Topic
Home / Keluarga / Pendidikan Keluarga / Suamiku Kekasih Hatiku

Suamiku Kekasih Hatiku

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (inet)
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Cinta adalah anugerah. Sebuah misteri yang bisa datang amat tiba-tiba. Sebuah rasa ketertarikan terhadap lawan jenis yang tidak biasa, tanpa diduga, dan bisa hadir begitu saja. Sebuah perasaan yang aku sendiri tak tahu mengapa hinggap di hatiku. Entah bagaimana cinta ini bermula. Yang pasti aku mengenal keshalihannya tidak secara langsung, melainkan melalui perantara. Dan saat nadzor aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Beberapa waktu kemudian ia Allah takdirkan menjadi suamiku. Pertemuan keduaku dengannya terjadi saat ia telah menjadi suamiku. Semua proses amat mudah kami jalani. Begitu cepat semua terjadi dan bagaikan mimpi.

Sesungguhnya awalnya aku tak mengenal suami sama sekali. Aku hanya tahu aku memilihnya karena Allah, yaitu karena ada pada dirinya sikap dan perilaku yang disukai Allah. Itulah alasanku mengapa mau dan ikhlas menjadi istrinya. Di luar itu aku tak tahu. Seperti aku tak tahu jawaban atas sebuah pertanyaan, mengapa aku jatuh cinta padanya? Namun perlahan tapi pasti aku mulai tahu setelah hidup bersamanya. Suamiku memang pria yang layak untuk aku cintai. Suamiku begitu memuliakanku, menyayangiku, memperhatikanku, memahamiku meski sesungguhnya ia pun tak mengenalku sebelumnya. Dua pekan masa ta’aruf tak cukup untuk saling mengenal lebih banyak. Dan setelah menjadi istri, aku benar-benar jatuh hati padanya. Cinta halal yang amat indah. Sensasinya bergetar bersama aliran darahku. Cinta yang hari demi hari selalu membuat rindu. Suamiku adalah jawaban indah atas segala doaku selama ini. Fabbi ayyi allaa irobbikuma tukadzdzibaan.

Suami, seorang pria yang telah Allah berikan kedudukan amat mulia dalam sebuah keluarga. Ia harus dipatuhi oleh istri, sehebat apapun jabatan istri di luar rumah. Seorang suami adalah qawwam, nahkoda mahligai rumah tangga. Bagaimana sebuah pernikahan dan rumah tangga dibentuk, semua amat tergantung desain seorang suami. Ia Allah anugerahi kewenangan untuk mengatur istri, sekaligus kewajiban berat mendidik, membina dan membimbing istri agar menjadi wanita shalihah. Satu lagi kehebatannya, anugerah Allah yang sungguh tidak tertandingi, adalah haknya untuk ditaati istri dan mengubah “takdir” seorang wanita yang telah menjadi istrinya. Dalam sekejap seorang wanita yang berstatus istri, bisa berubah menjadi janda atau sebaliknya melalui talaq dan rujuk.

Suamiku kekasih hatiku. Tak berlebihan kiranya dan wajib digenggam erat oleh seorang istri. Ketika seorang wanita telah berpredikat menjadi seorang istri, sudah seharusnya menempatkan lelaki yang telah menikahinya, sebagai satu-satunya pria dalam hatinya. Melupakan perjalanan masa lalu yang mungkin telah menghadirkan beberapa pria dalam hidup, sebelum akhirnya Allah mempertemukan dengan orang yang tepat, yang bertitel suami.

Suami, hanya ia satu-satunya pria yang boleh dicintai istri. Hanya suami satu-satunya tempat berlabuhnya cinta. Tutup rapat-rapat semua pintu untuk cinta yang lain. Hanya dengan cinta, seorang istri akan ikhlas untuk menaati suaminya. Akan ridha untuk menjalankan seluruh kewajiban sebagai istri. Senantiasa memenuhi setiap hak suami dengan penuh ketulusan, dan menjadikan suami sebagai tempatnya mengabdi untuk meraih surga-Nya.

