Topic
Home / Berita / Internasional / Afrika / Pemikir Koptik, Rafiq Habib: Pernyaatan As-Sisi Membawa Banyak Pesan dan Pengakuan

Pemikir Koptik, Rafiq Habib: Pernyaatan As-Sisi Membawa Banyak Pesan dan Pengakuan

Rafiq Habibdakwatuna.com – Mesir.  Beberapa pernyataan pemimpin kudeta membawa beberapa pengakuan yang telah membuka kenyataan bahwa kudeta sedang memaksakan sekularisasi dan militerisasi Mesir, melawan kehendak rakyat yang mayoritas adalah muslim.

Kudeta membawa ketakutan yang sama dengan ketakutan negara-negara Barat. Yaitu ketakutan akan lahirnya negara-negara demokratis-konstitusional hasil dari kehendak rakyat yang dibebaskan Musim Semi Arab. Berikut beberapa petikan dari tulisannya:

Perbedaan Ideologi

Dalam wawancara dengan Washington Post, As-Sisi mengatakan bahwa permasalahan antara Mursi dan rakyat Mesir adalah persepsi dan ideologi Ikhwanul Muslimin tentang negara adalah mengembalikan khilafah Islamiyah. Pemikiran mereka bukanlah nasionalisme. Hal inilah yang membuat Mursi bukan pemimpin seluruh rakyat Mesir, tapi pemimpin bagi pendukungnya saja.

Pengakuan ini membuka sebab As-Sisi melakukan kudeta, yaitu perbedaan ideologi. Oleh karena itu, krisis kudeta tidak akan selesai kalau perbedaan ideologi masih ada antara mayoritas rakyat Mesir dan militernya.

Militer Mendukung Kelompok Sekular Saja

Menurut As-Sisi, Mursi tidak bisa menjadi presiden karena membawa identitas Islam sehingga hanya bisa memimpin rakyat yang membawa identitas Islam, tidak bisa memimpin rakyat yang membawa identitas sekular.

Pertanyaannya, apakah jika capres yang menang membawa identitas sekular akan bisa memimpin seluruh rakyat? Bukankah dia juga hanya bisa memimpin rakyat yang membawa identitas yang sama?

Dalam keadaan yang terakhir itu, militer pasti tetap akan mendukung pemimpin sekular walaupun kenyataannya pemimpin itu hanya memimpin sebagian rakyat saja.

Militer Memecah Rakyat Mesir

Pernyataan As-Sisi juga membawa pengakuan bahwa dirinya berbeda dengan Presiden Mursi dalam hal identitas negara. As-Sisi mengaku bahwa dirinya membawa nasionalisme sekular.

Pengakuan ini berarti kudeta adalah sebuah tindakan mengalahkan kelompok rakyat yang membawa identitas Islam, untuk mendukung kelompok lain yang membawa identitas sekular. Dengan demikian, As-Sisi telah membelah dan memecah rakyat Mesir.

Anti Persatuan-Politik Umat Islam

Dalam wawancara tersebut, As-Sisi menyinggung-nyinggung tentang khilafah. Padahal baik Presiden Mursi ataupun Ikhwanul Muslimin tidak pernah menyinggungnya.

Dengan memunculkan isu khilafah Islamiyah, As-Sisi ingin mematikan ide persatuan politik umat Islam. Dia menyebutkan khilafah Islamiyah sebagai aspirasi minoritas umat Islam, yaitu Ikhwanul Muslimin, bukan aspirasi Mesir. Aspirasi rakyat Mesir hanya diwakili oleh pemikiran nasonalisme kewilayahan (Mesir) saja.

Sehingga setiap orang yang membawa identitas Islam akan menjadi musuh rakyat Mesir. Sehingga layak untuk dikudeta.

Dari sini, bisa juga dipahami bahwa semua krisis politik yang terjadi setelah revolusi 25 Januari adalah krisis identitas. Identitas Ikhwanul Muslimin yang Islam melawan identitas sekularisme-nasionalime murni.

Menurut As-Sisi, keduanya tidak bisa bersatu. Karena identitas Islam adalah identitas tertutup, yang tidak bisa menjadi dasar bagi identitas yang lain. Padahal kenyataannya adalah sebaliknya, identitas nasionalisme-sekularisme lah yang tertutup.

Memecah Dunia Arab

Memegang identitas nasionalisme murni sama saja dengan memecah-mecah dunia Arab dan Islam. Identitas ini murni berasal dari kaum imperialis Barat, yang menjadikannya sebagai alat untuk menguasai dunia Islam.

Sampai setelah Musim Semi Arab, Barat masih memelihara dan mengembangkan identitas ini pada dunia Arab.

Memelihara Cangkokan Imperialisme

Pilihan identitas nasionalisme murni adalah pilihan kaum imperialis. Tidak terbentuk ketika rakyat Mesir sedang bebas memilih, tapi ketika masa penjajahan.

Sebenarnya setelah revolusi 25 Januari, rakyat sudah bisa bebas menentukan pilihan. Tapi rupanya militer masih ingin menghidupkan pilihan kaum imperialis dengan membuat peraturan-peraturan yang memberikan militer kekuasaan lebih. Ternyata hal tersebut gagal, sehingga militer dipimpin As-Sisi harus mengkudeta pilihan bebas rakyat tersebut pada 3 Juli yang lalu.

Pesan Peringatan kepada Barat

Mengangkat isu khilafah Islamiyah adalah pesan kepada Barat bahwa jika usaha Ikhwanul Muslimin dalam memimpin Mesir dibiarkan berhasil, maka sama saja dengan membiarkan terjadinya persatuan politik umat Islam.

Siapa saja yang membaca sejarah akan mengetahui bahwa Barat sangat takut dengan munculnya khilafah Islamiyah sebagai pesaing peradabannya. Sehingga berusaha sebisa mungkin memecah-belah umat Islam hingga khilafah Islamiyah hanyalah sebagai impian. (msa/sbb/dkw)

 

Redaktur: Saiful Bahri

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Tim dakwatuna adalah tim redaksi yang mengelola dakwatuna.com. Mereka terdiri dari dewan redaksi dan redaktur pelaksana dakwatuna.com

Lihat Juga

Konflik Air Antara Ethiopia, Sudan, dan Mesir

Figure
Organization