Visi Peradaban Ikhwanul Muslimin (Sebuah Pengantar)

Ikhwanul Muslimin

dakwatuna.com – Visi peradaban komprehensif Ikhwanul Muslimin bersumber dari keyakinannya bahwa di dunia ini tidak ada sebuah sistem yang bisa memberi berbagai aturan, kaidah, rasa dan emosi yang dibutuhkan sebuah bangsa yang sedang bangkit seperti yang telah diberikan Islam. Al-Quran penuh dengan gambaran aspek ini secara khusus, serta berbagai contoh, baik secara garis besar maupun secara terperinci. Al-Quran memberikan solusi terhadap masalah ini secara bijak dan jelas. Jika suatu bangsa mengambilnya, maka bangsa itu akan mencapai tujuan. (Risalah an-Nur)

Ikhwanul Muslimin meyakini bahwa ketika Allah menurunkan Al-Quran, memerintahkan manusia untuk mengikuti Muhammad SAW dan meridhai Islam sebagai agama mereka, maka Allah meletakkan di dalam agama ini setiap prinsip yang dibutuhkan bagi kehidupan berbagai bangsa, kebangkitan, dan kebahagiaannya. Hal itu sesuai dengan firman Allah:

“(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma‘ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka.” (al-A‘raf: 157) (Risalah ila ayyi syai’in nad’un-nas)

Ikhwanul Muslimin meyakini bahwa Islam mengandung semua faktor kebangkitan dan semua unsur kekuatan yang dibutuhkan setiap bangsa, berupa

Pertama: Harapan yang luas

Al-Quran memberi umatnya berbagai cara yang mengeluarkannya dari umat yang mati menjadi umat yang setiap elemennya memiliki kehidupan, tekad, harapan, dan ketetapan hati. Cukuplah bagi Anda bahwa Islam menjadikan putus asa sebagai jalan menuju kekufuran, dan pesimisme sebagai salah satu bentuk kesesatan. Mari kita membaca firman Allah:

“Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi). Dan akan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi dan akan Kami perlihatkan kepada Firaun dan Haman beserta tentaranya apa yang selalu mereka khawatirkan dari mereka itu.” (Al-Qashash: 5-6)

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itu pun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada’. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zhalim.” (Ali Imran: 139-140)

“Dia-lah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara Ahli Kitab dari kampung-kampung mereka pada saat pengusiran yang pertama. Kamu tidak menyangka, bahwa mereka akan keluar dan mereka pun yakin, bahwa benteng-benteng mereka dapat mempertahankan mereka dari (siksa) Allah; Maka Allah mendatangkan kepada mereka (hukuman) dari arah yang tidak mereka sangka-sangka. Dan Allah melemparkan ketakutan dalam hati mereka; mereka memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang mukmin. Maka ambillah (Kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, Hai orang-orang yang mempunyai wawasan.” (Al-Hasyr: 2)

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, ‘Bilakah datangnya pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.’”(Al-Baqarah: 214)

Kedua: Merasa terhormat dengan nasionalismenya sebagai umat terbaik

Gambaran ini terpatri di dalam jiwa generasinya, sehingga mereka menebus kemuliaan dan kehormatan itu dengan darah dan nyawa mereka, bekerja demi kebaikan tanah air ini, kejayaan, dan kebahagiaannya. Firman Allah:

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia.” (Ali Imran: 110)

“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.” (Al-Baqarah: 143)

“Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin.” (Al-Munafiqun: 8)

Ketiga: Kekuatan dan pembinaan generasi mudanya dengan karakter militer

“Kekuatan merupakan jalan paling ampuh untuk membenarkan yang benar”. Allah berfirman, “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu.”

 (Al-Anfal: 60)

“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu.” (Al-Baqarah: 216)

“Karena itu hendaklah orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (Ash-Shaf: 4)

Keempat: Ilmu Pengetahuan

Di samping kekuatan, dibutuhkan juga ilmu pengetahuan yang mengimbangi kekuatan ini dan mengarahkannya ke arah yang terbaik, serta memberinya berbagai inovasi dan temuan yang dibutuhkannya. Allah berfirman:

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Al-‘Alaq: 1-5)

“Katakanlah, ‘Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?’ Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (Az-Zumar: 9)

“Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat. Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.” (Fathir: 27-28)

Kelima: Moral yang baik, kuat dan kokoh, beserta jiwa yang besar, tinggi dan tegar

Ia akan menghadapi berbagai tuntutan era baru (masa kebangkitan) yang tidak bisa dicapai, kecuali dengan moral yang kuat, jujur, dan bersumber dari iman yang mendalam, keteguhan yang mantap, pengorbanan yang besar, dan daya tahan yang memadai.

