Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Tentang Semangat yang Kuat

Tentang Semangat yang Kuat

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Pemain sepakbola itu meringis kesakitan, sambil menutupi mukanya dia menahan sakit yang sangat karena kaki kanannya retak setelah diganjal keras oleh pemain lawan. Setelah beberapa hari menjalani perawatan, ia ditanya oleh seorang wartawan sebuah televisi, “Apa yang akan anda lakukan sekarang?” Ia menjawab, “Saya ingin cepat sembuh dan kembali bermain sepakbola, dan menjadi yang terbaik”. Sungguh sebuah jawaban yang sangat mengejutkan mengingat ia masih menjalani perawatan, kakinya pun masih dibalut gips dan dokter belum memberikan kepastian apakah ia dapat sembuh normal kembali atau tidak, tetapi tidak sedikitpun terlihat penyesalan di wajahnya bahkan yang terlihat adalah semangat yang menyala-nyala untuk kembali ke lapangan hijau.

Begitulah seharusnya semangat yang dimiliki oleh seorang kader dakwah, semangat yang kuat bagaikan sebuah pohon yang akarnya menghujam ke dalam tanah, tidak tergoyahkan oleh angin kencang, atau tsunami sekalipun, dalam keadaan bagaimanapun seorang kader dakwah akan berusaha sekuat tenaga untuk mencapai cita-citanya walaupun kondisinya sedang lemah atau sulit. Allah SWT berfirman  “Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui (At-Taubah: 41)”

Sungguh indah firman Allah diatas, kita diberikan pilhan dalam jalan dakwah ini menuju jalan yang lebih baik.

Pertama berjihad dengan segala apa yang kita miliki baik itu kemampuan materi ataupun kemampuan jasmani

Kedua jalan yang diambil oleh orang-orang munafik ketika terjadi peperangan tabuk, dengan berbagai alasan berusaha untuk tidak mengikuti peperangan  “Di antara mereka ada orang yang berkata: “Berilah saya keizinan (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus dalam fitnah.” Ketahuilah bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah. Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir” (At-Taubah: 49)

Rugi rasanya bila jalan yang kedua yang kita ikuti, sungguh kita akan rugi bila hanya diam melihat sementara saudara, sahabat atau teman kita berlomba-lomba dalam kebaikan, berjihad dalam dakwah, berlari mengejar amal menuju satu tujuan dakwah ilallah.

Mari kita awali catatan ini dengan azzam untuk memiliki semangat yang kuat menuju jalan Allah.

انفِرُوا خِفَافًا وَثِقَالًا وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ ﴿٤١﴾

Tentang Kebersamaan

“Bersatu Kita Teguh, Bercerai Kita Runtuh “ sebuah semboyan dari orang tua kita tentang persatuan dan kebersamaan, tentang saling menghargai, saling menghormati, yang lebih tua menghargai yang lebih muda, yang muda menghormati yang lebih tua.

Didalam mengarungi jalan dakwah seorang kader harus mempunyai jiwa kebersamaan, mau menerima pendapat walaupun pendapat itu merupakan kritikan terhadapnya atau pendapat itu berasal dari orang yang  lebih muda darinya. Begitulah seorang kader selalu berusaha melakukan apa saja demi untuk menjaga kebersamaan, bukankah Allah menyukai amal yang dikerjakan bersama-sama?, seperti firmannya “Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. (Ash-Shaff: 4)”

