Topic
Home / Pemuda / Essay / Darah Muda, Potensi Naungan Ilahi

Darah Muda, Potensi Naungan Ilahi

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Pemuda berada pada masa usia yang memiliki kehebatan sendiri. Menurut Dr Yusuf Qaradhawi, jika diibaratkan matahari maka usia muda sama halnya dengan pukul 12.00 ketika matahari bersinar paling terang dan paling panas. Pe­muda mempunyai kekuatan yang lebih secara fisik dan se­mangat bila di­­banding dengan anak kecil atau orang jompo. Selain itu pun, Rasulullah pernah menjelaskan tentang perlunya kita memperhatikan masa muda. Apakah ini akan berlalu begitu saja dari fase kanak-kanak menuju dewasa, atau ada yang ditorehkan selama proses dari kanak-kanak menuju tua renta itu dalam artian kebermanfaatan yang diberikan saat masuk ke dalam fase puncak itu. Rasulullah bersabda:

“Takkan bergeser kedua kaki manusia pada hari kiamat sampai selesai ditanya tentang empat perkara: tentang umurnya, untuk apa dihabiskan; tentang masa mudanya, untuk apa dipergunakan; tentang hartanya, dari mana diperoleh dan untuk apa dibelanjakan; dan tentang ilmunya, apa yang sudah diperbuat dengannya.” (HR Tirmidzi)

Melihat hadits di atas, masa muda mempunyai posisi yang sangat penting. Para pemuda dituntut untuk mem­berikan gebrakan dalam membangun kemajuan. Tapi bersamaan dengan itu, masa muda adalah masa yang penuh dengan godaan untuk memperturutkan hawa nafsu. Seorang pemuda yang sedang dalam masa pertumbuhan fisik maupun mental, banyak mengalami gejolak dalam pikiran maupun jiwa, yang tak jarang menyebabkan hidup­nya terguncang. Dalam kondisi seperti itu, peluang terjerumus ke dalam keburukan dan kesesatan yang dibisikkan setan sangatlah besar seperti yang Allah firmankan dalam Surat Al-A’raf ayat 16-17.Disinilah terlihat peran besar agama Islam sebagai petunjuk. Allah Ta`ala menurunkan Islam untuk kebaikan dan kemaslahatan hidup umat manusia di dunia dan akhirat. Agama Islam memberi perhatian sangat besar ter­hadap upaya perbaikan mental para pemuda. Karena generasi muda hari ini adalah pemeran utama di masa yang akan datang. Merekalah fondasi yang menopang masa depan umat ini. Karena itu, banyak ayat al-Qur’an dan hadits yang mendorong kita agar membina dan mengarahkan para pemuda kepada kebaikan. Karena jika mereka baik maka umat ini akan memiliki masa depan yang cerah. Generasi tua akan digantikan dengan generasi muda yang shalih.

Dalam hadits lain, Rasulullah  bersabda: “Se­sungguhnya Allah Ta’ala benar-benar kagum ter­hadap seorang pemuda yang tidak memiliki shabwah.” (HR Ahmad, Thabrani dalam al-Mu`jamul Kabir dan lainnya). Hadits ini dinilai shahih berdasarkan jalur periwayatan­nya yang banyak. Demikian dinyatakan al-Albani dalam ash-Shahihah no. 2843.

Kata shabwah yang dikaitkan dengan pemuda pada hadits di atas, dijelaskan dalam kitab Faidhul Qadir (2/263) sebagai pemuda yang tidak memperturutkan hawa nafsunya. Sebaliknya, dia membiasakan diri melakukan kebaikan dan berusaha keras menjauhi keburukan.

Inilah sosok pemuda Muslim yang dicintai oleh Allah Ta’ala dan pandai mensyukuri nikmat yang di­anugerahkan Allah kepadanya, serta mampu berjuang menundukkan hawa nafsunya di puncak gejolaknya yang begitu kuat. Ini tentu merupakan hal yang sangat sulit dan berat, maka wajar jika kemudian Allah Ta’ala mem­berikan balasan pahala dan keutamaan besar kepadanya.

Masa muda adalah masa keemasan manusia. Masa yang sangat berharga itu tidak boleh terlewatkan begitu saja. Pemuda harus selalu melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat hingga mencapai prestasi yang gemilang. Semua itu tentu tidak akan terwujud kecuali pemuda dapat mengatur waktu dengan efektif.