Firman Allah:

“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (Asy-Syams: 9-10)

“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (Ar-Ra‘d: 11)

“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; Maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu dan mereka tidak mengubah (janjinya), supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu Karena kebenarannya.” (Al-Ahzab: 23-24)

Keenam: Manajemen ekonominya

Perkara ini adalah perkara yang paling penting di zaman ini. Allah berfirman:

“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan.” (An-Nisa’: 5)

Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik harta adalah milik orang yang shaleh.” (Hadits)

Ketujuh: Aturan (sistem) Kehidupan

Aturan (sistem) yang mengatur kehidupan individu, keluarga, masyarakat, rakyat, pemerintah, dan hubungan internasional.

Terakhir, Imam Hasan Al-Banna menegaskan bahwa di samping pilar-pilar di atas yang berkaitan dengan kebangkitan umat secara langsung, Islam juga memberikan berbagai sistem pada semua level, dari individu hingga negara, untuk menegakkan masyarakat yang baik dan maju. Mengenai hal ini Imam Hasan Al-Banna menyatakan:

“Ini merupakan satu di antara sekian aspek keindahan dalam sebagian sistem Islam, yaitu sistem yang berkaitan dengan kebangkitan umat. Jika kita kaji seluruh aspek keindahan dalam setiap sistem Islam, maka kajian itu membutuhkan berjilid-jilid buku besar dan saling bersinggungan sisi-sisinya. Cukuplah bagi kita sebuah kalimat bahwa sistem Islam yang berkaitan dengan individu, keluarga, atau umat, baik pemerintah atau rakyatnya, serta hubungan antar bangsa telah merangkum berbagai sisi penghayatan, kecermatan, pengutamaan maslahat, dan penjelasannya. Ia merupakan sistem yang paling sempurna dan paling bermanfaat di antara sistem yang dikenal manusia, baik sekarang atau di masa lalu. Pernyataan ini didukung dengan sejarah dan dikuatkan oleh penelitian yang cermat dalam semua sisi kehidupan umat.” (Risalah Nahwan-Nur)

Ikhwanul Muslimin sejak awal berdirinya telah merumuskan tugasnya dengan sejelas-jelasnya, dan telah dijelaskan oleh pendirinya, Imam Hasan Al-Banna, dengan penjelasan yang paling gamblang. Imam Hasan Al-Banna telah menentukan tugas tersebut dalam empat poin berikut ini:

  1. Membebaskan umat dari belenggu politik, dan membangunnya dari awal.
  2. Menegakkan sistem Islam yang komprehensif.
  3. Menghadapi peradaban materi.
  4. Memimpin dunia dan membimbing umat manusia.

Proyek peradaban Islam yang dicita-citakan merupakan proyek kemanusiaan universal yang bertujuan mewujudkan sebaik-baik umat manusia. Proyek ini sangat luas dan membentang di cakrawala luas. Di dalamnya semangat kerja dan kreasi sangat menonjol agar sejalan dengan gerak alam semesta, dalam sebuah keserasian, harmoni, dan keseimbangan yang mencakup ruh, akal, dan jasad. (usb/lkmt/dakwatuna)

Konten ini telah dimodifikasi pada 30/09/13 | 19:06 19:06

Lembaga Kajian Manhaj Tarbiyah (LKMT) adalah wadah para aktivis dan pemerhati pendidikan Islam yang memiliki perhatian besar terhadap proses tarbiyah islamiyah di Indonesia. Para penggagas lembaga ini meyakini bahwa ajaran Islam yang lengkap dan sempurna ini adalah satu-satunya solusi bagi kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat. Al-Qur�an dan Sunnah Rasulullah saw adalah sumber ajaran Islam yang dijamin orisinalitasnya oleh Allah Taala. Yang harus dilakukan oleh para murabbi (pendidik) adalah bagaimana memahamkan Al-Qur�an dan Sunnah Rasulullah saw dengan bahasa yang mudah dipahami oleh mutarabbi (peserta didik) dan dengan menggunakan sarana-sarana modern yang sesuai dengan tuntutan zaman.
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...