Topic
Home / Pemuda / Mimbar Kampus / ADK dan AD Palestina

ADK dan AD Palestina

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
 Ilustrasi – Pasukan Hamas sedang sujud. (inet)
Ilustrasi – Pasukan Hamas sedang sujud. (inet)

dakwatuna.com – Palestina adalah negeri para syuhada, negerinya para Nabi. Kiblat pertama Umat Muslim tempat isro’ mi’rajnya Rasulullah SAW. Negeri yang diberkahi sekelilingnya, tanahnya subur dan menjadi tempat bersejarah umat Muslim. Tempat yang disucikan oleh Allah, menjadikan berlipat pahala jika shalat di Masjid Al-Aqshanya.

Negeri itu sekarang sedang dilanda gundah oleh orang-orang yang tidak beradab, sedang terancam oleh orang-orang yang moyangnya dikutuk menjadi kere hina, sedang menderita oleh orang-orang yang pengecut dan ‘banci’, sedang menangis oleh orang-orang yang sombong, sedang merintih kesakitan karena orang-orang yang tak bertanggungjawab. Namun ketahuilah bahwasanya itu adalah tanta-tanda dari akhir zaman, tanda kehancuran bagi kaum Zionis yang dilaknat Allah SWT.

Sabtu, 8 juni pukul 09.00 di Masjid Kampus diadakanlah sebuah kajian menyambut Isra’ Mi’raj yang mendatangkan salah seorang Pejuang Hamas Palestina. Membuat semakin jelas dan nyata apa yang pernah kit abaca, lihat, dan kita dengarkan selama ini. Wajah pejuang Hamas yang kekar namun memancarkan cahaya kehidupan menceritakan tentang Negri yang terjajah, yaitu Negri kaum Muslimin Palestina.

Dimulai dengan Rencana pembangunan Yahudi di pemukiman Gaza dan tepi Barat. “Bangsa Yahudi sedang mengadakan sebuah proyek besar untuk membuat Israel Raya dengan mencaplok sedikit-demi sedikit tanah palestina,” kemudian dilanjutkan dengan betapa sulitnya Rakya palestina membangun rumah di atas tanahnya sendiri. “kalau kami ingin membangun rumah di atas tanah kami sendiri maka kami harus membuat izin pembangunan yang prosesnya sangat lam, bisa sampai 4 tahun. Kalupun diizinkan misalnya maka kami harus membayar dengan sangat mahal untuk perizinan itu.”

Sungguh Gila peraturan itu, namun belum ada apa-apanya jika kita mendengarkan penuturan saudara kita yang pernah dipenjara pada usia 16 tahun ini, beliau melanjutkan “kesulitan-kesulitan yang lainnya adalah saat kami harus menggunakan jasa-jasa dari pemerintah, seperti jasa air, telpon, listrik dan yang lainnya. Kami harus membayar per bulannya $ 500 AS (setara dengan Rp.5.000.000) dan itu wajib kami bayar meskipun misalnya rumah kami tinggalkan selama sebulan lebih sehingga tidak menggunakan sama sekali jasa tersebut, mereka akan mengatakan ‘kalian telah membuat kami rugi dengan tidak memanfaatkan jasa kami, maka kalian akan tetap menbayarnya sebagai denda’. Belum lagi jatah air yang kami gunakan hanyalah 30 literan saja per harinya sementara kebutuhan akan air sangatlah kami butuhkan, maka jika kami menggunakan lebih dari batas yang telah ditentukan maka kami akan didenda dan membayarnya lagi atas kelebihan yang kami gunakan.

Benar-benar ide gila yang jika didengarkan oleh siapa saja akan meresa geram dan pasti akan membela warga palestina yang sekarang sudah membuktikan wujudnya ke permukaan dari berbagai kalangan non-muslim. Kemudian Pejuang Hamas melanjutkan “ada kisah seorang Ibu bernama Umu Qamil. Ibu yang hidup bersama suaminya dengan damai, namunharus tabah menghadapi petugas Israel yang mengatakan bahwa setengah dari tanahnya itu adalah hak dari bangsa yahudi dan akhirnya ahrus berdampingan dengan orang yang palng bejat dari orang Yahudi. Selama hidup bertetangga orang yahudi ini selalu membuat gara-gara untuk memicu pertikaian agar Ummu Qamil dan keluarganya tidak betah di sana. Ii dilakukan agar ummu Qamil mau meninggalkan rumahnya karena tidak betah lagi. Pernah tetangganya dari Yahudi ini melempari dengan kotoran BABnya di depan halaman, membuat gaduh, dan aktivitas yang sangat tidak wajar. Namun selama itu Ummu Qamil dan keluarganya tidak berniat sama sekali untuk meninggalkan tanah tempat rumahnya itu berdiri karena kecintaannya terhadap Tanah airnya. Ternyata kesabaran Ummu Qamil membuat jengkel petugas yang harus mendatangkan kementrian pertamanan Israel untuk membujuk Ummu Qamil agar mau menandatangani surat penjualan rumah dengan harga berapapun dengan alas an bahwa daerah itu akan dijadikan sebagai temapt wisata. Namun Ummu Qamil dan keluarga tetap menolak membuat tenda di depan rumahnya yang disita. Dan ketahuilah inilah yang mendatangkan perhatian dunia dari kalangan aktivis HAM yang membela perjuangan Ummu Qamil dan ikut membuat tenda di depan tendanya.”

