Sempat Mengingat

Ilustrasi. (pojokherba.blogspot.com)

dakwatuna.com

Ini bukan angin tembok. Ketika angin yang menukik pada sebuah tanjakan dan ketika tak mampu mendaki, dia diam bergulir ke asal ombak datang. Tak pasti…

Langit lembayung perlahan menggelap ketika Maghrib mampir di halaman rumah.

Dan ketika semut-semut sudah tak nampak lagi di tanah merah

Dan bingkai persegi yang menghadap kubah di belakang rumah,

Sempat angin memanggil dirimu…

Lalu kemudian kupertanyakan keberadaanmu…

Padamu yang kusebutkan pemuja saban hari.

Pelan-pelan mengingat sekilas

bagaimana ukiran maha kuasa bersandar padamu

Mengingat rautan lesung yang terpajang benar padamu

Sempat pula kutanyakan…

Bagaikan rel yang tak terputus,

pertanyaan-pertanyaan lugu mengarah akan keberadaanmu

setelah sekian diam

setelah sekian juling

setelah sekian hina

yang nyaris tak kasat mata padamu ku jejalkan dalam setiap nafas!

Tak sampai ke jidat awamku,

Bagaimana bisa kau pertahankan keberadaanmu

yang tak sedikit pun buram oleh keburamanku

Dan pada akhirnya, sebelum gelap menjemput Isya,

Kubuatkan sehelai guratan pada helai kapuk tempatku bersandar

Aku teriakkan…

Hei, yang seperti apa sebenarnya milikmu? Sampai-sampai kau tak surut barang setitikpun!”

Guru Model SGI Dompet Dhuafa.
Disqus Comments Loading...