Ketika catatan ini berjalan di jalan dakwah, ia menulis banyak sekali perilaku yang dimiliki para kader dakwah. Ada kader  yang tidak senang apabila ada orang yang bukan kelompoknya ikut-ikut-an berdakwah, ada kaum tua yang tidak mau mendengar pendapat dari kaum muda, ada yang malas bergerak, ada yang nyaman dengan kesendiriannya, ada yang tidak patuh dengan hasil keputusan bersama  atau menganggap tidak perlu ada keputusan bersama dan masih banyak lagi perilaku kader yang lainnya, apakah hanya perilaku negatif saja yang dimiliki oleh para kader?, tentu tidak, banyak sekali atau mungkin sangat banyak perilaku positif yang dimilki para kader dakwah ini, mungkin jauh lebih sedikit dan hanya sebagian kecil saja kader yang berperilaku negatif , tetapi dari sebagian kecil itu, terasa cukup besar pegaruhnya untuk menjadi rintangan jalan dakwah yang akan kita lalui, bagai pohon tumbang yang melintang, menghalangi setiap orang yang akan lewat, di pohon tersebut ada dahan keegoisan, ketidak percayaan, kekecewaan, kesewenangan, kemalasan, sakit hati, ketidak teraturan, padahal di pohon tersebut masih banyak terdapat dahan.

Umat ini pernah merasakan akibat tidak ada nya kebersamaan, saat ada kecurigaan, ketidaksabaran, akibatnya kemenangan yang akan dicapai musnah digantikan kekalahan yang menyakitkan, itulah kisah perang Uhud sebagai bukti dari shaff yang berantakan. Untuk itu diperlukan aqidah yang kuat, ukhuwah dan pemahaman yang mendalam tentang fikrah islam maka kesatuan dan kekokohan shaff, kebersamaan dalam berjuang akan kita rasakan bersama.

Kader dakwah tidak mempunyai standar ganda dalam perkataan dan sikapnya, karena standar ganda akan menggagalkan perjuangan dan merusak barisan dakwah, lihat lah peristiwa sebelum peperangan Uhud, saat Rasulullah cenderung menghendaki peperangan dilakukan di madinah, dan hal tersebut disetujui oleh sebagian sahabat, namun mayoritas sahabat cenderung menginginkan peperangan dilakukan di luar madinah dan kebanyak dari sahabat itu adalah para pemuda yang belum ikut perang badar, Rasulullah pun akhirnya mengikuti pendapat mayoritas  dan langsung memimpin perang tersebut. Sungguh sebuah kejujuran yang luar biasa dari Rasul dan sahabatnya yang tidak mengedepankan ego-nya atau kekuasaanya, Beliau menghargai hasil keputusan bersama, mau mendengar pendapat orang lain walaupun mereka masih muda dan belum berpengalaman. Sikap seperti ini lah yang harus menjadi prinsip bagi kader dan pemimpin dakwah ketika berjalan di jalan dakwah.

Kader dakwah harus menjadi bagian dari sebuah bangunan yang tersusun kokoh yang tidak mudah hancur ketika badai menerjang, menjadi bagian dari barisan yang teratur, yang akan menggentarkan setiap musuh yang melihat, membuat ciut nyali siapa saja yang akan menghadang.

Begitulah seharusnya, ada kebersamaan di jalan dakwah.

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُم بُنْيَانٌ مَّرْصُوصٌ ﴿٤﴾

Tentang Seruan

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkarmerekalah orang-orang yang beruntung.” (Ali Imran: 104)

Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al-Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah). (Al-Baqarah: 269)

Sekiranya bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, tentulah segolongan dari mereka berkeinginan keras untuk menyesatkanmu. Tetapi mereka tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan mereka tidak dapat membahayakanmu sedikitpun kepadamu. Dan (juga karena) Allah telah menurunkan Kitab dan hikmah kepadamu, dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui. Dan adalah karunia Allah sangat besar atasmu (An-Nisaa’:113)

“Islam adalah nidzam (aturan) komprehensif yang memuat seluruh dimensi kehidupan. Ia adalah daulah dan tanah air atau pemerintahan dan ummat, ia adalah akhlak dan kekuatan atau rahmat dan keadilan. Ia adalah tsaqafah (wawasan) dan qanun (perundang-undangan ) atau keilmuan dan peradilan, ia adalah materi dan kesejahteraan atau profesi dan kekayaan. Ia adalah jihad dan dakwah atau militer dan fikrah, sebagaimana ia adalah aqidah yang jujur dan ibadah yang benar. (Hasan Al-Bana)”