Waktu yang setiap saatnya terus berganti harus di­lalui dengan perencanaan dan dipandang dengan bi­jaksa­na. Para pemuda mempunyai banyak ambisi untuk menggapai semua impiannya. Sebagai pemuda Muslim kunci mengatur waktu adalah selalu ingat kepada Allah. Dengan ingat kepada Allah, kita akan menjalankan semua yang diperintahkan oleh-Nya. Sehingga, dengan sendiri­nya kita akan terbiasa menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya.

“Manfaatkan lima, sebelum datangnya yang lima: masa mudamu sebelum datangnya masa tuamu, masa sehatmu sebelum datangnya masa sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa miskinmu, masa hidupmu sebelum datangnya masa matimu, masa luangmu sebelum datang masa sibukmu”. (HR. Al Baihaqi)

Hadits ini sangat menekankan pentingnya masa muda lebih dari pada hal-hal penting lainnya yang disebut setelahnya. Hal ini akan sangat mudah kita pahami karena secara psikologis usia-usia muda sedang mencapai puncak potensi seperti Semangat (Hamasah), kekuatan fisik (Quwwatul Jasad), Cerdas akalnya (Aqlan Dzakkiyan), dan bersih hatinya (Qolban Saliman).

Semangat muda banyak dicontohkan di sekeliling kita, seperti keberanian mahasiswa dan pemuda memelopori reformasi meruntuhkan rezim Soeharto. Jika seorang pemuda sudah bertekad dan punya keinginan, maka ia akan ngoyo (red: Bersikeras) untuk mencapainya dan berani menghadapi resiko apapun. Sehingga kadang-kadang usia muda sering dianggap sulit diatur, bengal, hobi tawuran dan sebagainya. Potensi inilah yang perlu diarahkan agar menghasilkan output yang baik. Dilihat dari sejarah, pemuda mempunyai peran penting dalam kemerdekaan. Di belahan dunia mana pun, kemerdekaan tak pernah luput dari peran pemuda. Karena pemudalah yang paling bersemangat dan ambisius memperjuangkan perubahan menuju lebih baik. Hasan al-Banna seorang tokoh pergerakan di Mesir pernah berkata, “Di setiap kebangkitan, pemudalah pilar­nya. Di setiap pemikiran, pemudalah pengibar panji-panjinya.”Begitu juga dalam sejarah Islam, banyak pemuda yang mendampingi Rasulullah berjuang menegakkan kalimat Allah. Misalnya adalah Mush`ab bin `Umair, Ali bin Abu Thalib, `Aisyah dan lain-lain. Mereka punya peran penting dalam perjuangan. Di samping itu, masa muda merupakan usia yang sangat tepat untuk memperdalam segala ilmu pengetahuan. Di usia ini ingatan seseorang masih kuat, pikiran masih tajam, kreatif dan inovatif. Maka benarlah pepatah yang mengatakan, belajar di masa muda itu seperti melukis pada batu, sementara belajar di masa tua seperti melukis di atas air.

Sedangkan Qolban Saliman, mencirikan bahwa pemuda adalah sosok yang polos, jujur, jernih dan tajam nuraninya belum dikotori oleh ambisi-ambisi dan pikiran kotor. Memiliki idealisme yang kuat. Sehingga jujur dan ceplas-ceplos dalam menyuarakan kebenaran dan mengkritik kebatilan. Pemuda yang masih bersih hatinya akan lebih mudah untuk menerima kebenaran. Di zaman Rasulullah pun yang pertama kali mendukung dan menerima dakwah Rasulullah adalah para pemudanya seperti Ali ibn Abi Thalib yang masih berumur 8 tahun kala itu. Pemuda senantiasa akan berada di barisan terdepan, baik sebagai pembela kebenaran yang gigih maupun sebagai pembela kebatilan yang canggih. Dalam Al-Quran Allah banyak mencatat contoh kepeloporan para pemuda dalam membela dan menegakkan agama Allah. Seperti kisah 7 pemuda yang diabadikan dalam Al-Quran. Allah berfirman:

“(Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa: “Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)”. (Alkahfi: 10)

Juga kisah kepeloporan seorang remaja yang menghancurkan berhala-berhala kaumnya yang diceritakan dalam Surah Al Ambiya’ ayat 60, yang artinya:

“Mereka berkata: “Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim.”

