Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Hakikat Takdir Sebagai Kesempatan

Hakikat Takdir Sebagai Kesempatan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Bila setiap hal telah ditakdirkan oleh Allah SWT, untuk apa lagi kita berusaha melakukan kebaikan? Pikiran seperti ini terkadang timbul ketika kita mencoba memahami hakikat dari takdir. Shalahuddin Al Ayyubi pernah memberikan gambaran mengenai takdir, ia mengatakan:

“Bukan kita yang memilih takdir, takdirlah yang memilih kita. Bagaimanapun, takdir bagaikan angin bagi seorang pemanah. Kita selalu harus mencoba untuk membidik dan melesatkannya di saat yang tepat”

Ketajaman kata-kata di atas mampu mewakili bagaimana kita bersikap terhadap ketetapan Allah SWT. Seperti itulah takdir meski kita belum mampu menyingkap seluruh misteri di dalamnya apalagi untuk menciptakan penjelasan yang tepat bagi setiap pribadi. Namun kita tak bisa menolak kenyataan kita hidup dalam sebuah ketetapan yang telah tercatat dalam Lauhul Mahfūzh –yang kita pahami sebagai sebuah takdir-. Allah SWT yang menciptakan takdir tersebut. Maka apa yang Allah SWT ciptakan tentulah terkandung kebaikan dan kesempatan bagi kita untuk menemukannya.

Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. Al Hadid [57]: 22)

Allah SWT juga berfirman:

“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dengan sia-sia. Itu anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk ke dalam neraka” (QS. As-Sad [38]: 27)

Saudara-saudaraku bila tak ada ruang lagi untuk kita melakukan kebaikan, lalu kenapa kita diberi kesempatan untuk memilih, diberikan pikiran untuk membedakan kebaikan dan keburukan, diberikan kitab suci sebagai pembeda mana yang baik dan buruk. Bukankah Allah SWT menciptakan segala macam hal dengan kadar tertentu. Dengan manfaat pada setiap ciptaannya.

Coba kita tengok, ciptaan Allah SWT yang bernama syaitan, ketika takdir itu telah paten mengenai diri kita, Apakah penciptaan syaitan tidak sia-sia. Apakah tidak salah Allah SWT menciptakan syaitan untuk menggoda umat adam jika kebaikan dan keburukan setiap manusia telah ditentukan. Untuk apa syaitan bekerja siang malam guna menjerumuskan manusia jika manusia tetaplah buruk atau tetaplah baik karena takdir dari Allah SWT, kembali kepada apa yang telah di gambarkan oleh Shalahuddin Al Ayyubi “…takdir bagaikan angin bagi seorang pemanah. Kita selalu harus mencoba untuk membidik dan melesatkannya di saat yang tepat” karena hakikat takdir adalah ujian yang memberikan kita kesempatan. Mampukan kita mendapatkan derajat sebagai sebaik-baik manusia. Semoga Allah SWT senantiasa Memberikan kita petunjuk.

Ketika kita sudah semakin jelas bahwa di tepian takdir masih ada peluang setan untuk menjerumuskan kita, maka semakin jelas pula di tepi yang lain ada peluang bagi diri kita untuk meninggikan keimanan dan ketaqwaan kita. Lalu apakah hanya berhenti di sini. Tentu tidak! Takdir sebagai ujian, seperti ketika kita membaca sebuah artikel yang baik itu merupakan takdir dari Allah SWT. Ketika kita mendapatkan ilmu yang baru itu juga takdir dari Allah SWT, tidak mungkin hal itu terjadi tanpa izin-Nya. Yang ingin saya sampaikan untuk melengkapi tulisan ini adalah bahwa di tepian takdir itu ada yang bernama hidayah sebagian oleh Allah SWT telah ditetapkan untuk hamba-hamba-Nya yang memang telah pantas sedang sebagian yang lain harus lebih dahulu berenang untuk menggapainya. Mari berlomba-lomba mendapatkan hidayah itu. Dengan berserah diri kepada Allah SWT memohon, mengiba, bahkan menangis di sepanjang malam hanya untuk mengharap pertolongan-Nya. Pernah terasa pada diri saya dan banyak orang yang tanpa sadar berlaku sombong ketika kebenaran datang menyapa mereka, terlebih celaka bila ia tak sadar telah sombong di hadapan Dzat yang kesombongan hanya menjadi hak-Nya.

Semoga kita tak malu untuk merengek kepada-Nya,

Pernahkah kalian merasakan air mata di malam yang syahdu mengalir melalui kelopak matamu

Mengharapkan hidayah dari Allah SWT untuk mengisi hatimu dengan ketaqwaan yang murni

Atau karena takut Syafaat Rasulullah tidak menghampiri kita di padang mahsyar kelak karena kita meremehkan shalawat kepada beliau

Semoga kita tak malu untuk merayu dan memuji-Nya, dengan dzikir dan shalat tambahan serta senantiasa menyebarkan kebaikan dan kasih sayang

Hanya berharap agar hidayah-Nya mengecupmu di dunia.

Semoga tulisan yang sederhana ini mampu menambah khazanah kita untuk menyikapi takdir secara lebih bermakna dan menghasilkan tindakan yang sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah SWT

Semoga kita senantiasa diberikan kekuatan untuk mencapai derajat sebagai manusia yang terbaik yaitu yang apabila dilihat mengingatkan kita pada Dzat yang Menciptakan kita serta bermanfaat bagi makhluk Allah SWT lainnya.

Allahuallam bi Ash showab.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Aku selalu berusaha untuk menjaga duniaku yang luas bahkan meski diri ini hanya sebesar biji sawi atau pasir dilautan. Selalu kukatakan pada diri ini "Jika belum menjadi yang terbaik, jadilah yang paling banyak membaikkan diri, jika belum mampu jadilah yang paling dulu memperbaiki diri." Semoga Kebaikan dan RidhoNYA senantiasa mengisi setiap bagian ruh kita. Amien

Lihat Juga

Launcing Rumah Quran Nusantara di Kotawaringin Barat

Figure
Organization