dakwatuna.com
Tak kutemukan lagi gemuruh suara takbir, tahlil dan tahmid mengiringi lebaran kali ini
Hanya yang terdengar di awal perayaan hari H saja, setelah itu lenyap bagai dihembus angin topan dahsyat tak tersisa
Entahlah, seakan tak ku lihat suasana yang begitu kurindukan dulu hadir di sini
Tak ku dengar suara-suara suka cita karena mendapat daging Qurban
Tahun ini dua kali ku tak jumpai sanak keluarga di kampung halaman merayakan lebaran bersama
Ku rindu kampung halaman….
Ku rindu Mamak, Bapak, Kakak, Adik-adik dan keponakan-keponakanku
Ku rindu suasana yang menggelayuti hingga nafas islami menyelimuti diri
Terbang dengan syahdu karena takbir selalu berkumandang
Adzan selalu ku dengar
Tak kutemukan nafas Islami di sini…
Negeri ini butuh da’i-da’i yang siap menyebarkan nafas islami hingga semuanya kembali kepada Ilahi
Bukan hidup bertuhankan harta dan bergelimang emas dan berlian
Namun, istana seperti kuburan yang terasa sunyi serta senyap seperti tak pernah terkunjungi dan tak berpenghuni
Di sini…, aku merasakan keringnya ruhiyah dan tak terwarnai dengan getirnya pengorbanan sang pahlawan tanpa tanda jasa
Di sini.., juga tak kutemui pengemis, gelandangan bahkan anak jalanan berkeliaran sekalipun
Semuanya memiliki pekerjaan dan berjuang untuk hidup
Kalau saja, kalian telusuri satu-persatu, ku yakin tak akan ditemukan warga miskin dengan kriteria tak memiliki papan.
Motor, rumah mereka miliki…hampir semuanya mereka miliki
Setiap hari pulang pergi rumah-kebun-kota dan kembali lagi ke rumah
Membangun rumah sendiri dari hasil jerih payah kebun sahang, karet dan timah
Ku lihat kerja keras yang tiada henti
Namun satu yang tak pernah bisa kumengerti
Letak keimanan yang tak pernah kudapati di istana-istana mereka yang terbangun megah dan mempesonaku
Kegigihan yang sangat kuacungkan jempol
Tapi, aku harus mengelus dadaku berulang-ulang karena tak kudapati keimanan yang mempesona
Keshalihan yang terpatri, karena bekerja dari pagi menjelang petang tiada henti demi mengejar duniawi
Berlomba-lomba membangun istana-istana, tapi pendidikan anak-anaknya pun tak termotori dengan semangat yang tinggi hingga angka putus sekolah pun tetap tinggi
Akhlak mulia dari bibir-bibir malaikat-malaikat kecilku karena di istananya mereka tidak tersentuh dengan nafas islami
Karena rumah bagaikan tembok yang tak berpenghuni
Kurindukan akhlak itu muncul dari malaikat-malaikat kecilku ini
Dengan wajah polos dan mata penuh arti
Mencari dan berjalan menyelusuri panasnya terik mentari menghampiri perjalanan mereka menuju negeri penuh taman Surgawi
Taman yang penuh dengan madrasah yang terpatri ilmu yang dicari
Pendidikan moral, pengetahuan dan ketuhanan
Aku yakin wajah-wajah itulah yang menerangi negeri ini dengan bakat-bakat yang akan aku dan teman-temanku terpatri di sini
Di Negeri Laskar Pelangi
Lahirnya generasi Rabbani pasti dari sini
Aku berdoa dengan keyakinan pasti, suatu saat negeri ini akan mengoyakkan hegemoni duniawi menjadi negeri yang penuh dengan aroma Surgawi
Jayalah anak-anakku, pacu terus semangat menimba ilmumu
Karena Ibu yakin kalianlah para Ahli yang dicari-cari itu.
Redaktur: Ardne
Beri Nilai: