Topic
Home / Pemuda / Essay / Mereka adalah Pemuda Gua

Mereka adalah Pemuda Gua

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (inet)
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – “Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk. Dan Kami meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri, lalu mereka pun berkata, “Tuhan kami adalah Tuhan seluruh langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran.” (QS Al Kahfi: 13-14)

Masa muda adalah masa keemasan dalam fase kehidupan manusia. Karena pada fase inilah seorang manusia memiliki segalanya. Pada masa muda inilah kondisi tubuh manusia berada pada kondisi terbaik. Pada masa muda inilah semangat yang dimiliki begitu tinggi. Dan pada masa muda inilah cita-cita besar menggantung 5 cm di depan mata mereka. Pada masa muda inilah sejatinya seluruh potensi yang ada dalam diri manusia terkumpul. Kekuatan fisik, kekuatan visi dan cita-cita serta kekuatan semangat. Sehingga tidak heran, setiap cerita perubahan masyarakat. Setiap kisah perjuangan sebuah masyarakat akan ada peranan pemuda di dalamnya.

Dan dalam Al Qur’an Allah menyelipkan satu surat yang berisi tentang perjuangan dan kisah heroisme pemuda. Dalam surat ini, surat Al Kahfi, Allah swt memuliakan para pemuda. Allah swt dengan gamblang mengabarkan kepada seluruh umat Islam, bagaimana kemuliaan mereka para pemuda di hadapan Allah swt. Tetapi yang mesti kita pahami adalah kemuliaan yang mereka dapati bukanlah tanpa syarat. Bukanlah sesuatu yang secara Cuma-Cuma diberikan oleh Allah swt. Setidaknya dalam ayat di atas Allah swt telah menggambarkan beberapa karakter yang dimiliki oleh para pemuda gua (Ashabul Kahfi) sehingga mereka layak mendapatkan kemuliaan dan nama mereka abadi di dalam Al Qur’an.

1. Keimanan Kepada Allah Swt

Dari ayat ke 13 dan 14 dalam surat Al Kahfi Allah menceritakan kepada Rasul tentang kisah pemuda gua. Serta Allah swt memberitakan apa yang mereka miliki dan lakukan, sehingga kisah mereka layak dan patut tercantum di dalam Al Qur’an dan menjadi pelajaran bagi seluruh umat Islam. Dalam Ayat yang ketiga belas Allah swt mengatakan “….Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka…”. Artinya apa? Keimanan kepada Allah swt merupakan karakter pertama dan utama yang harus dimiliki oleh siapapun dan kapanpun untuk meraih kemuliaan di mata Allah swt. Keimanan merupakan syarat utama, tidak bisa ditawar-tawar lagi. Karena keimanan kepada Allah merupakan pintu gerbang dari Agama Allah swt. Keimanan kepada Allah swt menjadi entry point  bagi siapa saja yang mengaku beragama Islam. Sehingga wajar saja jika karakter keimanan merupakan menjadi hal pokok dalam meraih kemuliaan di mata Allah swt.

Selain itu, keimanan menjadi syarat mutlak agar setiap kebaikan yang dilakukan bernilai pahala di mata Allah swt. Sebanyak apapun kebaikan yang kita lakukan itu tidak akan memberikan nilai apa-apa di mata Allah swt jika si pelakunya tidak memiliki keimanan kepada Allah swt. Sebaliknya, setiap kebaikan yang dilakukan oleh pribadi yang beriman kepada Allah swt berpeluang untuk diganjar dengan pahala di mata Allah swt. Dalam sebuah hadits Rasul mengatakan ” Man qala Lailaha illallah, dakhalal jannah” (barangsiapa yang mengucapkan “Tiada Tuhan selain Allah” akan memperoleh surga). Tidak pernah dalam sejarah Allah swt memberikan kemuliaan kepada orang-orang yang tidak memiliki iman di dalam dadanya. Oleh karena itulah karakter kemuliaan yang pertama dimiliki oleh ashabaul kahfi adalah keimanan kepada Allah swt.

2. Memiliki Ilmu dan Pemahaman

Masih di ayat yang ketiga belas Allah mengatakan “…dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk”. Dari potongan ayat ini dapat digambarkan bahwa mereka (ashabul kahfi) merupakan orang-orang yang mengetahui, orang-orang yang memahami tentang mana yang baik dan mana yang buruk. Mereka adalah orang-orang yang memiliki ilmu tantang jalan mana yang benar yang harus mereka tempuh. Artinya ashabul kahfi merupakan orang-orang yang diberikan Allah ilmu dan pemahaman. Dan memiliki ilmu serta pemahaman merupakan karakter yang kedua yang dimiliki oleh ashabul kahfi.

Iman merupakan sesuatu hal yang fundamental bagi setiap umat Islam. Iman merupakan landasan perjuangan bagi setiap umat Islam. Tetapi perjuangan tidak hanya cukup dengan keimanan saja. Perjuangan juga harus dilakukan dengan pemahaman dan pengetahuan tentang apa yang harus dilakukan. Keimanan juga harus dibarengi dengan pemahaman agar keimanan yang kita miliki tidak mudah digoyahkan, agar keimanan yang sudah ada dalam dada kita mampu terjaga dengan baik dan agar keimanan yang ada dalam diri kita tidak mudah diselewengkan oleh musuh-musuh Islam. Bukankah salah satu syarat diterimanya ibadah oleh Allah swt adalah kesesuaian amal ibadah kita dengan syariat. Dan agar apa yang kita lakukan ini sesuai dengan syariat, maka dibutuhkan ilmu dan pemahaman yang benar tentang syariat itu sendiri.

3. Keteguhan Hati

Karakter yang ketiga dari ashabul kahfi adalah “keteguhan Hati”. Pada ayat yang ke empat belas Allah swt mengatakan “Dan Kami meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri”. Ini merupakan karakter yang dimiliki oleh seluruh manusia yang berjalan dan berjuang dijalan Allah swt. Keteguhan hati, merupakan hal mutlak yang harus dimiliki oleh setiap orang yang memilih Islam sebagai jalan hidupnya. Karena menjalankan kehidupan dijalan Allah swt bukanlah sesuatu yang mudah. Karena jalan ini tidak ditaburi oleh bunga-bunga yang indah. Tetapi berjuang dan menjalani kehidupan di jalan Allah swt, kita akan dihadapkan dengan kesulitan, cobaan dan ujian. Di jalan ini pula akan banyak onak dan duri serta rintangan yang sewaktu-waktu dapat membuat luka. Menjadi sunnatullah bahwa setiap orang yang beriman akan mendapatkan ujian sebagai pembuktian dari keimanannya. Dan hanya orang-orang yang mampu meneguhkan keimanan yang ada di dalam dada merekalah yang akan mampu melewati setiap ujian yang ada.

Keteguhan hati tidaklah muncul dengan sendirinya. Karena sebenarnya keteguhan hati muncul dari pemahaman yang kita miliki tentang jalan ini. Keteguhan hati muncul dari pengetahuan tentang resiko yang akan dihadapi jika kita memilih jalan keimanan kepada Allah swt dan dakwah sebagai jalan hidup. Dan keteguhan hati juga bisa muncul dari pemahaman tantang apa yang akan kita dapatkan sebagai balasan dari Allah swt atas setiap pengorbanan dan luka dijalan ini. Sehingga kalau kita sudah mengetahui apa yang akan kita dapatkan, besarnya balasan di sisi Allah maka setiap halangan tidak akan terasa berat. Dan setiap ujian tidak akan merasa sulit serta setiap pengorbanan tidak akan pernah sia-sia.

4. Melakukan KerjaKerja Dakwah

Dalam ayat ke empat bela, Allah swt menceritakan ..” lalu mereka pun berkata, “Tuhan kami adalah Tuhan seluruh langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia..”. Sejarah telah mencatat bahwa ashabul kahfi hidup pada masa Raja Dikyanus (Decius) yang zhalim dan menyombongkan diri. Tetapi kezhaliman dan kesombongan dari sang raja tidak membuat ashabul kahfi menjadi diam dan membiarkan kemungkaran yang terjadi secara nyata di hadapan mereka. Dengan keberanian yang besar mereka menyerukan kebaikan yang mereka miliki kepada raja dan seluruh masyarakatnya. Mereka menyeru kepada raja akan keesaan Allah swt dan kekuasaan Allah swt. Untuk menghentikan kesombongan dan kezhaliman raja tersebut. Dan agar supaya raja beserta seluruh kerajaannya beriman kepada Allah swt semata.

Inilah karakter ke empat dari ashabul kahfi ‘melakukan kerja dakwah”. Sebagaimana kita ketahui bahwa iman itu tidak cukup hanya ada di dalam hati dan diucapkan melalui lisan. Tetapi iman juga mesti di ejawantahkan dalam amal dan kerja nyata. Menyeru kepada raja yang zhalim bagi ashabul kahfi merupakan pengejawantahan dari keimanan yang kokoh di dalam diri mereka. Bahkan kewajiban melakukan kerja dakwah itu tidak hilang meski kita hidup pada wilayah yang amat buruk kondisinya. Atau mungkin ketika para aktivis dakwah merupakan minoritas di wilayah tersebut. Dakwah juga harus tetap dilakukan meski resiko besar akan sangat mungkin kita temui, seperti yang dilakukan oleh ashabul kahfi.

Dakwah mesti didasarkan atas keimanan sebagai landasan kehidupan umat Islam. Dan dilakukan dengan ilmu serta pemahaman agar hasil yang didapatkan lebih produktif (muntijah) serta penting bagi setiap orang yang mengambil peran dijalan dakwah untuk memiliki keteguhan di dalam hati mereka, sebab musuh-musuh Islam tidak akan pernah senang atas apa yang mereka lakukan sehingga akan melakukan berbagai cara untuk menjatuhkan para da’i. Mulai dari cara yang paling halus seperti godaan dengan harta, tahta dan wanita untuk meninggalkan dakwah ini. Sampai dengan cara-cara yang paling kasar dan kejam, baik itu siksaan secara fisik, intimadasi secara psikologi bahkan sampai pada fitnah-fitnah yang keji.

 

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Mahasiswa jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya. Aktif dalam Lembaga Dakwah Kampus NADWAH UNSRI sebagai kepala departemen PPSDM. Mantan ketua Umum Lembaga Dakwah Fakultas Teknik KALAM FT.

Lihat Juga

Principal’s Award, Apresiasi untuk Anak-anak Berprestasi

Figure
Organization