Sudah menjadi kewajiban kita untuk menyeru manusia kepada Allah, dengan segala daya dan upaya kita. Dalam perjalannannya seruan kita kadang tidak didengar atau hanya dianggap sebagai angin lalu saja. Lantas ketika tidak ada yang mau mendengar seruan kita , kita akan diam ditempat atau bahkan mundur dari kewajiban dawah ini? seorang kader dakwah tentu tidak akan melakukannya, kader dakwah akan selalu senantiasa berada pada jalan yang diambil oleh Rasul dan para sahabat yaitu jalan dakwah.

Seruan kita harusnya seruan mulia, seruan menuju Allah, bukan seruan yang didalamnya terdapat misi-misi dunia, misi kekuasaan atau misi untuk mendapatkan materi.

Seruan kita adalah seruan dalam rangka ibadah, untuk menegakan kalimat Allah di muka bumi ini, mengajak manusia dari kegelapan menuju terang, meluruskan yang bengkok, menegakan yang rubuh, menyalahkan yang salah dan membenarkan yang benar.

Seruan kita haruslah dengan cara yang baik dan penuh hikmah, penuh kekeluargaan tanpa membedakan kelompok, lingkungan, latar belakang dan tingkatan sosial. Tidak seharusnya seruan kita hanya didengar oleh sebagian orang saja, hanya ditujukan untuk sebagian kelompok saja atau dilingkungan tertentu saja. Sungguh sia-sia seruan ini, bila kita merasa orang yang paling baik, yang paling benar sehingga tidak pantas orang lain untuk duduk sejajar dengan kita, atau berada dalam satu struktur dengan kita.

Sungguh sempit cara berpikir kita bila harus mengasingkan diri dari masyarakat hanya karena khawatir terpengaruh perilaku yang buruk, sementara masyarakat menunggu seruan bukan alergi kita.

Mari kita menyeru dengan beraksi, kita libatkan masyarakat dalam aksi kita, niatkan untuk memperbaiki sebanyak mungkin akhlak masyarakat, jangan niatkan untuk mencari pengikut.

Beginilah seruan kita di masyarakat

وَمَا أَرْسَلْنَا مِن رَّسُولٍ إِلَّا بِلِسَانِ قَوْمِهِ لِيُبَيِّنَ لَهُمْ ۖ فَيُضِلُّ اللَّهُ مَن يَشَاءُ وَيَهْدِي مَن يَشَاءُ ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ ﴿٤﴾

Tentang Pemimpin

Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. (At-Taubah: 128)

Begitu indahnya kepemimpinan Rasulullah, penuh hormat dan sayang kepada sahabatnya, dan begitu sebaliknya sahabatnya pun hormat dan patuh kepadanya.

Kepatuhan dan rasa sayang para sahabat kepada Rasul bukan lah kepatuhan yang dipaksakan dengan ancaman hukuman, hal itu mengalir begitu saja bagai air yang menguap ke langit yang  akan kembali turun sebagai hujan menjadi satu siklus yang tetap. Rasa sayang dari rasul kepada sahabatnya yang membuat Umar bin Khaththab berkata “Engkau lebih kucintai lebih dari kecintaanku kepada diri dan keluargaku sendiri, ya Rasulullah

Tak ada rasa takut, yang ada adalah rasa cinta, tak ada penghianatan, yang ada adalah kepatuhan. Mereka akan terus mengamalkan perkataan dan perbuatan Rasul selamanya, diwariskan kepada setiap generasi dari masa ke masa walaupun Rasul telah tiada.

