Menuai Keberkahan dengan Menikah

Judul Buku: Bismillah, Saya Mantap Menikah…

Penulis: Wiwid Prasetyo

Penerbit: Semesta Hikmah

Cetakan: 1, Mei 2013

Tebal: 136 halaman

ISBN: 978-602-77012-0-5

dakwatuna.com – Diakui atau tidak, menikah merupakan salah satu tujuan hidup dari seseorang. Setiap orang mempunyai alasan tertentu ketika memutuskan untuk menikah, diantaranya untuk memperoleh keturunan. Lebih jauh lagi, di dalam sebuah pernikahan pasangan suami-istri mengidamkan kehidupannya menjadi keluarga ‘Samara’ (sakinah mawaddah wa rahmah) hingga hati pun tenang dan damai.

Harus diakui, tidak semua pernikahan berjalan mulus. Setiap pernikahan harus dibangun dengan usaha dan perjuangan keras dari masing-masing pasangan sebagai upaya untuk memperoleh kebahagiaan. Begitupula ketika hendak memutuskan untuk memilih menikah di usia muda. Pesimisme seringkali muncul untuk menciptakan kehidupan rumahtangga yang ‘Samara’. Berbagai alasan menjadi penyebab utama munculnya pesimisme seseorang yang hendak menikah, terlebih menikah dalam usia muda.

Jika menengok pada diri kita sendiri, tentu tak sedikit yang menemukan dan bertanya, mengapa kita takut untuk menikah? Apakah kita merasa diri kita kurang keren, ganteng, tidak berpenghasilan, atau takut tak mampu memberikan nafkah pada anak istri? Itu adalah ha-hal wajar ketika seorang muda dihadapkan pada sesuatu yang bernama pernikahan.

Buku Bismillah, Saya Mantap Menikah ini secara ringkas memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas. Penelitian yang dilakukan oleh Craight dan Barbara menemukan beberapa alasan pria yang terlambat menikah. Tak ingin ada ikatan dan tanggung jawab, takut kehilangan kebebasan, tak ingin ada perceraian, finansial yang belum mapan, menunggu cinta sejati, belum punya rumah, dan ingin membahagiakan keluarga merupakan anekaragam penyebab pria memilih membujang lebih lama (hlm 32-37).

Buku yang ditulis beberapa hari sebelum penulis melangsungkan ijab kabul ini nampak begitu bergairah mempengaruhi pembaca untuk tidak takut menikah, termasuk di dalamnya menikah pada usia muda. Buku ini tak hanya menuangkan tentang kesunnahan-kesunnahan di dalam pernikahan. Lebih jauh lagi penulis menyajikan mitos-mitos tentang perjodohan, alasan takut menikah, upaya mencari jodoh dan kriteria yang baik, hingga kisah nyata orang-orang yang sukses dengan menikah.

Salah satu tamsil kisah orang-orang yang sukses dengan menikah adalah Afif Nashirul Umam, seorang sales representative Infomedia Nusantara Yellowpages Telkom. Baginya, pertama kali menikah terasa berat karena pekerjaanya yang tidak tetap. Tetapi setelah keputusannya dan istrinya mengontrak  rumah sendiri daripada hidup bersama mertua perlahan jalan hidupnya berubah. Afif mendapat pekerjaan di Yellowpages, sedangkan istrinya mengajar di sebuah Sekolah Dasar. Setahun kemudian, setelah masa kontrakan rumahnya habis, tanpa disangka Afif bisa mempunyai rumah sendiri walaupun melalui KPR (hlm 15-19).

Cerita di atas merupakan salah satu keberkahan dari sebuah pernikahan. Secara gamblang Wiwid mengatakan bahwa menikah dapat menyebabkan seseorang menjadi kaya. Dengan kata lain, menikah adalah pilihan yang berlandaskan keimanan. Tidak setiap orang berani menempuhnya. Orang yang berani menempuhnya kemudiaan menghindari diri dari godaan setan, maka Allah akan memberikan penghargaan, yakni kemudahan menjemput rizki.

Secara mengejutkan Wiwid Prasetyo mampu membukakan mata kita bahwa menikah banyak memberi manfaat bagi kesehatan pria, sebagaimana penelitian yang dilakukan seorang ahli epidemiologi Inggris William Farr sejak awal tahun 1858. Dengan menikah, akan membuat kadar hormon stress kortisol pria berkurang, sehingga mengurangi kemungkinan terkena penyakit kronis dan membuat seseorang hidup sehat lebih lama. Pasalnya, hormon kortisol bisa mempercepat pembentukan plak arteri yang nantinya mengarah pada penyakit aterosklerosis dan jantung (hlm 87).

Secara umum buku ini memuat panduan Islami dalam menentukan jodoh, cerita-cerita sukses orang yang menikah muda, langkah-langkah Islami menjelang pernikahan, hingga panduan Islami saat malam pertama. Buku ini mampu mencerahkan siapa saja dan cocok dibaca siapa pun, baik yang belum mendapatkan jodoh atau yang sudah berada di ambang pintu pernikahan dan pasangan yang masih hangat dalam suasana pernikahan. Diramu dengan bahasa yang mudah dipahami, buku ini mampu menginspirasi pembaca untuk segera memperoleh tambatan hati hingga kemudian memperoleh banyak keberkahan dari sebuah pernikahan.

Konten ini telah dimodifikasi pada 26/07/13 | 08:05 08:05

Kru LPM Zenith anggota CSS MoRA IAIN Walisongo Semarang
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...