Setelah itu Sang pejuang yang ingin berbagi itu menuturkan “Propaganda media sangatlah gencar dilakukan oleh Bangsa yahudi terhadap kami, mereka mengburkan yang benar menjadi salah dan yang salah seolah-olah benar, membuat kesan bahwa masjid Al-Aqsha tidak suci lagi dengan menjadikannya ttmpat wisata. Ada lagi selain propaganda dan ketidak adilan mereka kepada kami. Mereka membuat peraturan yang sangat menguntungkan mereka dan merugikan bagi kami. Ketika mereka melakukan pelanggaran di daerah Palestina maka mereka akan dipenjarakan tidak lebih dari sehari, sementara jika kami yang melakukan pelanggaran maka bertahun-tahun kami di kurungan penjara. Ada juga ponisponis yang sangat tidak wajar. Ada hukuman penjara yang sampai 1000 tahun bahkan 10.000 tahun. Maka jika tahanan meninggal dunia jasadnya tidak boleh dibawa oleh keluarganya sampai batas waktu penjara habis.”

Dan setelah itu beliau melanjutkan ke semangat kaum muda para Pejuang Palestina. Dimuali dari semangat pemudanya menuntut ilmu “Ada kisah seorang akhwat yang bersemangat menuntut ilmu, namun temapt kuliahnya harus melewati tembok setinggi 9 km dan 20 km ke bawah serta 5 meter ketebalannya. Jika harus melewati gerbang maka akhwat kami ini harus melewati beberapa pemeriksaan dan itu sangat mustahil bisa lolos. Dan terpaksalah dia harus memutari jarak yang jauh dan memutas agar bisa ke tempat sekolahnya dan itu dilakukannya setiap hari. Ternyata aktivitasnya itu diketuhi oleh penjaga Israel dan memantau pergerakannya selama ini. Ternyata seteah beberapa kali melihat akhwat kami itu, penjaga itu sengaja melepaskan tempakan yang mengenai kakinya dan membuatnya pingsan dan harus dibawa ke rumahsakit oleh mobil ambulance kami. Dan saya melihat aktivitas di kampus ini membuat saya menghayal sendainya kami bisa menuntut ilmu semudah kalian, maka pasti banyak ilmu yang ingin kami pelajari. Deretan pohon yang sejuk tertata rapi membuat khayalan indah di Negri kami. Sungguh kami berharap kalian bisa lebih baik dari kami.”

Setelah menyemangati kami, sang Pejuang hamas kembali bercerita tentang semangat para pemudanya “Saat pertempuran 8 ahri terakhir kemarin itu kami namakan sebagai PERANG BATU NERAKA MELAWAN IRONDAM. Perang yang menembus jantung ibu kota Tel Aviv Israel dan harus memaksa Perdana Mentri Israel untuk genjatan senjata. Yang memaksa para tentara Israel ketakutan dan kehilangan nyali sebagai tentara. Yang harus mengakui kekuatan Bangsa Palestina dan mengakui kelemahan system pertahanan Irondam oleh ‘batu-batu dari neraka’ yang dikirimkan oleh Allah dalam bentuk teknologi canggih. Dan semua itu dilakukan oleh anak-anak muda seperti usia-usia kalian saat ini.”

Ya, itulah yang diceritakan oleh Pejuang Hamas dan menginfirasi kami pada saat itu. Kisah-kisah nyata yang membuat malu kami para Aktivis Dakwah karena sangat jauh sekali perbedaan perjuangan kami dengan mereka. Membuat hormone endorphin kami menjadi naik dan memaksa raga ini untuk lebih giat lagi rasanya mengerjakan amanah dakwah di kampus. Kalu hanya membuat proposal sangatlah jauh jika hars beradu argument dengan orang keras kepala seperti orang-orang Zionis. Jika hanya mengantarkan surat sangatlah jauh jika harus mengendap-ngendap dari penjagaan penjaga. Jika hanya syuro’ tidaklah sama dengan mengatur siasat perang di dentuman rudal dan letusan peluru. Jika hanya menghadiri agenda dakwah tidaklah sebanding dengan ketepatan dan kesiagaan para pemuda yang melakukan serangan kepada kaum Zionis. Jika hanya menaati qiyadah tidaklah sebanding dengan kesiapan jihad para pemuda Palestina. Jika hanya harus belajar maka tidaklah setara dengan usaha akhwat Palestina yang memiliki harapan tinggi akan perubahan Negerinya…. Ya, ikhwah, Harapan itu Masih ada, tetaplah berharap kepada Sang Pemenuh harapan dan buktikan dalam Kerja-kerja Ikhlas agar menajdi Harmoni kehidupan yang indah penuh Cinta.

Redaktur: Aisyah

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Mahasiswa S1 Pendidikan Matematika FKIP UNRAM. Sekarang aktif sebagai pengurus Puskomda Nusa Tenggara FSLDK Indonesia; staff. Komisi B periode bidang PMLDK-TC

Lihat Juga

Opick: Jangan Berhenti Bantu Rakyat Palestina!

Figure
Organization