Berikut ini keterangannya:

قيل للحسن – رضي الله عنه -: «يا أبا سعيد، إن هاهنا قوماً يشتمون أو يلعنون معاوية و ابن الزبير». فقال: «على أولئك الذين يلعنون، لعنة الله

Ditanyakan kepada Al Hasan Radhiallahu ‘Anhu: “Wahai Abu Sa’id, di sini ada kaum yang suka mencela dan melaknat Mu’awiyah dan Ibnuz Zubeir.” Beliau menjawab: “Atas merekalah laknat Allah itu.” (Ibnu ‘Asakir, At Tarikh, 59/206)

Imam Malik bin Anas Rahimahullah

Imam Malik mengomentari ayat: Liyaghizhabihimul kuffar (adanya sahabat nabi membuat orang-orang kafir marah):

ومن هذه الآية انتزع الإمام مالك -رحمه الله، في رواية عنه-بتكفير الروافض الذين يبغضون الصحابة، قال: لأنهم يغيظونهم، ومن غاظ الصحابة فهو كافر لهذه الآية. ووافقه طائفة من العلماء على ذلك. والأحاديث في فضائل الصحابة والنهي عن التعرض لهم بمساءة كثيرة ، ويكفيهم ثناء الله عليهم، ورضاه عنهم.

Dari ayat ini, Imam Malik Rahimahullah –dalam sebuah riwayat darinya- memutuskan kafirnya kaum rafidhah, orang-orang yang membenci para sahabat. Beliau berkata: “Karena mereka murka terhadap para sahabat, maka itu adalah kafir menurut ayat ini.” Segolongan ulama menyetujui pendapat ini. Dan telah banyak hadits tentang keutamaan para sahabat dan larangan mencela mereka dengan keburukan, cukuplah bagi mereka pujian dari Allah dan keridhaan-Nya bagi mereka. (Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 7/362)

Imam Abu Zur’ah Rahimahullah

Beliau berkata:

فإذا رأيت الرجل ينتقص أحداً من أصحاب رسول الله – صلى الله عليه وسلم – فاعلم أنّه زنديق

Jika kamu melihat seorang laki-laki yang mencela satu saja sahabat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka ketahuilah bahwa orang itu adalah zindiq! (Al Kifayah Lil Khathib Al Baghdadi, Hal. 97)

Imam Al Qurthubi Rahimahullah

Beliau berkata:

لقد أحسن مالك في مقالته و أصاب في تأويله، فمن نقص واحداً منهم أو طعن عليه في روايته فقد ردَّ على الله رب العالمين و أبطل شرائع المسلمين

Alangkah bagusnya perkataan Imam Malik dan benarlah ta’wilnya itu, bahwa barang siapa yang mencederai satu saja di antara mereka (para sahabat), atau menyerang mereka pada riwayat riwayat yang di bawa oleh mereka, maka sama saja telah membantah Allah Rabb semesta alam dan membatalkan syariat kaum muslimin. (Tafsir Al Qurthubi, 16/297)

Sebab berbagai syariat yang ada dan dilakukan oleh mayoritas umat Islam karena berasal dari periwayatan para sahabat nabi, maka apa jadinya jika para sahabat dicela bahkan dikafirkan? Tentu sama saja menganggap mereka tidak pantas membawa riwayat tersebut, dan gugurlah berbagai macam syariat tersebut.

Imam Al Auza’i Rahimahullah

Beliau berkata:

من شتم أبا بكر الصديق – رضي الله عنه – فقد ارتد عن دينه و أباح دمه

Barang siapa yang mencela Abu Bakar As Shiddiq Radhiallahu ‘Anhu, maka dia telah murtad dari agamanya dan halal darahnya (maksudnya boleh dihukum mati, pen). (Syarh Al Ibanah, Hal. 161)

Imam Ali Al Qari Rahimahullah

Beliau berkata:

و أما من سبَّ أحداً من الصحابة فهو فاسق و مبتدع بالإجماع، إلا إذا اعتقد أنه مباح، كما عليه بعض الشيعة و أصحابهم، أو يترتب عليه ثواب، كما هو دأب كلامهم، أو اعتقد كفر الصحابة و أهل السنة، فإنه كافر بالإجماع

Ada pun barang siapa yang mencela seorang saja dari sahabat nabi, maka dia fasik dan mubtadi’ (pelaku bid’ah) menurut ijma’, – kecuali jika orang itu meyakini mencela sahabat itu boleh sebagaimana yang diyakini sebagian syiah dan para pengikutnya, atau yang meyakini bahwa mencela para sahabat akan mendapatkan pahala seperti yang biasa mereka katakan, atau meyakini bahwa para sahabat dan ahlus sunah adalah kafir- maka orang itu adalah kafir menurut ijma’. (Syammul ‘Awaridh fi Dzammir Rawafidh, Hal. 16. Masih Manuskrip)

Al Qadhi Abu Ya’la Rahimahullah

Beliau berkata:

من قذف عائشة بما برأها الله منه كفر بلا خلاف. و قد حكى الإجماع على هذا غير واحد، و صرّح غير واحد من الأئمة بهذا الحكم

            Barang siapa yang melemparkan tuduhan kepada ‘Aisyah dengan tuduhan yang Allah Ta’ala jauhi dia dengan tuduhan itu, maka dia kafir dan tanpa perbedaan pendapat. Telah diceritakan adanya ijma tentang hal ini, lebih dari satu ulama yang menyatakan itu. Tentang hukum ini lebih dari satu ulama pula yang mengeluarkan hukum seperti ini. (Syubhat Rafidhah Haula Ash Shahabah, Hal. 31)

Imam Ahmad bin Hambal Rahimahullah

Abu Bakar Al Marwadzi bertanya kepada Imam Ahmad bin Hambal:

أيما أفضل، معاوية أو عمر بن عبد العزيز؟». فقال: «معاوية أفضل! لسنا نقيس بأصحاب رسول الله – صلى الله عليه وسلم – أحداً. قال النبي – صلى الله عليه وسلم -: خير الناس قرني الذي بعثت فيهم

Mana yang lebih utama, Mu’awiyah atau Umar bin Abdul Aziz? Beliau menjawab: Mu’awiyah lebih utama! Kami tidak pernah menyetarakan seorang pun dengan para sahabat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam. Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: sebaik-baik manusia adalah pada zamanku yaitu di mana aku diutus pada mereka. (Abu Bakar Al Khalal, As Sunnah, 2/434)

Imam Sarakhsi Rahimahullah

Beliau berkata:

فمن طعن فيهم فهو ملحد منابذ للإسلام دواؤه السيف إن لم يتب

            Barang siapa yang mencela para sahabat nabi, maka dia adalah mulhid (atheis) yang melawan Islam, maka jika boleh ditebas dengan pedang jika dia tidak bertobat. (Al Ushul, 2/134)

Wallahu A’lam.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Lahir di Jakarta, Juni 1978. Alumni S1 Sastra Arab UI Depok (1996 - 2000). Pengajar di Bimbingan Konsultasi Belajar Nurul Fikri sejak tahun 1999, dan seorang muballigh. Juga pengisi majelis ta'lim di beberapa masjid, dan perkantoran. Pernah juga tugas dakwah di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, selama dua tahun. Tinggal di Depok, Jawa Barat.

Lihat Juga

Kemuliaan Wanita, Sang Pengukir Peradaban

Figure
Organization