Saat dimana catatan ini berada, tak ada lagi pemimpin seperti Rasulullah, yang ada adalah pemimpin yang berebut kekuasaan dengan berbagai kepentingan, mereka mencari popularitas, mereka investasikan kepopulerannya agar dapat dijual agar bisa membeli kedudukan dalam organisasi yang menguntungkan. Mereka bersaing untuk mendapatkan berbagai macam kepentingan dunia tanpa peduli kondisi sekitarnya.

Organisasi islam mempunyai satu kepentingan yang harusnya dapat meluruskan kepentingan-kepentingan dunia tersebut, organisasi islam mempunyai nilai dakwah yang lebih dari sekedar nilai popularitas atau komersial, kepentingan dakwah ini dasarnya hanya satu, yaitu meraih ridha Allah swt.

Mampukah kita menjadikan tujuan ini sebagai pijakan kita dalam berorganisasi?, mampukah kita meluruskan kesalahan yang dilakukan oleh pemimpin atau senior kita?, ya senior kita memang lebih berpengalaman, tapi  ia adalah manusia yang bisa salah juga, yang harus diluruskan, agar kesalahan nya tidak terjadi terus-menerus. Adalah perbuatan yang baik bila kita hormat dan patuh kepada pemimpin kita, tapi bentuk penghormatan itu ada saatnya harus berubah, saat terjadi penyimpangan dari aturan, saatnya tidak lagi kita menurut dan mengikuti apa yang dikatakan oleh pemimpin kita tapi kita meluruskannya secara tegas tapi bersahabat.

Indah ya, organisasi dalam islam, saling menghormati, saling menyayangi, ada kepatuhan tapi bukan taklid, ada kritikan tapi bersahabat, ada kebersamaan bukan kelompok-kelompok, saling melengkapi, saling menutupi kekurangan, menjadi pakaian untuk yang lain, ada pemimpin yang menyayangi, ada anggota yang menghormati, tidak ada kepentingan lain selain mencari ridha Allah swt.

Seorang pemimpin mengerti bahwa amanah yang diembannya tidak akansanggup dipikul sendirian, ia harus memberikan kepercayaan kepada anggotanya untuk membantunya, tapi tidak lantas ia pun berdiam diri dengan memberikan semua tugas kepada anggotanya. Ingat sebuah peristiwa ketika rasul bepergian bersama sahabatnya, pada saat mereka lapar, salah seorang sahabat berkata, “Aku akan menyembelih unta”, yang lainnya mengatakan akan menyiapkan pisau yang tajam, yang seorang lagi mengatakan akan menyiapkan perapian, dan Rasul mengatakan, “Aku akan mencari kayu bakar”, saat itu juga ketiga sahabat ini berkata, “Biarkan kami yang bekerja ya Rasul” dan Rasulpun berkata “Kenapa tidak kalian beri aku kesempatan aku ikut beramal”.

Jangan berharap orang akan patuh dan menghormati kita, bila kita tidak bisa menjadi contoh bagi mereka, bagaimana anggota kita akan hormat bila sebagai pemimpin kita tidak pernah hadir dalam setiap kegiatan yang diadakan oleh organisasi yang kita pimpin,

organisasi islam adalah organisasi jamaah, bukan organisasi individu, disana ada syura yang harus ditaati, ada kerja yang harus dilakukan bersama, bukan ekploitasi toleransi pada pimpinan, bukan juga tuntutan berlebih dari anggota, ada keseimbangan agar semua berjalan pada porsinya masing-masing.

Setiap kita adalah pemimpin, dan setiap kita mempunyai beban amanah. Bagilah beban amanah itu , agar terasa ringan di perjalanan dakwah ini, agar rapi organisasi kita , agar tidak ada agenda yang tertunda, agar mudah pertanggungjawaban kita sebagai pemimpin.

Begitulah Pemimpin yang di impikan.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ

Catatan ini akan berlanjut suatu saat….

Redaktur: Aisyah

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Lihat Juga

Ada Dakwah di Dalam Film End Game?

Figure
Organization