Topic
Home / Narasi Islam / Wanita / Kehormatan Perempuan

Kehormatan Perempuan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Seorang wanita berjalan, berlenggak lenggok bak macan kelaparan. Gayanya santai, bajunya modis, dan menarik mata. Di tangannya, ia membawa beberapa bungkus rokok untuk dijajakan. Sekelompok lelaki yang ditawari mulai merayu-rayu. Sesekali ia pun memegang-megang tangan sang wanita tanpa izin. Yang dipegang tak memberikan perlawanan berarti. Entah karena tidak enak ataupun tidak keberatan diperlakukan demikian.

Di cerita lainnya, seorang wanita tengah berboncengan dengan lelaki. Keduanya masih SMA karena baju seragamnya yang abu, masih dipakai. Roknya yang longgar, terangkat lebih tinggi dari lututnya. Sesekali si lelaki memegangi paha si wanita. Yang dipegang pun tak protes, tak minta turun di tengah jalan saat itu juga, dan tak marah sama sekali. Malah sama-sama tertawa ditemani laju motor kecepatan sedang.

Kali ini saya tak ingin berbicara tentang lelaki. Dari kedua contoh di atas, yang saya pikirkan adalah apa tidak risih perempuan itu diperlakukan demikian? Apa tidak kesal dipegang-pegang demikian? Padahal itu lelaki pun bukan orang yang halal untuknya, bukan siapa-siapa baginya. Ini baru dua contoh dari sekian banyak ‘keanehan’ yang saya temui di lapangan. Belum lagi masalah hamil di luar nikah pada remaja-remaja SMA, kasus pelacuran anak usia di bawah umur, pemerkosaan ayah pada anak perempuan kandungnya, kekerasan seksual wanita di tempat pekerjaannya, dan sebagainya. Mengerikan.

Saya semakin heran, apa yang telah terjadi pada perempuan-perempuan saat ini? Apakah ini masalah sensitivitas perempuan yang tidak ada lagi? Orang tua yang tidak memberikan pembelajaran pada anak perempuannya? Terjadinya pergeseran persepsi sosial mengenai pergaulan lawan jenis? Lemahnya daya sosial perempuan? Atau apa?

Pada akhirnya saya masih bertanya-tanya dan semakin ingin lebih banyak memahami makhluk bernama perempuan ini. Pada kondisi demikian, saya merasa bersyukur dibesarkan oleh keluarga yang sangat disiplin menjaga pergaulan saya, memberikan pandangan mengenai harga diri dan kehormatan wanita yang perlu dijunjung tinggi, menjadi wanita yang tidak boleh mudah direndahkan lelaki.

Bagi saya, kemuliaan wanita akan tetap ada selama ia menjaga kehormatannya. Kadang, saya berpikir mungkin lebih baik menjadi perempuan galak atau ditakuti lelaki,

daripada harus memunculkan fitnah akibat senyuman kita…

daripada harus menjadi penyebab penyakit hati mereka akibat terlalu lembutnya suara kita…

daripada harus menjadi penyebab futurnya mereka karena kecerobohan dan kelalaian dalam menjaga izzah-iffah kita…

daripada harus menjadi penyebab panjang angan dan harapan karena sangat baiknya sikap kita padanya…

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Mahasiswi Psikologi UI 2010, suka dengan topik perempuan. Hobi diskusi dan jalan-jalan.

Lihat Juga

Kemuliaan Wanita, Sang Pengukir Peradaban

Figure
Organization