Topic
Home / Pemuda / Essay / Malang Penuh Cita

Malang Penuh Cita

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Bukan merupakan sebuah pandangan yang agung, hanya suatu angan. Bisa jadi tidak menjadi perhatian banyak orang.

Malang dengan berbagai pernak pernik didalamnya sejatinya telah membuat banyak orang terpikat untuk tinggal didalamnya, mulai dari adanya berbagi pariwisata, keasrian lingkungan, kehidupan yang modern dan yang tak kalah ialah julukan yang disematkan sebagai kota pendidikan internasional lantaran banyaknya institusi pendidikan yang maju disana. Suatu ketika anda berkesempatan cobalah tengok seluruh penjuru kota malang. Tepatnya dipusat kota anda akan menemukan banyak bangunan menarik yang tertata dengan indah. Berbagai universitas yang tersusun dalam satu komplek, tempat perbelanjaan dan lain sebgainya. Namun pernahkah anda ingin tahu malang jauh lebih dekat? Bukan apa-apa, setidaknya jika anda orang malang maka anda wajib tahu seluk beluk kota malang, namun jika anda merupakan perantau seperti saya, ya tidak salah jika anda lebih paham dengan kondisi perantauan anda. Barangkali bisa dijadikan sebgai bahan cerita ketika anda nanti bersama dengan sanak saudara dilain tempat.

Malang, Kota sejuta harapan, begitu saya bilang. Meskipun julukan ini kerap hanya diberikan oleh berantau bagi ibukota Jakarta, tapi saya kira tidak akan alah jika kita menggantungkan sejuta harapan bagi kota malang. Bahkan mungkin lebih. Tentu kita tak patut jika hanya menjadi amnesia yang hanya berpangku tangan atas segala harapan. Jika anda mahsiswa atau pelajar banyak yang bisa anda perbuat. Anda petani, pegawai , wirausahawan atau munkin anda ialah salah satu pemegang kursi kebijakan legislative kota malang. Tentu banyak yang bisa anada tentukan melalui suara masyarakat yang telah dititipkan kepada anda. Kesejahteraan semu itulah yang banyak saya lihat saat ini. Malang tak pernah terekspose sebgai kota dengan penghasilan rendah atau sebgai kota termiskin. Karena mungkin itu ilah pandangan dari sudut besar warga malang. Suatu ketika pada Malabulan agustus saya pernah melakukan survey di daerah lesan puro kota malang. Kebetulan beberapa gang masuk daerah lesan puro berdekatan dengan bantaran sungai. Saya tidak melihat keanehan yang berarti. Rumah disana tidak lebih buruk dari rumah yang ada dibantaran suangi kota Jakarta. Semuanya terlihat biasa saja. Bahkan sangat biasa. Hingga saya dan beberapa rekan benar-benar terjun untuk wawancara langsung dengan penduduk sekitar. Kami tak sempat berbicara banyak, namun kami justru mendapat banyak cerita dari mereka. Rumah memang tertata tidak terlalu buruk. Sangat kecil tapi setidaknya tersusun dari bahan rumah yang masih layak. Tapi rupanya ada suatu yang mengganjal. Ada suatu yang tak sepadan. Warga mengatakan bahwa hampir semua tanah yang mereka tempati sebgai tempat berdirinya rumah mereka bukanlah tanah milik sendiri. Setiap tahun ada harga cukup mahal yang harus mereka bayar agar merea dapat mempertahankan untuk tinggal ditempat tersebut.sedangkan rumah ialah milik mereka sendiri. Sungguh mengherankan. Tanah berada dibantaran sungai yang setiap curah hujan tinggi ancaman banjir tidak ragu-ragu untuk menyerang, tap ternyata masih tinggi diperjual belikan.

Jujur saya tidak pernah menyangka. Ternyata dibalik kondisi kota malang yang serba ringan masih banyak pekerjaan yang belum terselesaikan. Oleh karena itu kita dan saya yang mencintai malang, berbuatlah sebaik dan sebanyak mungkin agar tercipta malang yang sejahtera secara merata diberbagai penjuru. Salam Arema salam sejahtera.

 

Redaktur: Aisyah

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Mahasiswa Universitas Negeri Malang

Lihat Juga

Sabar

Figure
Organization