Selain itu, ada salah satu sosok yang seharusnya menjadi panutan seluruh pemuda di dunia saat ini. Bagaimana tidak? Jasanya telah membuat kita mampu mengetahui dan membaca isi Al-Quran meski Allah sendiri akan selalu menjaga kemurnian Al-Quran. Pemuda itu bernama Zaid bin Tsabit bin Adh-Dhahak bin Zaid Ludzan bin Amru atau yang biasa dikenal sebagai Zain bin Tsabit. Dia masuk Islam ketika umur 11 tahun ketika perang Badar terjadi. Zain bin Tsabit ini memiliki berbagai macam keistimewaan di masa mudanya, selain memiliki otak yang cerdas. Pernah suatu ketika Nabi Muhammad menyerahkan bendera Bani Malik bin an-Najjar kepada ‘Imarah sebagai komandan perang Tabuk, lalu Nabi mengambilnya dan diserahkan kepada Zaid bin Tsabit. Ketika beliau memintanya, maka Imarah bertanya,” Ya Rasulullah, apakah engkau akan menyerahkan sesuatu yang engkau berikan kepadaku? Beliau menjawab,” Tidak, tetapi Al-Quran harus didahulukan, dan Zaid bin Tsabit lebih banyak menguasai bacaan Al-Quran daripadamu”.

Saat Umar menjadi Khalifah dia diangkat sebagai amir (gubernur) Madinah sebanyak 3 kali di ibukota atau di wilayah pusat kekuasaan. Pada saat itulah ia ditugaskan untuk mengumpulkan Al-Quran atas perintah Abu Bakar dan Umar sebagai mana dijelaskan dalam riwayat yang diriwayatkan oleh Bukhari: “Zaid bin Tsabit berkata” Aku disuruh menghadap Abu Bakar berkenaan dengan pembunuhan yang dilakukan penduduk Yamamah, dan ketika itu di hadapan nya ada Umar bin al-Khaththab. Lalu Abu Bakar berkata, “Jika perang terus berkecamuk banyak memakan korban jiwa kaum muslimin, banyak para penghafal al-Quran di negeri ini terbunuh, di mana akhirnya banyak bagian al-Quran yang hilang maka agar al-Quran dibukukan, aku berpandangan sama dengan Umar, engkau laki-laki yang cerdas dan masih muda, maka cari dan kumpulkanlah (Mushaf) al-Quran”.

Masih banyak sosok pemuda Islam yang banyak memberikan manfaat terhadap dirinya sendiri, agama, bangsa, dan Negaranya bahkan bagi kehidupan umat setelahnya. Rasulullah sendiri pun pernah mencontohkan bagaimana masa muda tersebut dimanfaatkan dengan penuh kebermanfaatan. Nabi Muhammad yang menjadikan tantangan sebagai peluang hingga ia menjadi pemuda yang bergelar al-amin (tepercaya) dari masyarakatnya. Dari sanalah beliau mampu mempersatukan kaum yang berseteru terhadap permasalah peletakan hajar aswad pertama kalinya. Ini semua dicontohkan bukan tanpa alasan. Rasulullah bersabda:

“Sebilangan manusia yang dinaungi Allah di bawah naungan-Nya pada hari kiamat yaitu hari yang tidak ada sebarang naungan padanya selain daripada naungan Allah; di antaranya ialah: Pemerintah yang adil, pemuda yang hidupnya senantiasa dalam mengerjakan ibadah kepada Tuhannya, orang yang hatinya senantiasa terikat dengan masjid, dua orang yang berkasih sayang karena Allah di mana kedua-duanya berkumpul dan berpisah untuk mendapat keridhaan Allah, orang yang dipujuk oleh perempuan yang kaya lagi rupawan untuk bersatu dengannya lalu ia menolak dengan berkata: “Aku takut kepada Allah!”, orang yang bersedekah secara bersembunyi sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberi oleh tangan kanannya, dan orang yang menyebut atau mengingat Allah dengan keadaan tidak ada dalam ingatannya perkara lain, lalu menitis air matanya karena mengingatkan sifat Jalal dan sifat Jamal Allah.” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah)