Ketika seseorang telah menjadi suami, berarti ia adalah lelaki yang telah Allah pilih untuk istri cintai. Tak ada tawar menawar. Karena cinta yang akan membuat rela seorang istri menyerahkan diri sepenuhnya pada suami. Cintalah sumber kekuatan istri untuk berbakti, melepas segala ego yang ada pada dirinya. Sebab cinta itu membahagiakan. Ingin orang yang dicintai selalu tersenyum, dan hatinya tenteram. Cinta itu menenangkan hati, jauh dari menyebabkan orang yang dicintai gundah gulana dan merasa tidak nyaman.

Cinta pada pria (suami) pilihan Allah adalah ibadah, bernilai pahala. Akan semakin mengokohkan sakinah, menyuburkan mawaddah warahmah. Sebaliknya, mencintai pria yang bukan suaminya adalah terlarang, bukan pada tempatnya. Hanya akan semakin memudarkan ikatan di antara suami istri. Sungguh akan sangat tidak elok, jika di hati seorang istri ada pria lain selain suaminya. Dan yang pasti, setan akan senang pekerjaannya mengendorkan bahkan memutus ikatan sepasang suami istri berhasil.

Cinta, menjadi senjata paling ampuh bagi setan untuk menjerumuskan manusia ke lubang kehinaan. Makhluk terkutuk ini sangat lihai memainkan perasaan manusia. Terhadap sepasang anak manusia yang tidak dalam ikatan yang halal, dihembuskannya cinta agar semakin menggebu. Tujuannya jelas, agar keduanya saling rindu, ingin selalu berdekatan dan memenuhi hasrat cinta dengan melakukan perbuatan terlarang. Sebaliknya terhadap sepasang suami istri, setan memainkan rasa cinta untuk cemburu buta, berprasangka bahkan membenci hingga keduanya saling menjauh bahkan terpisah.

Perwujudan cinta sesungguhnya ada dalam ranah pilihan manusia. Perilaku kita yang akan menunjukkan apakah cinta itu karena Allah semata atau hanya mengikuti hawa nafsu. Cinta adalah anugerah sekaligus ujian. Cinta karena Allah, tak mungkin ditunjukkan dengan cara yang Allah larang dan murkai. Cinta karena Allah, memastikan setiap langkah sesuai dengan tuntunan-Nya. Cinta karena Allah, tak mungkin membiarkan hati berselingkuh sekalipun hanya dalam lintasan. Oleh karena itu, cinta pada suami dan pada siapapun mereka yang memang tuntunan syara membolehkan untuk dicintai, adalah harus karena Allah semata.

Cinta karena Allah itu tulus, tak mengharapkan pamrih apapun. Menjadikan cinta pada suami sebagai satu-satunya cinta adalah sebuah keindahan, yang akan Allah balas dengan berbagai kenikmatan dunia akhirat. Perselisihan yang terjadi di antara sepasang makhluk-Nya dalam ikatan halal, akan semakin menguatkan cinta. Perbedaan pendapat dalam sebuah mitsaqan ghalizha, akan menambah kemesraan keduanya. Namun satu hal yang harus tetap dipegang oleh setiap anak manusia adalah menjadikan muara cinta hanya pada Allah saja, tak boleh cinta pada makhluk melebihi cinta pada Sang Pemberi Cinta.

Semoga suamiku kekasih hatiku, adalah ungkapan terdalam dari hati seorang istri, yang mengalir dalam ucapan, perasaan, pikiran dan tindakan nyata, bukan hanya sebuah kata tanpa makna. Suamiku kekasihku menjadi denyut dan nafas cinta dalam hidup seorang istri. Semoga cinta kita pada suami, sebagai satu-satunya cinta dalam hati akan membawa kita pada keridhaan suami, yang akan mengantarkan kita menuju surga-Nya. Aamiin.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Ibu Rumah Tangga, Pemerhati Masalah Sosial.

Lihat Juga

Amal Spesial, Manajemen Hati

Figure
Organization