 

Dari hadits di atas, ada yang perlu digaris bawahi. Bahwa pemuda yang hidupnya senantiasa dalam mengerjakan ibadah kepada Tuhannya itulah yang menjadikan semangat para pemuda yang dicontohkan pada zaman Rasulullah menggebu-gebu dalam memberikan manfaat. Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi yang lainnya. Ketika kebermanfaatan ini kita jadikan sebagai suatu ibadah, insya Allah ibarat sekali dayung dua tiga pulau terlampaui bisa terlaksana. Di sisi lain kita akan mendapatkan naungan dari Allah di saat masa muda kita digunakan untuk melakukan kebermanfaatan yang berlandaskan ibadah kepada Allah semata.

Bagaimana kita bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari? Gampang saja. Selagi kita masih memiliki keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah, jadikanlah setiap aktivitas kita menjadi sebuah ibadah di mata Allah. Sudah barang tentu, segala ibadah yang diterima Allah adalah segala perbuatan yang diperintahkan dan dilarang oleh-Nya serta dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad. Rasulullah bersabda, Sebaik-baik pemuda di antara kamu adalah yang mirip atau seperti orang dewasa di antara kamu, dan sejelek-jeleknya orang tua di antara kamu adalah yang seperti pemuda di antara kamu. Hadits yang diriwayatkan oleh Al Baihaqi tersebut bermakna bahwa pemikiran kita harus sudah dewasa dalam menyikapi kehidupan. Sejatinya, orang yang dikatakan dewasa itu adalah orang yang mampu bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.

Karenanya, menurut Ibnu Qutaibah, orang-orang beriman yang dikecualikan dari kerugian adalah mereka yang sukses memanfaatkan masa mudanya untuk banyak beramal. Sehingga, ketika memasuki usia lanjut pahala kebaikan mereka tidak berkurang, meski mereka tidak lagi mampu melakukan ketaatan seperti ketika usia muda dahulu. Itu karena Allah  masih tetap mencatatnya sebagaimana dahulu. Dalam ungkapan Rasulullah: “Seperti ia dahulu tidak bepergian dan dalam keadaan sehat (muda).” (HR Bukhari)

Masih banyak pembahasan tentang pemuda dan usia muda yang selalu menarik dan mengundang perhatian. Sukses memanfaatkan masa muda berarti sukses memanfaatkan seluruh usia yang diamanahkan Allah. Sebaliknya, gagal dan lalai memanfaatkan masa muda akan berakibat pada penyesalan yang tiada berguna di kemudian hari.  Karena usia muda senantiasa terkait dengan semangat, ghairah, dan dinamika. Kelompok usia ini telah memberikan kontribusi besar untuk kemajuan umat seperti yang diabadikan dengan tinta emas dalam sejarah Islam dan umatnya.

Wallahu’alam bil shawab.

 

Referensi Tulisan:

 Al-Quran Al-Kariim

Al hadits

Al-Jauzi, 1987.  Ibnu  Zaadul Masir. Beirut : Al-Maktab al-Islamy .

Ar-Rifai’I, Muhammad Nasib. 1989. Taisiru Al-Aliyyul Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir jilid 1. Riyadh : Maktabah Ma’arif.

Hisyam, Ibnu. 2003. Sirah Nabawiyah jilid II. Cetakan kedua. Jakarta : Darul Falah.

Lang, Jeffrey. 2008. Aku Beriman Maka Aku Bertanya. Jakarta : Serambi.

Lutfi MA, Dr Attabik. Sukses Memanfaatkan Masa  Muda. Malaysia : Universitas Kebangsaan Malaysia.

Mahmud, Ali Abdul Halim Prof Dr. 1995. Dakwah Fardiyah metode membentuk pribadi muslim. Jakarta : Gema Insani Press

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Islam Activist, Movement Activist, , Wanna be Tahfidzul Quran, Student of Technische Universitat of Munchen Institute of Medical and polymer engineering (2015), Student of University of Munchen School of Nanostuctured Materials (2018), Biomaterial Researcher (2018), Established International Nanobiomaterial Research Center (2026), Owner Fiyo Oil and Gas (2026)

Lihat Juga

Principal’s Award, Apresiasi untuk Anak-anak Berprestasi

Figure
Organization